Kamis, 20 Agustus 2015



THE POWER OF QUESTION
(Konteks Problem Solving)

Percayakah anda bahwa ada pertanyaan yang bisa membuat anda merasa sedih, bahagia, marah, atau berbagai emosi lainnya?

Percaya juga kah anda bahwa ada pertanyaan yang memiliki kemampuan membuat anda melakukan problem solving? Pertanyaan-pertanyaan itu belum juga dijawab, tapi saat dipikirkan jawabannya, sudah memiliki kemampuan untuk memaksa kita berpikir lebih mendalam.

Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan ini bukan seperti pertanyaan dalam ujian yang hanya menuntut memilih dari pilihan berganda, pertanyaan dengan hanya satu jawaban yang benar, atau pertanyaan melengkapi kalimat.

Dalam Al Qur’an, dan mungkin juga dalam kitab-kitab suci lainnya, Allah kerap bertanya dengan pertanyaan yang membuat kita berpikir lebih lanjut. Misalnya, "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS: Al-An'am Ayat: 50)

Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang yang terkenal memiliki kemampuan mengajukan pertanyaan yang memiliki kekuatan menyelesaikan masalah. Pertanyaan yang ketika itu diajukan membuat si penjawab tidak hanya fokus pada jawabannya tapi juga mengembangkan pemikirannya sendiri sehingga menemukan jawaban-jawaban lain yang sebetulnya tidak ditanyakan.

Sementara dalam keseharian, para filsuf alamiah itu adalah anak-anak (usia sampai 12 tahun). Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan sederhana tapi tidak selalu mudah dijawab. Bahkan dalam pengalaman saya pribadi, kerap kali pertanyaan itu membuat saya menjadi berpikir panjang dan mengevaluasi berbagai hal yang saya lakukan, baik sebagai diri maupun sebagai orangtua.

Saya masih ingat pertanyaan anak terbesar saya saat ia masih usia SD, “Kenapa aku harus belajar matematika kalau nanti aku besar aku mau masuk bidang seni dan tidak masuk jurusan matematika?” Anak kedua saya juga pernah bertanya, “Kenapa laki-laki boleh tidur di masjid tapi perempuan tidak boleh? Tidak adil sekali dunia ini.” Atau pertanyaan, "
Sungguh, pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa dijawab sederhana dengan hanya satu dua patah kata. Pertanyaan-pertanyaan itu bahkan membuat saya berpikir lebih jauh tentang banyak hal di dunia ini.

Dalam konteks konsultasi di klinik, menghadapi klien-klien atau melakukan proses coaching. Maka ketrampilan bertanya sangat dibutuhkan. Seringkali psikolog atau konsultan menghabiskan banyak waktu bertanya menggali data untuk melakukan identifikasi masalah. Hal ini karena psikolog atau konsultan merasa bahwa mereka lah yang perlu menyelesaikan masalah kliennya. Padahal sebetulnya klien lah yang lebih tahu masalahnya sendiri (Client is the expert), sehingga dia lah yang seharusnya menyelesaikan masalahnya. Psikolog hanya mengajukan pertanyaan untuk membimbing klien menemukan jalan mencapai tujuan klien.

Seorang guru perlu memiliki kemampuan bertanya ala Socrates ini, karena kemampuan ini dapat mendorong berbagai kemampuan berpikir pada level yang lebih tinggi daripada sekedar mengingat (memori). Kemampuan elaborasi, analisis, sintesis, problem solving dll. dapat menjadi lebih berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...