Senin, 28 November 2011

Catatan 4 : Belajar dari Orang Lain

Pernah ditulis dalam Facebook Notes by Yeti Widiati on Saturday, September 17, 2011 at 4:41pm
PRECIOUS GIFT FROM ALLAH
Catatan-4 : Belajar dari Orang Lain

Orang : “xkao raor cou dl dt?”
Aku : “Pardon …?”
Orang : “Wot du yu won tu it?”
Aku : “Pardon …?”
Orang : “What do you want to eat?”
Aku : “Oh … I want to eat this, grilled fish…”
Orang : “Pardon …?”
Aku : “Grilled fish please …!”
Orang : “Pardon …?”
Aku : “This one, grilled fish” (sambil menunjukkan tulisan “grilled fish”)
Orang : “Oh, I see …”
Aku : “I’m sorry …”
Orang   : “No worries …”

Perlu dua kali ku bilang “Pardon …?” untuk bisa memahami apa yang disampaikan orang lain. Dan perlu dua kali juga orang lain bilang “Pardon …?” untuk bisa memahami apa yang kusampaikan sehingga orang lain bisa memahami apa yang kukatakan. Sedikit frustrasi karena aku membutuhkan waktu dua kali lipat untuk berkomunikasi dan saling memahami.

Sampai pada hari ketiga ketika aku berkunjung ke apartemen rumah sakit, aku bertemu dengan 2 orang asal Indonesia. Desak, seorang ibu berasal dari Bali dan Agustinus, seorang bapak berasal dari Flores NTT. Keduanya berasal dari desa kecil di pelosok dan hanya berbekal keberanian dan kepasrahan memberanikan diri datang ke Adelaide Australia untuk pengobatan anaknya.

Desak hanya membawa 3 lembar pakaian untuk dirinya dan beberapa lembar pakaian biasa untuk Dewa, anaknya yang berusia 1 tahun. Datang di tengah musim dingin yang menembus tulang dan tak dilengkapi dengan pemahaman bahasa Inggris, harapan agar anaknya bisa sembuh jauh lebih besar dari kekuatirannya akan kesulitan berkomunikasi dan hidup dalam kekurangan di sebuah negara asing. Dewa menyandang kelainan bawaan sehingga pertumbuhan tulang kepala dan jari-jari tangannya tidak sempurna. Ia perlu menjalani operasi rekonstruksi sekaligus beberapa kali dalam waktu 6 bulan.
Sementara Agustinus yang membawa Cecilia (10 tahun) mencari “Kolam Siloam” yang dalam keyakinan Kristen akan membawanya pada kesembuhan anaknya, mendorongnya untuk pergi dari Manggarai-Flores ke Maumere dan dari sana dengan pesawat kecil terbang ke Darwin sebelum akhirnya sampai di Adelaide, pun tanpa bekal bahasa Inggris dan pakaian memadai. Dahi Cecilia yang berlubang sejak lahir menyebabkan cairan keluar terus menerus dan menyebabkan pembengkakan pada kepalanya. Cairan yang dikeluarkan melalui shunt (slang kecil) masih belum memadai, hingga ia masih menjalani perawatan sejak beberapa pekan lalu.

Dibungkus jaket tipis sumbangan dan bersandal jepit tanpa kaus kaki mereka berdua sudah tinggal berbulan-bulan di apartemen rumah sakit. Nyaris tidak pernah keluar kompleks rumah sakit kecuali kalau terpaksa harus membeli bahan makanan, mereka harus menembus dingin untuk ke supermarket terdekat. Keterbatasan memaksa mereka untuk menerima apa yang ada. Namun keterbatasan itu tidak melunturkan harapan mereka untuk melihat anak-anaknya sembuh dan memberikan kekuatan luar biasa yang tak terbayangkan untuk bertahan.

Mereka sudah sangat berterima kasih dengan bantuan biaya pengobatan, akomodasi dan transportasi yang diberikan oleh yayasan yang membantu mereka, dan mereka bekerja sama dengan cara menjalani semua ini dengan tabah dan rasa syukur.

Mereka beruntung, paket pengobatan yang diperoleh bukan hanya dalam bentuk penanganan medis untuk pasien saja, melainkan juga mencakup hal-hal yang bersifat psikologis dan sosial. Budaya rumah sakit yang tidak membedakan perlakuan antara orang yang mampu dan tidak mampu membayar, dirasakan oleh mereka sebagai dukungan. Mereka tetap memperoleh penanganan medis, perawatan dan keramahan yang sesuai dengan standar. Karenanya, keterbatasan bahasa pun mampu diatasi oleh mereka.

Yang memberi, memberikan dengan sebaik-baiknya. Yang menerima, menerima dengan rasa terima kasih dan bekerja sama dengan kesungguhan.

Ya Allah, jangan luputkan hatiku dari kepekaan untuk bisa menerima pelajaran dan mengambil hikmah dari semua peristiwa. Dan jadikan pelajaran-pelajaran itu sebagai kekuatan dan pendorong semangatku untuk dapat lebih bersyukur dan bersabar terhadap apa yang Kau limpahkan kepadaku. Amin Ya Robbal’alamin.

Catatan 3: Mencegah Bullying

Pernah ditulis dalam Facebook Notes by Yeti Widiati on Wednesday, September 14, 2011 at 6:46pm
PRECIOUS GIFTS FROM ALLAH
Catatan-3 : Mencegah Bullying

Suatu hari ketika Ghina SMP kelas 7
G : “Ma, menurut Mama bullying itu gimana?”
M : “Kenapa kamu tanya tentang bullying?”
G : “Aku baru orientasi di sekolah, bilang tentang bullying, aku pingin tahu menurut Mama gimana. Soalnya aku kan gak nangkep semuanya”
M : “Coba sini kamu duduk duduk dekat Mama, pakai hearing aid-nya biar Mama gak perlu teriak-teriak sama kamu, kan cape juga teriak-teriak.”
M : “Tes … tes … satu … dua … tiga … Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh …”
G : “Iiiih … Mama lebay deh …”
M : “He … he … Mama kan cuma ngecek, kamu sudah bisa dengar Mama dengan jelas, gak.
Iya jadi gini, bullying itu definisinya adalah segala tindakan yang merendahkan orang lain, bertujuan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, tidak aman atau merasa terancam. Bullying bisa itu dilakukan secara verbal melalui bicara atau tertulis, misalnya dengan mengejek, membuat nama atau julukan-julukan yang merendahkan dan tidak disukai oleh yang di-bully, atau dengan menyebar fitnah atau berita bohong. Bullying bisa dilakukan juga dengan perilaku mendiamkan atau menjauhi orang yang di-bully, mencibir, melihat dengan pandangan merendahkan dan bisa dilakukan juga dengan tindakan kekerasan, mencubit, memukul, memaksa orang berdandan atau berpakaian tertentu yang merendahkan, misalnya kalau jaman Mama dulu ada yang namanya plonco, orang disuruh pake kuncir 5 buah di kepalanya terus dikasih pita warna warni, disuruh teriak-teriak di pinggir jalan, atau tindakan lain yang membuat orang-orang yang melihat menertawakan.”
G : “Tapi sekarang pas orientasi, banyak sekolah yang nyuruh siswa baru pakai baju aneh-aneh, atau bawa barang yang aneh-aneh juga.”
M : “Iya sih, sudah jadi budaya, sehingga orang tidak merasa lagi bahwa hal itu sebetulnya adalah bullying. Mama kasih contoh lain ya, misalnya ada kakak kelas yang gak suka melihat adik kelasnya lebih menarik atau lebih cantik, memaksa adik kelasnya tidak boleh menggunakan pakaian yang menarik atau lebih baik dari kakak kelasnya.”
G : “Oooo … emang ada kayak gitu, Ma?”
M : “Ya Mama pernah dengar ada sekolah yang senior atau kakak kelasnya membuat persyaratan seperti itu. Jadi prinsipnya adalah bahwa bullying itu adalah tindakan dengan maksud untuk merendahkan orang lain, yang biasanya membuat orang yang dibully tidak nyaman, terancam atau merasa tidak aman. Bisa dilakukan secara verbal, menjauhi atau tindakan fisik secara langsung. Gimana, bisa dipahami? Kalau begitu boleh gak kita mem-bully orang lain?”
G : “Mmmh … bentar Ma … kalau begitu aku pernah dibully juga dong …”
M : ”O ya … kapan?”
G : “Waktu kelas satu SD”
M : “Coba gimana ceritanya?”
G : “Iya ada teman laki-laki, dari pertama masuk suka ngeliatin aku terus. Ngeliatnya gak enak gitu. Terus tiba-tiba aku dicubit sambil dipelototin.”
M : “Gimana perasaan kamu?”
G : “Iya kesel lah, orang gak tahu kenapa tiba-tiba dicubit dan dipelototin.”
M : “Terus apa yang kamu lakukan?”
G : “Diem aja …”
M : “Gak bilang pak guru?”
G : “Gak ada pak guru, kan dia-nya begitu cuman pas gak ada pak guru. Waktu ada pak guru dia biasa-biasa aja”
M : “Kenapa kamu gak bilang sama Mama waktu dulu”
G : “Gak ngerti, aku pikir yang gitu biasa-biasa aja.”
M : “Terus kalau begitu sampai kapan kamu suka dicubit?”
G : “Dia gak nyubit lagi waktu naik kelas 2. Terus juga aku gak mau dekat-dekat dia lagi.”
M : “Mmmh … kalau sekarang, apa ada teman yang suka bikin kamu gak enak? Misalnya ngejek, ngetawain, ngejauhin atau bahkan nyubit dan mukul kamu?”
G : “Dulu pernah sih ada teman yang pake sepatu aku, terus dibawa pulang, tapi aku sih gak marah karena dia kan anak special. Lagian, abis itu sepatunya dikembaliin lagi. Sekarang ada juga yang suka ngeliatin atau ngejauhin, tapi biasanya itu anak baru yang belum kenal aku. Kalau teman-teman lama sih gak ada. Yang mukul … gak ada laaah. Kalau ada yang berani kayak gitu aku nangis dan pasti bilang sama guru dan sama Mama.”
M : “Bagus begitu, memang kamu harus ngomong kalau ada yang mem-bully, jangan diam saja.”
G : “Ma … kenapa sih suka ada orang yang suka mem-bully, itu kan gak baik, iseng amat sih?”
M : “Coba sekarang kamu perhatikan, orang yang membully itu menurut kamu orang hebat atau gak?”
G : “Gak juga sih, biasa-biasa aja. Ada yang emang kuat atau cantik tapi pelajarannya biasa-biasa aja, bahkan kadang-kadang pinteran aku daripada dia.”
M : “Ok, tapi kalau gitu, menurut kamu kenapa dia bisa merendahkan orang lain kalau sebetulnya dirinya sendiri tidak hebat-hebat amat?”
G : “Gak tau …”
M : “Na, ada beberapa kemungkinan kenapa orang membully orang lain, yang pertama karena dia merasa dirinya paling hebat dan dia menganggap orang yang tidak sama dengan dia adalah lebih rendah. Biasanya orang seperti ini selalu berada dalam lingkungan yang homogen atau orang yang sama dengan dirinya sehingga menganggap yang berbeda itu adalah buruk. Kedua dia gak mau disaingi oleh orang lain. Orang seperti ini mungkin punya standar tertentu dalam hidupnya. Harus paling pinter, harus paling hebat, harus paling cantik, jadi gak bisa menerima kalau orang lain lebih dari dia. Atau yang ketiga karena dia dulunya pernah dibully, dia tidak bisa melawan dan dia sekarang melakukannya kepada orang yang dianggap lebih lemah dari dirinya. Yang ketiga ini biasanya melakukan bullying lebih jahat dibanding ketika dulu dia dibully. Kalau dulu dia dibully hanya diejek, maka sekarang dia membalas bukan hanya mengejek tapi juga memfitnah atau menjauhi, misalnya.”
G : “Terus gimana dong ngilanginnya?”
M : “Boleh gak orang menjadi yang paling hebat, paling pinter atau bahkan paling cantik?”
G : “Boleh.”
M : “Berarti merasa ingin lebih itu adalah satu hal yang manusiawi. Yang gak boleh adalah merendahkan orang lain yang berbeda dari dirinya. Kenapa coba?”
G : “Iya kan karena orang yang paling cantik belum tentu paling pinter. Yang paling pinter juga belum tentu dia pinter dalam semua pelajaran.”
M : “Betul banget, bahkan kalau pun kita ketemu orang yang kelihatannya kuraaaaang semuanya, tetap aja kita gak boleh merendahkan dia. Karena ketika kita mulai merendahkan orang lain, pada saat itu lah muncul yang namanya kesombongan. Coba kamu sebutkan orang-orang hebat di dunia ini, pasti semuanya ada kelemahannya. Dan coba kamu sebutkan semua orang-orang yang punya kelemahan atau punya kecacatan, pasti mereka juga ada kelebihannya.”
G : “Iya ya Ma …. ada temanku yang special, susah belajar IPS, tapi Ma, main drum-nya hebaaat banget. Ada juga temanku yang special yang lain yang jago banget ngapalin peta. Aku aja masih suka nyasar-nyasar dan lupa jalan, masa dia bisa hapal jalan-jalan di Singapura sama rute bis, bukan cuma jalan di Jakarta lho, Ma. Asal dia pergi ke satu tempat dia pasti hapal.”
M : “Tuh kan, kamu bisa tahu apa hebatnya teman-teman kamu. Ngomong-ngomong teman kamu yang hapal peta itu suka dibully gak oleh teman-teman yang lain?”
G : “Ya gitu deh, yang nge-bully dia yang gak ngerti dia aja kalau dia special. Teman-teman yang udah bareng dari SD dulu sih biasa-biasa aja tuh …”
M : “Nah, jadi Ghina, kalau begitu menurut kamu bagaimana caranya supaya tidak terjadi bullying?”
G : “Yaaa orang gak boleh sombong karena setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan”
M : “Iya betul, ada lagi, gak …? Kan ternyata gak setiap orang begitu kan? Teman-teman kamu yang baru, yang gak pernah kenal kamu, ternyata tergoda juga untuk membully-kan, padahal belum tentu mereka anak nakal?
G : “Iyaaaa …., guru musti ngelarang … teman-teman yang udah kenal musti bantuin.”
M : “Ya, harus ada aturan yang melarang bullying, ada hukumannya dan harus ada lingkungan yang baik. Maksudnya kalau ada orang yang dibully, tidak didiamkan saja atau malah menjauh.”
G : “Emang ada yang kayak gitu Ma, orang-orang yang ngebiarin temannya dibully?”
M : “Iya lumayan, banyak orang yang bersikap apatis namanya. Apatis itu sudah tidak peduli lagi, ‘Bodo ah yang penting asal jangan saya yang kena.’ Biasanya hal itu terjadi bukan karena dia tidak tahu kalau itu salah, tapi lebih karena dia tidak berani, merasa tidak mampu atau takut kena bully juga.”
G : “Kalau gitu susah dong ngilangin bullying, apalagi kata Mama tadi orang yang dibully pun gedenya nanti bisa mem-bully juga dan lebih jahat malah.”
M : “Gak setiap orang yang di-bully itu akan mem-bully juga. Tapi akibat bullying selalu buruk, mungkin orang tersebut menjadi gak pede dan merasa buruk. Yang kedua orang tersebut menjadi apatis dan mengganggap bullying adalah hal wajar. Sehingga kalau ada yang di-bully dia berusaha menghindar dan tidak ikut campur supaya dia gak kena bully juga. Dan yang ketiga orang itu melakukan bullying juga pada orang lain. Memang perlu usaha cukup besar untuk menghilangkan bullying karena harus dilakukan bersama-sama dalam satu lingkungan. Tapi paling tidak kamu bisa lakukan itu mulai dari diri sendiri, sesuai dengan apa yang dapat kamu lakukan.”
G : “Gimana … ?”
M : “Pertama, jangan berikan kesempatan orang membully kamu.”
G : “Caranya … ? Orang kan suka iseng, Ma…”
M : “Kamu gak boleh sombong, tapi kamu harus yakin bahwa kamu tidak lebih buruk dari orang lain. Akui kalau kamu punya kekurangan, tapi jangan jadikan alasan untuk orang lain merendahkan kamu, karena kamu juga punya kelebihan yang berarti.
Na, coba perhatikan, bahwa ada banyak orang, tapi kenapa orang cenderung membully orang yang sama?”
G : (menggeleng)
M : “Karena orang yang dibully itu menampilkan diri seperti orang yang layak dibully. Ngerti maksud Mama?”
G : (menggeleng)
M : “Mungkin gak orang akan mem-bully orang yang kuat? Tidak, biasanya orang akan mem-bully yang lemah.”
G : “Tapi kalau di sinetron-sinetron, yang pinter aja suka dikerjain Ma.”
M : “Iya karena yang pinter itu tidak memperlihatkan kalau kepinterannya bernilai dan dia membiarkan dirinya layak di-bully. Entah itu dari tingkah lakunya yang canggung, ragu-ragu kalau bergaul dengan orang, senang menyendiri, atau lainnya.”
G : “Mmmmm ….”
M : “Mama ulangi lagi ya, jadi yang pertama jangan membiarkan diri kita layak di-bully. Kedua, lawan semampu kamu. Kalau tidak bisa melawan, bilang pada orang yang lebih kuat, guru atau orang tua. Jangan takut untuk bilang. Masa depan kamu jauh lebih bernilai. Ada banyak anak yang di-bully takut untuk mengadu pada guru atau orang tua karena diancam. Ni … Mama kasih tahu, siapa sih dia, sampai berani-beraninya ngancam? Apa kamu gak percaya bahwa guru kamu tidak bisa mengatasi? Atau orang tua kamu tidak akan melindungi? Atau kalau masih kuatir juga kan, ada Allah yang Maha Hebat” Semua masalah bisa diselesaikan, Allah gak akan membebani seseorang dengan masalah yang melebihi kemampuannya. Begitu juga kalau kamu melihat ada orang yang mem-bully orang lain dan kamu tidak bisa membantu secara langsung, maka laporkan kepada guru atau orang tua. Biar mereka yang membantu menyelesaikan.”
G : “Gitu ya …”
M : “Yang paling terakhir dan ini sebetulnya cara yang paling lemah, adalah menghindar atau menjauh dari lingkungan yang menurut kamu akan membuat kamu di-bully. Mama gak terlalu sarankan cara ini, karena kalau kamu selalu berada dalam lingkungan yang homogen yang membuat kamu nyaman, maka kamu tidak akan belajar bagaimana mempertahankan diri.”

Catatan-2: Konsep Diri, Fondasi Cara Pandang dan Perilaku

Pernah ditulis dalam Facebook Notes by Yeti Widiati on Friday, September 9, 2011 at 11:11pm
PRECIOUS GIFTS FROM ALLAH
Catatan-2 : Konsep Diri, Fondasi Cara Pandang dan Perilaku

Ghina, Mama mau menceritakan sesuatu.

Waktu kamu lahir dan pertama kali Mama menggendong untuk menyusui kamu, di saat itu Mama memiliki kesempatan untuk mengamati dirimu dengan lebih seksama. Terlintas dalam pikiran Mama apa yang harus Mama katakan bila kelak di satu hari di masa depan kamu bertanya, “Mama kenapa aku berbeda?”

Sejak masih kecil, Mama panggil kamu dengan “Ghina sayang”, “Ghina pinter”, “Ghina hebat”, “Ghina baik”, sama seperti Mama memanggil Mas Faris atau pun juga Dek Zahra dengan sebutan yang sama. Tapi untuk kamu, Mama harus berteriak ketika menyebutnya dan membuat ekspresi yang heboh. “Lebay” kamu bilang. Mama hanya ingin kamu benar-benar menangkap apa yang Mama sampaikan.

Mama ingin bahwa apa yang tertanam dalam pikiran kamu hanyalah hal positif tentang diri kamu, karena konsep diri positif mendorong energi positif dalam diri sementara konsep diri negatif membuat kita menyesali diri dan tidak mensyukuri apa yang kita peroleh dan kita miliki. Energi positif juga membuat kita lebih optimis dalam memandang hidup dan masa depan.

Ghina, Allah tidak pernah salah memberi dan juga tak pernah salah berhitung. Karena itu yakinlah bahwa apa yang kita terima adalah yang terbaik bagi kita dan bahwa kita sanggup untuk menerimanya. Kalaulah kita merasa berat atau tak nyaman, cobalah untuk mengubah cara pandang kita.

Ingat tidak waktu dulu Mama bercerita bahwa Allah menciptakan ada orang yang berambut keriting ada yang lurus. Apakah orang yang berambut keriting lebih buruk dari yang berambut lurus? Tentu tidak, berbeda ya, tapi ciptaan Allah itu selalu baik, sehingga tidak layak seseorang merasa lebih baik dari orang lain hanya karena ia berkulit lebih putih, lebih tinggi atau bahkan lebih cantik. Karena ia tidak melakukan apa pun terhadap tubuhnya, Allah yang memberi. Sebaliknya tidak layak seseorang merasa lebih buruk dari orang lain hanya karena ia berkulit hitam, bertubuh pendek atau kurang cantik, karena itu semua pemberian Allah.

Satu saat ketika kamu berusia 4 tahun, ketika kita berdua berjalan-jalan di luar rumah. Sekelompok anak berpapasan dengan kita, memandang lalu tertawa sambil berbisik-bisik. Setelah agak jauh kamu bertanya kepada Mama, “Ma, … kenapa anak-anak tadi ngeliat aku terus ketawa? Emang aku aneh?”

Terus terang Mama sempat tercekat dan diam sebentar. Mama harus menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, “Ah, anak-anak itu belum kenal sama kamu, Na ... Coba kamu ingat-ingat, apakah semua orang seperti itu pada kamu. Apa Phira, Mas Dary, Mas Eja begitu?” (menyebut nama saudara-saudar sepupu) Kamu menggeleng. “Apa Kakak Ina, Kakak Gary, Mbak Iin, seperti itu?" (menyebut nama tetangga dekat rumah). Kamu menggeleng lagi. "Apa teman-teman di kelas kamu juga seperti itu?" Kamu menggeleng juga. “Nah, semua orang yang mengenal kamu dan tahu kehebatan kamu, tidak ada yang mentertawakan kamu, kan. Memang ada saja orang yang memperlakukan orang lain dengan buruk, tapi itu tidak banyak dan itu bukan karena kesalahan kamu.”

Setelah adik kamu, Zahra lahir, kamu pernah bertanya, “Ma, kenapa aku beda dari Mama, Papa, Mas Faris dan Dek Zahra?”
“Bagaimana kamu bisa bilang begitu?"
“Iya anak lain ada miripnya sama mama, papa dan kakak adiknya, tapi aku gak.” Pada saat kamu mengatakan seperti itu, Mama bisa menangkap raut kekecewaan pada wajah kamu.
“Ayo kita lihat foto-foto keluarga dan kita lihat kaca (cermin) juga ya.

Mama dan kamu bersama-sama melihat-lihat foto-foto keluarga, “Aku beda sama Papa, Mama dan Mas Faris juga Dek Zahra. Anak yang lain ada samanya dengan Mama Papanya, Mas Faris dan Dek Zahra juga mirip Mama dan Papa, tapi aku beda.”

Mama mengajak kamu bersandar di tempat tidur dan Mama memegang kaca. Kamu melihat bayangan kamu bersama Mama di situ. “Coba lihat mana yang sama mana yang beda. Mama punya mata, kamu juga punya, Mama punya hidung kamu juga, rambut Mama hitam, kamu juga, kulit Mama coklat, kamu juga, kamu perempuan Mama juga.” Sampai di sini, Mama menangkap perubahan ekspresi pada wajah kamu. Kamu menjadi sangat gembira menemukan bahwa kamu memiliki banyak kesamaan dengan Mama. Bahkan setelah melihat foto-foto lain, kamu menemukan bahwa ternyata bentuk alis kamu sama dengan Mas Faris dan Dek Zahra,

"Coba lihat yang beda, mata kamu sedikit lebih besar, tapi kamu bisa melihat dengan baik, bahkan sangat baik. Buktinya kalau kamu menggambar bisa sangat bagus dan teliti, Mama gak bisa seperti itu. Hidung Mama sedikit lebih mancung, tapi kamu juga bisa bernafas baik dan bahkan kamu lebih jago berenang daripada Mama. Dagu kamu sedikit lebih maju, tapi gak masalah, kan. Ada banyak persamaan dan ada sedikit perbedaan, tapi gak apa-apa kan?” Kamu mengangguk

“Tapi aku gak suka diliatin terus-terusan apalagi kalau diketawain.” Kamu berkata sambil cemberut.
“Na, kalau kamu berkumpul di lapangan, semua orang pakai baju putih, dan kamu sendiri yang pakai baju merah, mana yang paling duluan keliatan?
“Yang baju merah…”
“Kenapa…?”
“Karena dia beda sendiri …”
“Ya, betul sekali. Apakah warna merah itu buruk?”
“Gak …”
“Nah, apa boleh buat Ghina, kamu seperti anak berbaju merah di antara banyak anak berbaju putih. Kamu sedikit berbeda, tapi itu tidak berarti kamu lebih buruk dari yang lain. Memang tidak nyaman diperhatikan terus-terusan, Mama juga begitu. Tapi ada orang yang senang diperhatikan dan bahkan mencari perhatian, misalnya seperti penyanyi, pemain film, pembawa acara, guru atau lainnya. Kelihatannya kamu harus belajar untuk lebih tahan untuk dilihat orang di tempat umum.”
“Tapi, aku gak suka …”
“Iya, Mama juga begitu, karena Mama bukan artis atau penyanyi. Kira-kira bagaimana ya caranya agar kamu tidak terganggu dengan orang-orang yang ngeliatin kamu?”
“Ya udah, aku cuekin aja, aku ngerjain yang lain, nggambar gitu atau baca komik.”
“Anak pinter Mama …”

Precious Gifts from Allah

pernah ditulis dalam facebook Notes by Yeti Widiati on Wednesday, September 7, 2011 at 11:22am

PRECIOUS GIFTS FROM ALLAH

Catatan-1 : Menerima tubuh apa adanya dan mengajak bekerja sama sebelum proses operasi.

Ghina …

Kita bersyukur karena Allah telah memberikan tubuh dan seluruh anggota tubuh ini sehingga kita dapat melakukan berbagai kegiatan yang kita inginkan. Ingatlah, betapa banyak hal yang kita sukai dan yang menyenangkan yang dapat kita lakukan selama ini. Tubuh kita ini sesungguhnya dapat menyampaikan pesan kepada kita mengenai apa yang dirasakannya. Dia menunjukkannya misalnya dalam bentuk rasa segar dan kuat saat tubuh sehat atau rasa lelah, pusing dan sakit pada saat ia mengalami beban yang berat. Kita juga dapat berbicara dengan tubuh kita dan mengajaknya untuk bekerja sama.

Sekarang Mama akan mengajak Ghina untuk menyapa bagian-bagian tubuh Ghina.
Sapalah mata kamu dan berterima kasihlah karena selama ini mata telah membantu kamu ketika kamu menggambar, mengamati benda-benda indah atau ketika kamu sedang belajar.

Sapalah otak kamu dan berterima kasihlah karena telah membantu kamu berpikir sehingga dapat memahami berbagai hal yang kamu pelajari baik itu dari sekolah atau pun ketika kamu searching berbagai informasi dari internet. Dengan otak kamu dapat mengingat hal-hal baru dan bahkan dapat menyelesaikan masalah atau tugas-tugas yang sulit.

Sapalah mulut, gigi, lidah dan seluruh bagian dalam mulut kamu dan berterima kasih lah karena mereka membantu kamu mengecap dan merasakan nikmatnya rasa makanan yang menyehatkan dan memberikan kenikmatan pada tubuhmu.

Sapalah hidung dan berterima kasihlah karena hidung membuatmu dapat menghirup udara yang segar, wangi bunga yang membuatmu nyaman atau bahkan aroma masakan dan kue yang sangat nikmat.

Sapalah tangan dan berterima kasihlah karena ia membuatmu dapat mengerjakan apa pun yang kamu ingin lakukan, menggambar, membuat komik, melukis, mengetik, bermain games atau bahkan ketika kamu membuat art craft yang sangat unik dari plastisin.

Sapalah dan berterima kasihlah kepada seluruh bagian badan kamu, yang karenanya kamu dapat melakukan apa yang kamu sukai dan merasa senang karenanya.

Ghina …

Mintalah maaf pada tubuh kamu, karena mungkin kamu pernah memaksanya melakukan hal-hal yang melebihi kemampuannya. Belajar atau bermain hingga mata merasa lelah, kepala merasa pusing dan tangan terasa pegal.
Mintalah maaf pada tubuh kamu karena kamu mengabaikan pesan-pesan yang mereka sampaikan melalui rasa lelah, pegal atau bahkan sakit.

Mintalah maaf pada tubuh kamu karena kamu berprasangka buruk atau bahkan mengeluh dan memarahi tubuh kamu padahal mereka sudah membantu dan memberikan tanda-tanda batas kekuatannya.

Ghina …

Sampaikan pada tubuh kamu bahwa kamu menerima dan mencintai mereka apa adanya.

Ghina …

Kamu akan menghadapi operasi. Operasi ini dilakukan untuk kebaikan dan kesehatan kamu dan tubuh kamu.

Sampaikan pada tubuh kamu, pada bagian-bagian yang akan dioperasi, muka, tulang pipi, rahang dan pada pembuluh darah di seluruh tubuh yang akan menerima infus atau suntikan agar mereka menerima seluruh proses operasi ini dengan baik. Proses operasi ini akan berjalan jauh lebih mudah dan jauh lebih baik bila seluruh tubuh bekerja sama mencapai kesembuhan.

Sampaikan pada tubuh kamu, bahwa kamu selalu menyayangi dan menerima mereka apa adanya.
Sekali lagi, sampaikan pada tubuh kamu bahwa kamu menyayangi mereka dan menerima mereka apa adanya dan mengajak seluruh anggota tubuh untuk bekerja sama agar proses operasi ini berjalan dengan lancar dan berhasil dengan baik.

Ghina …

Mama, Papa, Mas Faris, Dek Zahra, Eyang, Bude, Pak De, Oom, Tante dan semua saudara sayang kamu, dan menerima kamu apa adanya.

Bersyukurlah pada Allah yang telah memberi kamu hidup dan melengkapi kamu dengan berbagai kelebihan serta kehebatan yang membanggakan.

Mama dan Papa bersyukur pada Allah karena Mama dan Papa dipercaya untuk menjadi orang tuamu.
Mama dan Papa juga berterima kasih pada Ghina karena Ghina menerima Mama dan Papa sebagai orang tua apa adanya.

Mama percaya Ghina kuat menghadapi operasi ini. Mama dan Papa selalu mendampingi, membantu dan mendukung Ghina dan kita semua bersandar dan meminta kekuatan pada Allah, karena Allah-lah yang Maha Kuat.

Ghina …

Ghina dapat menyapa seluruh bagian tubuh Ghina seperti yang Ghina lakukan sekarang setelah selesai sholat, setiap Ghina akan tidur atau kapan pun Ghina inginkan untuk berbicara dengan bagian-bagian tubuh Ghina.

Ghina merasa jauh lebih baik dan lebih baik …………………….

 
My Precious

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...