Senin, 28 November 2011

Catatan 3: Mencegah Bullying

Pernah ditulis dalam Facebook Notes by Yeti Widiati on Wednesday, September 14, 2011 at 6:46pm
PRECIOUS GIFTS FROM ALLAH
Catatan-3 : Mencegah Bullying

Suatu hari ketika Ghina SMP kelas 7
G : “Ma, menurut Mama bullying itu gimana?”
M : “Kenapa kamu tanya tentang bullying?”
G : “Aku baru orientasi di sekolah, bilang tentang bullying, aku pingin tahu menurut Mama gimana. Soalnya aku kan gak nangkep semuanya”
M : “Coba sini kamu duduk duduk dekat Mama, pakai hearing aid-nya biar Mama gak perlu teriak-teriak sama kamu, kan cape juga teriak-teriak.”
M : “Tes … tes … satu … dua … tiga … Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh …”
G : “Iiiih … Mama lebay deh …”
M : “He … he … Mama kan cuma ngecek, kamu sudah bisa dengar Mama dengan jelas, gak.
Iya jadi gini, bullying itu definisinya adalah segala tindakan yang merendahkan orang lain, bertujuan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, tidak aman atau merasa terancam. Bullying bisa itu dilakukan secara verbal melalui bicara atau tertulis, misalnya dengan mengejek, membuat nama atau julukan-julukan yang merendahkan dan tidak disukai oleh yang di-bully, atau dengan menyebar fitnah atau berita bohong. Bullying bisa dilakukan juga dengan perilaku mendiamkan atau menjauhi orang yang di-bully, mencibir, melihat dengan pandangan merendahkan dan bisa dilakukan juga dengan tindakan kekerasan, mencubit, memukul, memaksa orang berdandan atau berpakaian tertentu yang merendahkan, misalnya kalau jaman Mama dulu ada yang namanya plonco, orang disuruh pake kuncir 5 buah di kepalanya terus dikasih pita warna warni, disuruh teriak-teriak di pinggir jalan, atau tindakan lain yang membuat orang-orang yang melihat menertawakan.”
G : “Tapi sekarang pas orientasi, banyak sekolah yang nyuruh siswa baru pakai baju aneh-aneh, atau bawa barang yang aneh-aneh juga.”
M : “Iya sih, sudah jadi budaya, sehingga orang tidak merasa lagi bahwa hal itu sebetulnya adalah bullying. Mama kasih contoh lain ya, misalnya ada kakak kelas yang gak suka melihat adik kelasnya lebih menarik atau lebih cantik, memaksa adik kelasnya tidak boleh menggunakan pakaian yang menarik atau lebih baik dari kakak kelasnya.”
G : “Oooo … emang ada kayak gitu, Ma?”
M : “Ya Mama pernah dengar ada sekolah yang senior atau kakak kelasnya membuat persyaratan seperti itu. Jadi prinsipnya adalah bahwa bullying itu adalah tindakan dengan maksud untuk merendahkan orang lain, yang biasanya membuat orang yang dibully tidak nyaman, terancam atau merasa tidak aman. Bisa dilakukan secara verbal, menjauhi atau tindakan fisik secara langsung. Gimana, bisa dipahami? Kalau begitu boleh gak kita mem-bully orang lain?”
G : “Mmmh … bentar Ma … kalau begitu aku pernah dibully juga dong …”
M : ”O ya … kapan?”
G : “Waktu kelas satu SD”
M : “Coba gimana ceritanya?”
G : “Iya ada teman laki-laki, dari pertama masuk suka ngeliatin aku terus. Ngeliatnya gak enak gitu. Terus tiba-tiba aku dicubit sambil dipelototin.”
M : “Gimana perasaan kamu?”
G : “Iya kesel lah, orang gak tahu kenapa tiba-tiba dicubit dan dipelototin.”
M : “Terus apa yang kamu lakukan?”
G : “Diem aja …”
M : “Gak bilang pak guru?”
G : “Gak ada pak guru, kan dia-nya begitu cuman pas gak ada pak guru. Waktu ada pak guru dia biasa-biasa aja”
M : “Kenapa kamu gak bilang sama Mama waktu dulu”
G : “Gak ngerti, aku pikir yang gitu biasa-biasa aja.”
M : “Terus kalau begitu sampai kapan kamu suka dicubit?”
G : “Dia gak nyubit lagi waktu naik kelas 2. Terus juga aku gak mau dekat-dekat dia lagi.”
M : “Mmmh … kalau sekarang, apa ada teman yang suka bikin kamu gak enak? Misalnya ngejek, ngetawain, ngejauhin atau bahkan nyubit dan mukul kamu?”
G : “Dulu pernah sih ada teman yang pake sepatu aku, terus dibawa pulang, tapi aku sih gak marah karena dia kan anak special. Lagian, abis itu sepatunya dikembaliin lagi. Sekarang ada juga yang suka ngeliatin atau ngejauhin, tapi biasanya itu anak baru yang belum kenal aku. Kalau teman-teman lama sih gak ada. Yang mukul … gak ada laaah. Kalau ada yang berani kayak gitu aku nangis dan pasti bilang sama guru dan sama Mama.”
M : “Bagus begitu, memang kamu harus ngomong kalau ada yang mem-bully, jangan diam saja.”
G : “Ma … kenapa sih suka ada orang yang suka mem-bully, itu kan gak baik, iseng amat sih?”
M : “Coba sekarang kamu perhatikan, orang yang membully itu menurut kamu orang hebat atau gak?”
G : “Gak juga sih, biasa-biasa aja. Ada yang emang kuat atau cantik tapi pelajarannya biasa-biasa aja, bahkan kadang-kadang pinteran aku daripada dia.”
M : “Ok, tapi kalau gitu, menurut kamu kenapa dia bisa merendahkan orang lain kalau sebetulnya dirinya sendiri tidak hebat-hebat amat?”
G : “Gak tau …”
M : “Na, ada beberapa kemungkinan kenapa orang membully orang lain, yang pertama karena dia merasa dirinya paling hebat dan dia menganggap orang yang tidak sama dengan dia adalah lebih rendah. Biasanya orang seperti ini selalu berada dalam lingkungan yang homogen atau orang yang sama dengan dirinya sehingga menganggap yang berbeda itu adalah buruk. Kedua dia gak mau disaingi oleh orang lain. Orang seperti ini mungkin punya standar tertentu dalam hidupnya. Harus paling pinter, harus paling hebat, harus paling cantik, jadi gak bisa menerima kalau orang lain lebih dari dia. Atau yang ketiga karena dia dulunya pernah dibully, dia tidak bisa melawan dan dia sekarang melakukannya kepada orang yang dianggap lebih lemah dari dirinya. Yang ketiga ini biasanya melakukan bullying lebih jahat dibanding ketika dulu dia dibully. Kalau dulu dia dibully hanya diejek, maka sekarang dia membalas bukan hanya mengejek tapi juga memfitnah atau menjauhi, misalnya.”
G : “Terus gimana dong ngilanginnya?”
M : “Boleh gak orang menjadi yang paling hebat, paling pinter atau bahkan paling cantik?”
G : “Boleh.”
M : “Berarti merasa ingin lebih itu adalah satu hal yang manusiawi. Yang gak boleh adalah merendahkan orang lain yang berbeda dari dirinya. Kenapa coba?”
G : “Iya kan karena orang yang paling cantik belum tentu paling pinter. Yang paling pinter juga belum tentu dia pinter dalam semua pelajaran.”
M : “Betul banget, bahkan kalau pun kita ketemu orang yang kelihatannya kuraaaaang semuanya, tetap aja kita gak boleh merendahkan dia. Karena ketika kita mulai merendahkan orang lain, pada saat itu lah muncul yang namanya kesombongan. Coba kamu sebutkan orang-orang hebat di dunia ini, pasti semuanya ada kelemahannya. Dan coba kamu sebutkan semua orang-orang yang punya kelemahan atau punya kecacatan, pasti mereka juga ada kelebihannya.”
G : “Iya ya Ma …. ada temanku yang special, susah belajar IPS, tapi Ma, main drum-nya hebaaat banget. Ada juga temanku yang special yang lain yang jago banget ngapalin peta. Aku aja masih suka nyasar-nyasar dan lupa jalan, masa dia bisa hapal jalan-jalan di Singapura sama rute bis, bukan cuma jalan di Jakarta lho, Ma. Asal dia pergi ke satu tempat dia pasti hapal.”
M : “Tuh kan, kamu bisa tahu apa hebatnya teman-teman kamu. Ngomong-ngomong teman kamu yang hapal peta itu suka dibully gak oleh teman-teman yang lain?”
G : “Ya gitu deh, yang nge-bully dia yang gak ngerti dia aja kalau dia special. Teman-teman yang udah bareng dari SD dulu sih biasa-biasa aja tuh …”
M : “Nah, jadi Ghina, kalau begitu menurut kamu bagaimana caranya supaya tidak terjadi bullying?”
G : “Yaaa orang gak boleh sombong karena setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan”
M : “Iya betul, ada lagi, gak …? Kan ternyata gak setiap orang begitu kan? Teman-teman kamu yang baru, yang gak pernah kenal kamu, ternyata tergoda juga untuk membully-kan, padahal belum tentu mereka anak nakal?
G : “Iyaaaa …., guru musti ngelarang … teman-teman yang udah kenal musti bantuin.”
M : “Ya, harus ada aturan yang melarang bullying, ada hukumannya dan harus ada lingkungan yang baik. Maksudnya kalau ada orang yang dibully, tidak didiamkan saja atau malah menjauh.”
G : “Emang ada yang kayak gitu Ma, orang-orang yang ngebiarin temannya dibully?”
M : “Iya lumayan, banyak orang yang bersikap apatis namanya. Apatis itu sudah tidak peduli lagi, ‘Bodo ah yang penting asal jangan saya yang kena.’ Biasanya hal itu terjadi bukan karena dia tidak tahu kalau itu salah, tapi lebih karena dia tidak berani, merasa tidak mampu atau takut kena bully juga.”
G : “Kalau gitu susah dong ngilangin bullying, apalagi kata Mama tadi orang yang dibully pun gedenya nanti bisa mem-bully juga dan lebih jahat malah.”
M : “Gak setiap orang yang di-bully itu akan mem-bully juga. Tapi akibat bullying selalu buruk, mungkin orang tersebut menjadi gak pede dan merasa buruk. Yang kedua orang tersebut menjadi apatis dan mengganggap bullying adalah hal wajar. Sehingga kalau ada yang di-bully dia berusaha menghindar dan tidak ikut campur supaya dia gak kena bully juga. Dan yang ketiga orang itu melakukan bullying juga pada orang lain. Memang perlu usaha cukup besar untuk menghilangkan bullying karena harus dilakukan bersama-sama dalam satu lingkungan. Tapi paling tidak kamu bisa lakukan itu mulai dari diri sendiri, sesuai dengan apa yang dapat kamu lakukan.”
G : “Gimana … ?”
M : “Pertama, jangan berikan kesempatan orang membully kamu.”
G : “Caranya … ? Orang kan suka iseng, Ma…”
M : “Kamu gak boleh sombong, tapi kamu harus yakin bahwa kamu tidak lebih buruk dari orang lain. Akui kalau kamu punya kekurangan, tapi jangan jadikan alasan untuk orang lain merendahkan kamu, karena kamu juga punya kelebihan yang berarti.
Na, coba perhatikan, bahwa ada banyak orang, tapi kenapa orang cenderung membully orang yang sama?”
G : (menggeleng)
M : “Karena orang yang dibully itu menampilkan diri seperti orang yang layak dibully. Ngerti maksud Mama?”
G : (menggeleng)
M : “Mungkin gak orang akan mem-bully orang yang kuat? Tidak, biasanya orang akan mem-bully yang lemah.”
G : “Tapi kalau di sinetron-sinetron, yang pinter aja suka dikerjain Ma.”
M : “Iya karena yang pinter itu tidak memperlihatkan kalau kepinterannya bernilai dan dia membiarkan dirinya layak di-bully. Entah itu dari tingkah lakunya yang canggung, ragu-ragu kalau bergaul dengan orang, senang menyendiri, atau lainnya.”
G : “Mmmmm ….”
M : “Mama ulangi lagi ya, jadi yang pertama jangan membiarkan diri kita layak di-bully. Kedua, lawan semampu kamu. Kalau tidak bisa melawan, bilang pada orang yang lebih kuat, guru atau orang tua. Jangan takut untuk bilang. Masa depan kamu jauh lebih bernilai. Ada banyak anak yang di-bully takut untuk mengadu pada guru atau orang tua karena diancam. Ni … Mama kasih tahu, siapa sih dia, sampai berani-beraninya ngancam? Apa kamu gak percaya bahwa guru kamu tidak bisa mengatasi? Atau orang tua kamu tidak akan melindungi? Atau kalau masih kuatir juga kan, ada Allah yang Maha Hebat” Semua masalah bisa diselesaikan, Allah gak akan membebani seseorang dengan masalah yang melebihi kemampuannya. Begitu juga kalau kamu melihat ada orang yang mem-bully orang lain dan kamu tidak bisa membantu secara langsung, maka laporkan kepada guru atau orang tua. Biar mereka yang membantu menyelesaikan.”
G : “Gitu ya …”
M : “Yang paling terakhir dan ini sebetulnya cara yang paling lemah, adalah menghindar atau menjauh dari lingkungan yang menurut kamu akan membuat kamu di-bully. Mama gak terlalu sarankan cara ini, karena kalau kamu selalu berada dalam lingkungan yang homogen yang membuat kamu nyaman, maka kamu tidak akan belajar bagaimana mempertahankan diri.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...