Kamis, 20 Agustus 2015

PSIKOLOG JUGA MANUSIA ....
(Dibaca dengan nada lagu "Rocker juga Manusia" yang dinyanyikan Candil saat masih bergabung dengan Seurieus) smile emotikon

Perkataan itu kerap saya ucapkan ketika ada saja orang yang terheran-heran menemukan ternyata psikolog juga punya masalah dalam hidupnya. Atau ketika ada orang yang berkata, "kamu gak mungkin bisa merasakan apa yang saya rasakan, karena kamu gak punya masalah kayak saya."


Masalah itu Sunnatullah, dia akan selalu datang dalam hidup manusia seiring dengan bertambah usia (psikologi perkembangan), bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan (psikologi pendidikan), bertambah luasnya relasi (psikologi sosial), bekerja (psikologi industri), termasuk juga adanya benturan dorongan dan keinginan yang ingin dicapai (psikologi klinis).

Salah satu hal yang saya syukuri dari sekian banyak keberkahan yang tak terhitung adalah karena saya sempat belajar agama dan psikologi secara paralel pada waktu yang relatif sama. Agama menanamkan kesadaran pada saya adanya Zat yang Maha Kuasa, di sisi lain psikologi mengajarkan saya kenisbian manusia dengan segala kekuatan dan kelemahannya sebagai makhluk.

Bekal ini yang saya gunakan ketika saya menghadapi berbagai tantangan dan kondisi dalam hidup.

Seorang teman psikolog pernah berkata pada saya, bahwa psikolog dan psikoterapis yang baik bukan mereka yang hidupnya selalu mudah. Psikolog dan psikoterapis yang baik adalah mereka yang menghadapi tantangan dan dapat mengatasinya. Mereka ini berpeluang lebih besar untuk dapat berempati pada kesulitan orang lain. Karena mereka pernah merasakan stress, cemas dan bahkan mungkin depresi atau bentuk-bentuk emosi lainnya. Mereka tahu usaha sebesar apa yang perlu dilakukan. Mereka juga tahu bagaimana lelahnya menghadapi ini semua. Termasuk mereka juga tahu bagaimana caranya "beristirahat" dan memotivasi diri. Mereka tak mudah merendahkan masalah orang lain.

Setiap masalah biasanya terkait dengan kelemahan diri kita. Dan kalau kita memandang dengan cara pandang Tuhan. Maka masalah adalah cara Tuhan menunjukkan kelemahan kita dan mengajarkan bahwa, itu lho titik di mana kita perlu meningkatkan diri dan mencapai level manusia yang lebih baik.

Ada orang yang lahir dan dibesarkan pada keluarga yang kurang ideal sehingga ia kehilangan kesempatan untuk belajar hal-hal mendasar yang pada umumnya dikuasai orang lain yang tumbuh dari keluarga ideal. Maka pada satu titik di masa depan ia akan dihadapkan pada kekurangannya tersebut. Dan Tuhan selalu punya cara untuk "memaksa" kita mendorong diri melampaui batas standar yang kita miliki selama ini. Tuhan punya standar sendiri yang ingin agar kita mencapainya.

- Sulit memahami orang lain, Tuhan akan hadapkan kita pada kondisi di mana kita "harus" memahami dan bahkan melayani orang lain.
- Tidak sabar mengajari orang lain, Tuhan akan kirimkan orang yang menantang kesabaran dan ketelatenan kita untuk mengajarinya.
- Cenderung egois dan mementingkan diri sendiri. Tuhan akan membenturkan diri kita pada situasi di mana kita harus mendahulukan orang lain.
- Dlsb (Daftar ini bisa kita perpanjang)

Karena masalah dan tantangan adalah Sunnatullah, maka bergantung pada kesediaan kita untuk coping dan solving the problem. Stress dan libatan emosi saat menghadapi tantangan tersebut lebih banyak disebabkan kesediaan kita untuk menerima kondisi (acceptance). Semakin kita menolak, semakin kita tidak adaptif semakin tinggi libatan emosinya.

*Pahit dan manis sama saja. Selama itu semua datangnya dari Tuhan, maka pasti baik adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...