Sabtu, 03 Februari 2018



UGLY DUCKLING - yws

Ugly Duckling adalah cerita karangan HC. Andersen, tentang anak angsa yang dipelihara oleh induk bebek. Ia tidak diterima oleh keluarganya karena dianggap berbeda. Hingga ia sedih karenanya. Pencarian identitas diri adalah tema besar dari cerita ini.


Saya menontonnya saat usia SD di TVRI. Ketika saya menikah dan punya anak, film ini adalah salah satu yang saya cari ke mana-mana. Dan akhirnya saya menemukan VCD-nya beserta beberapa film lain yang juga saya butuhkan untuk mengajarkan beberapa konsep dalam hidup.

Video "Ugly Duckling" versi Silly Simphony Walt Disney dibuat tahun 1939. Menurut saya, ini film yang baik, mudah dicerna namun cukup mewakili pesan yang disampaikan. Dibuat dengan baik, dalam arti cukup menghibur, dan yang saya apresiasi khusus adalah kemampuan mengekspresikan perasaan melalui gambar, sekalipun tidak ada dialog kata-kata di situ. Oleh karena itu, selain tanpa kata, penggunaan binatang sebagai tokohnya menyebabkan film ini bersifat 'culture fair' atau bebas budaya, bisa ditonton oleh siapa pun dari latar belakang budaya yang berbeda.

Saya putarkan film ini berulang pada anak-anak saya saat mereka kecil, juga beberapa film lainnya. Saya memang lebih memilih memutar video yang relatif lebih mudah di-manage daripada menonton film di TV lokal yang banyak jeda iklannya. Saya menonton bersama, mengamati ekspresi dan perilaku anak saat menonton, dan kemudian mendiskusikan pesan moral dari film tersebut pada setiap anak saya sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Ada cerita tentang konsep perbedaan, penerimaan, mencari identitas, perubahan, bahkan konsep yang agak sedikit rumit, tentang perselingkuhan dan juga anak angkat/asuh.

Anak-anak saya menonton film itu pada sekitar tahun 2003. Si sulung saat itu masih berusia 11 tahun, anak kedua saya 9 tahun, baru pulang dari operasi kedua rekonstruksi kepala yang mengubah signifikan tampilannya. Dan si bungsu berusia 3 tahun

Saat saya mendampingi dan memperhatikan ekspresi serta perilaku anak-anak saya, saya terkejut ketika melihat ekspresi wajah si bungsu yang ketakutan melihat ayah dan ibu bebek bertengkar. Mata anak saya juga berkaca-kaca, ketika si angsa kecil menangis karena tidak diterima oleh keluarganya dan ditolak keluarga burung. Sekalipun film diputar berulang, namun si bungsu selalu kaget saat bebek kayu mainan itu "menumbuk" kepala angsa kecil. Dia kerap berteriak "Awaaaasss .... !!" Meskipun akhirnya cerita berakhir bahagia, "happily ever after", entah kenapa dinamika perasaan itu tetap terjadi pada si bungsu setiap ia menonton film tersebut.

Saat ia menangis dan tampak ketakutan, saya segera memeluknya. Kemudian saya memberi "nama" perasaan tersebut. "Adek sedih ya ..."

Selanjutnya saya menunjukkan penerimaan/acceptance terhadap perasaan tersebut "Iya, sedih sih memang kalau kita sendirian" Saya beri waktu dia untuk melampiaskan kesedihannya. Saya tidak banyak bertanya, karena selain anak sedang emosi, dia juga belum memiliki cukup pemahaman untuk bisa menjelaskan perasaannya.

Namun bertambah waktu setelah anak saya lancar berbicara, saya pernah bertanya, "Dek inget gak dulu kamu pernah sedih banget nonton Ugly Duckling, apa yang waktu itu dipikirin?"
Ia menjawab, "Jala sedih kalau Jala kayak anak bebek itu. Sendirian, gak ada yang mau main". Dari situ, saya menjadi lebih mengenal anak saya sendiri. Memahami apa yang dipikirkan dan dirasakannya.

Dengan sistematika yang sama, diskusi film, diskusi berita media atau mengamati fenomena sekitar, tetap menjadi cara saya untuk saling memahami dengan anak-anak. Cara ini sangat membantu saat mereka benar-benar menghadapi masalah, sesuatu yang pasti terjadi sebagai konsekuensi dari perkembangan.

Yeti Widiati

Sabtu, 27 Januari 2018

PEMBENTUKAN PERILAKU - yws







KERAS VERSUS TEGAS





PENGELOLAAN EMOSI ITU PERLU DIPELAJARI - yws




BE FLEXIBLE - yws


GUNTING VERSUS GADGET - yws


REMAJA - yws




MENGENAL EMOSI - yws






KAPAN BERTANYA 'MENGAPA' ITU KURANG EFEKTIF UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK? - yws


DIVERGENT AND CONVERGENT THINKING - yws



DUA ORANG TANTRUM - yws


DAMPINGI ANAK DI ERA DIGITAL - yws


RENDAHKAN HATI AGAR BISA MEMAHAMI (Konteks komunikasi dan empati pada anak) - yws




MENGAJAR SESUAI KEMAMPUAN - yws


10 PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU - yws




IDOLA (Konteks Perkembangan Remaja) - yws


DAN SIAPKAN ANAK KITA UNTUK SUATU MASA YANG KITA BELUM TENTU AKAN MENDATANGINYA - yws



"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...