Kamis, 20 Agustus 2015


KESUKSESAN VERSI ORANG INTROVERT
(Konteks acceptance dan adaptasi terhadap anak)

- Anak saya introvert banget bu, dia tidak mau mendengarkan kalau saya bicara. Tertutup sekali dan banyak rahasianya. Dia sampai bilang, 'Udah deh mama jangan nanya-nanya melulu, pusing'

+ Putri ibu senang main sama teman-temannya gak?

- Ya itu juga masalahnya, dia kalau sama teman-temannya sih gak masalah. Rame banyak ngomong. Tapi kalau sama saya nggak. Mau jadi apa dia nanti kalau introvert begitu.

----------

Istilah introvert dan ekstrovert kerap disederhanakan menjadi pendiam dan banyak bicara. Padahal tidak sesederhana itu. Introversi dan ekstroversi adalah berkaitan dengan bagaimana seseorang mengarahkan energi mentalnya.

Orang introvert lebih banyak mengarahkan energi mentalnya ke dalam diri, sehingga ia lebih sering melakukan refleksi. Ia membutuhkan waktu soliter lebih banyak untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu orang introvert senang melakukan aktivitas soliter seperti, membaca, menulis, menggunakan komputer, memancing. Seniman, penulis, pematung, insinyur, komposer dan para penemu seringkali adalah seorang introvert. Mereka lebih menyukai fokus pada satu aktivitas. Mengamati terlebih dahulu sebelum terlibat dalam suatu kegiatan. Dan berpikir serta menganalisis terlebih dahulu sebelum berbicara. Berbeda dengan seorang pemalu yang memiliki kecemasan dalam berinteraksi sosial. Orang introvert yang sehat, tidak memiliki kecemasan tersebut, namun memang lebih suka situasi soliter.

Sementara orang yang ekstrovert lebih banyak mengarahkan energi mentalnya ke luar diri. Ia merasa lebih terbangkitkan bila berada dalam kelompok atau melakukan relasi sosial yang intens. Sehingga ia nampak mudah terlibat dan beradaptasi dalam lingkungan baru. Bidang marketing, politik dan aktivitas-aktivitas sosial lebih menarik bagi mereka.

Ada satu istilah lagi yang relatif kurang dikenal, yaitu ambievert. Orang ini dapat berubah-ubah antara ekstrovert dan introvert.

Pada dasarnya tidak ada orang yang 100 persen introvert dan 100 persen ekstrovert. Dan sekalipun seseorang itu dominan pada satu kutub, maka tak ada salahnya juga menjadi orang seperti itu.

Oleh karena itu menjadi menarik ketika menyimak keluhan para orangtua mengenai anak-anaknya yang "dicurigai" introvert hanya karena mereka enggan berbicara dengan orangtuanya. Menurut saya di sini ada beberapa kesalahan berpikir.

Kesalahan berpikir yang pertama adalah menganggap bahwa introvert itu salah dan bermasalah sehingga mempunyai anak introvert menjadi "patut disesali."

Kesalahan berpikir yang kedua adalah menganggap bahwa introvert terkait dengan kemampuan bicara dan kesediaan mendengar. Padahal kemampuan bicara tidak ada hubungan dengan introvert. Dan karena orang introvert senang menyimak dan berpikir, maka kemampuan mendengar justru relatif lebih menonjol.

Kesalahan berpikir yang ketiga adalah mendefinisikan kesuksesan dengan paradigma ekstrovert, yaitu orang sukses adalah orang yang mudah bergaul, menarik ketika berbicara, asertif, dll.

Jadi kalau anak tidak mau berbicara dan mendengarkan orangtua, itu lebih karena situasi itu tidak menyenangkan atau bahkan mengancam baginya. Tidak ada hubungannya dengan introvert ataupun ekstrovert. Kalau setiap anak berbicara, langsung di-judge/dihakimi atau disalahkan, maka aktivitas berbicara dengan orangtua menjadi aktivitas yang kurang menarik dan anak akan enggan melakukannya.

Dan kalaupun anak adalah benar introvert, terima saja, dan ada banyak cara memanfaatkan kecenderungan introvertnya tersebut untuk menjadi sukses.

*Definisi introvert dan ekstrovert mengacu pada Carl Gustaf Jung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...