Rabu, 19 Agustus 2015


MENGELUH

Dari curhat keseharian, konsultasi pribadi, dan membaca status/komen di FB saya menemukan banyak sekali orang mengeluh. Keluhannya beragam, ada yang layak ditanggapi dan ditindak-lanjuti, tapi banyak juga yang lebih layak di-hide atau di-remove. Yang mana sebetulnya keluhan yang layak didengar dan ditanggapi?

Banyak keluhan muncul dalam bentuk yang sama, yang membuat berbeda adalah motivasi complainer ketika ia mengeluh;
1. Complainer caper
"Aduh bete banget nih ..."
"Kenapa dear ... kok bete ...?"
"Ada deh ..."


Pengeluh tipe ini, mengeluh karena reaktif, dorongan emosi sesaat, cari perhatian dan tidak berniat untuk menyelesaikan masalahnya.

2. Tukang protes
"Banjir dan macet di mana-mana, gimana sih kerjaan pemerintah, gak ada yang becus ..."
"Pendidikan kita gak ada yang beres, anak-anak tawuran, pacaran, bukannya pada belajar. Kurikulum ganti setiap ganti menteri. Guru-guru gak ngasih contoh yang bener, dll. "
"Pejabat semuanya korupsi, jalan-jalan keluar negeri, bukannya mikirin rakyat"

Pengeluh tipe ini, jago analisis, akurat mencari kekurangan dan senang debat. Misalnya pun masalah selesai, mereka akan tetap berhasil mencari topik dan kekurangan yang lain, karena memang tujuannya bukan mencari solusi. Dan kalau ada konklusi tak ada dorongan kuat mewujudkannya. Biasanya masalah yang diusung adalah masalah yang bersifat sistem, yang tidak jelas salah siapa, tidak bisa diselesaikan satu orang dan tidak bisa diselesaikan dalam sekejap.

3. Problem solver
"Ada yang tahu gak ya gimana caranya bikin anak mau makan? Anakku males banget makan beberapa hari ini, bingung euy ..."

Pengeluh tipe ini punya tujuan mencari solusi. Mereka biasanya memiliki kesediaan dan keterlibatan untuk melakukan perubahan. Pertanyaannya fokus, melibatkan dirinya dan ada komitmen kepada dirinya sendiri. Memang ada juga yang tidak memiliki komitmen untuk menyelesaikannya. Kalau seperti ini, maka mereka sama saja dengan complainer pertama.

4. Cry for help
Pengeluh seperti ini yang tersamar. Seringkali keluhan yang ditampilkan bukanlah masalah yang sebenarnya. Orang jadinya tidak menyadari dan berespon salah. Mereka boleh jadi juga sebetulnya tidak menyadari kalau ada masalah. Atau menyadari ada masalah tapi tak tahu bagaimana cara mengungkapkan. Atau juga menyadari ada masalah tapi tak berusaha menyelesaikan yang akhirnya mengganggu dirinya sendiri dan membuatnya stress. Kadang membungkusnya dengan kata-kata "Biarlah Tuhan yang tahu ..."

--------------------
Seperti juga relasi di dunia nyata, di mana masalah tidak semuanya bisa dituntaskan, maka demikian pula komunikasi di dunia maya. Ada manfaatnya, namun juga ada yang hanya semu belaka.

Ada yang menghindari komunikasi di dunia nyata lalu beralih ke maya. Tidak sedikit pula yang mencibir dunia maya dan tapi tetap tidak bicara dan menyelesaikannya di dunia nyata.

Apapun pilihannya, motivasi untuk berbicara/mengeluh menjadi sangat penting.

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...