Kamis, 20 Agustus 2015

Berulang kali saya ditanya tentang kontroversi penggunaan kata JANGAN dan TIDAK. Ada sebagian orang mengatakan agar para orangtua menghindari mengatakan JANGAN dan TIDAK kepada anak, sementara di sisi lain kitab-kitab suci termasuk Al Qur'an banyak menggunakan kata JANGAN dan TIDAK dalam berbagai ayatnya.
Ini pendapat saya;
-------------------------------------------------------

IKUTI BAGAIMANA AL QUR'AN DAN ASSUNNAH "BERBICARA"
(Terkait kata JANGAN dan TIDAK dalam konteks pendidikan anak)

1. Cek ayat-ayat dalam Al Qur'an atau sabda nabi yang menggunakan kata JANGAN atau TIDAK. Lihatlah bahwa sekalipun ada kata JANGAN dan TIDAK, diikuti dengan:
- Alasan atau reasoning kenapa perilaku itu dilarang, dan/atau
- Ada perilaku alternatif yang disarankan.

Misalnya, saya ambil contoh ayat dari surat Luqman, "Wahai anakku, JANGANLAH engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar.” atau contoh lain, "maka sekali-kali JANGANLAH kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan JANGANLAH kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan."

Pertanyaan saya (harap dijawab jujur dalam hati saja), apakah setiap kita melarang dengan kata JANGAN pada anak, kita (orangtua atau guru) mengiringi dengan penjelasan atau menunjukkan perilaku yang diharapkan?
Yang saya lihat dalam keseharian adalah, orangtua hanya bilang JANGAN tapi kemudian tidak menjelaskan kenapa perilaku itu tidak boleh dan juga tidak menyampaikan perilaku apa yang diharapkan. Bahkan dalam banyak kasus melanjutkan dengan labelling, misalnya, "JANGAN ribut, kamu ini bandel banget sih ... "

2. Anak berbeda dengan orang dewasa.
Orang dewasa sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai untuk bertindak dan mengambil keputusan. Anak, pengetahuannya masih terbatas. Ketika ada ayat "Dan JANGANlah kamu mendekati zina.." maka orang dewasa tahu apa pilihan lain yang bisa dilakukannya selain zina. Menikah, menundukkan pandangan, shaum, dll.

Tapi anak tidak begitu. Sehingga ketika anak dilarang, maka perlu diberitahu apa yang bisa ia lakukan. Tidak cukup hanya berkata, "JANGAN ribut!". Lalu kalau tidak boleh ribut, bolehnya ngapain? Yang terjadi adalah anak akan trial error melakukan banyak hal, yang seringkali membuatnya bingung, karena seolah tak ada yang bisa dilakukan. Dalam kondisi seperti ini baik orangtua maupun anak berpeluang menjadi emosi. Kenapa tidak dikatakan, "JANGAN ribut, adik sedang tidur nanti bangun. Gimana kalau kamu main di luar, atau gimana kalau kamu baca buku dulu."

JANGAN itu seperti rem pada kendaraan. Ketika ada bahaya, maka kita mengerem. Tapi setelah itu kita tidak bisa diam di situ terus, kita harus maju lagi. "Maju lagi" itu analogi dari "apa yang perlu dilakukan anak"

3. Hukum bagi anak berbeda dengan hukum bagi orang dewasa.
Ada banyak hal yang dilarang dilakukan oleh orang dewasa tapi dimaafkan apabila dilakukan anak. Oleh karena itu cara memberi tahu anak menjadi berbeda karena konsekuensi hukumnya juga berbeda.

4. Dalam banyak hal, ammar ma'ruf didahulukan daripada nahi munkar. Dahulukan mengajak pada kebaikan daripada melarang. Itu pendapat saya.

5. Cara kerja otak itu unik, karena lebih mudah bagi otak untuk menyimpan stimulus visual. Kalau saya bilang "JANGAN membayangkan gajah warna pink" maka otomatis kita akan membayangkan gajah warna pink. Itu kenapa beberapa ahli menyarankan kita (untuk mempercepat proses penerimaan stimulus) adalah dengan menyampaikan kata atau kalimat yang lebih cepat diterima otak, misalnya, 'Bayangkan gajah yang berwarna coklat." maka otomatis gajah pink tidak akan terbayang.

Saya pernah buktikan itu dan silakan teman-teman melakukan sendiri percobaan kecil-kecilan. Ada seorang balita sedang disuapi. Di sebelahnya ada TV menyala menyiarkan film kartun. Matanya melirik terus ke TV sehingga mulutnya tidak mengunyah. Ibunya kesal, sehingga menegur, 'JANGAN nonton TV ..." Yang terjadi adalah anak itu terus menerus menengok ke TV dan ibunya menjadi kewalahan karena proses makan menjadi lama.

Singkatnya, kata JANGAN dan TIDAK, efektif bila orang yang dilarang sudah memiliki sistem value yang kuat dan tahu apa alternatif perilaku apa yang bisa dilakukan selain yang dilarang.

Silakan katakan JANGAN dan TIDAK pada anak. Tapi PASTIKAN bahwa anak tahu apa perilaku lain yang BOLEH dilakukan. Kalau tidak, anak akan bingung dan stress.

*Tidak mungkin ada kata JANGAN dan TIDAK kalau tidak ada gunanya ...

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...