Kamis, 20 Agustus 2015


THE POWER OF 'MODEL'
(Konteks pendidikan anak)

Model atau contoh itu memiliki kekuatan luar biasa. Kelihatannya semua orang sepakat dengan pernyataan tersebut. Baik dalam konteks keluarga, pekerjaan bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Saking pentingnya, sehingga saat ada masalah, sangat sering orang menisbahkan kesalahan pada pemberi contoh. Anak yang berperilaku buruk, berarti orangtuanya tidak mencontohkan perilaku baik. Perilaku karyawan buruk, atasannya yang dituding. Dan bahkan ketika rakyat berperilaku buruk, pemimpinnya yang disalahkan.

Saya ingin bercerita tentang kekuatan contoh ini pada diri saya sendiri dalam konteks pengembangan putri saya yang memiliki kondisi khusus dan sangat jarang terjadi. Dulu saya mendapat info bahwa hanya 10.000 : 1 kondisi yang terjadi pada putri saya. Itu pun saya tidak bisa memperoleh informasi memadai, karena orangtua lebih suka menyembunyikan kondisi anaknya daripada bersikap wajar dan memperlakukan anaknya yang berkebutuhan khusus sama seperti anak-anak lainnya.

Sejak tahun 1994 hingga 1,5 tahun kemudian, saya betul-betul kebingungan bagaimana caranya untuk mengembangkan anak saya. Hal itu karena saya tidak memperoleh diagnosis dan informasi detail yang memadai. Baru pada tahun 1996 saya memperoleh titik terang saat memperoleh diagnosis dari seorang dokter 'bule' dan didukung pula oleh dokter anak saya. Sejak saat itu usaha saya untuk melakukan treatment menjadi lebih fokus berdasar data yang diperoleh.

Satu hal yang saya lakukan cukup intens adalah mencari website yang berkaitan dengan kondisi putri saya. Saya juga bergabung dengan mailing list support group yang anggotanya berasal dari seluruh dunia. Tujuan saya adalah belajar bagaimana caranya saya harus memperlakukan putri saya. Saya benar-benar tak punya model atau contoh di lingkungan saya.

Pada suatu hari saya menemukan website dari seorang penyandang. Ia dosen di sebuah universitas di Amerika dan memiliki keluarga bahagia dengan beberapa anak. Seperti sebuah keajaiban, percaya atau tidak, semangat saya tiba-tiba meningkat sangat pesat. Pada awalnya, saya mengira bahwa anak saya akan bergantung selama hidupnya pada saya sebagai orangtua. Tapi setelah membaca dan berkenalan dengan para penyintas (survivor) ini, saya menjadi yakin bahwa anak saya dapat memandirikan dirinya dan membuat pencapaian bernilai bagi diri dan lingkungannya.

Rencana pendidikan anak pun menjadi lebih tertata dan lebih fokus pada tujuan besar di masa depan.

Menyadari pengaruh luar biasa yang bisa diperoleh dari model/contoh, maka hal itu juga yang kerap saya lakukan, baik dalam konteks pengembangan anak maupun dalam konteks penanganan masalah orang lain. Ada beberapa cara pemanfaatan contoh yang saya lakukan:
1. Orang bisa mengambil contoh dari dirinya sendiri. Saya minta ia mencari dalam pengalaman hidupnya keberhasilan yang pernah ia lakukan dan kemudian ia saya minta mengikuti pola keberhasilan tersebut.
Misalnya, orang yang merasa kurang berhasil berkomunikasi dengan anak, saya minta untuk mencari kapan, di mana dan dengan siapa ia pernah berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Pola itu yang ditiru sehingga ia bisa berkomunikasi dengan baik dengan anaknya.

2. Mengambil contoh dari orang di lingkungan terdekat.
Misalnya, pernah ada seorang ibu yang kesulitan untuk mengekspresikan kasih sayangnya pada anak. Saya minta ia melihat di lingkungan, entah itu orangtuanya, saudaranya, sahabat, tetangga, dll. orang yang menurutnya memiliki kemampuan yang baik dalam mengekspresikan perasaan. Pelajari dan ikuti polanya.

3. Belajar dari kisah-kisah orang-orang besar dulu dan sekarang, termasuk para nabi dan pemuka agama. Itulah mengapa saya senang membaca biografi. Saya berusaha menemukan hal-hal menarik dalam hidup banyak orang dan mengambil pelajaran dari situ. Perkembangan media sekarang yang luar biasa memudahkan hal ini. Orang bukan hanya belajar dari buku, koran, TV, radio tapi juga melalui media sosial, blog, website dan juga youtube. Elanto si pemberani itu juga sebetulnya sudah banyak contohnya di luar negeri (ada video-videonya di YT). Semoga ia menambah contoh di Indonesia sebagai orang yang berani menegur kesalahan dan menyadarkan orang pada hal yang benar.

4. Bagi para orangtua, saya lebih suka menyarankan mereka mengubah perilakunya sehingga menjadi contoh bagi anak, karena ini jauh lebih mudah dan berkekuatan daripada orangtua mencari cara menasihati anak atau "menyuruh" psikolog menggantikan tugas orangtua untuk menasihati anaknya.

Sungguh, bertaburan banyak contoh dalam diri maupun di lingkungan. Dari dulu hingga sekarang. Pilih yang baik dan manfaatkan ...

-----

*Putri saya menyandang Crouzon Syndrome, gangguan dalam perkembangan tulang tengkorak kepala yang mempengaruhi fungsi seluruh organ di kepalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...