Rabu, 19 Agustus 2015


DI MANA .... LOGIKA .... ?
(Konteks parenting)

Mengacu pada status saya sebelumnya tentang 5 jenis kecerdasan dan kaitannya dengan kesuksesan, maka logika adalah salah satu aspek dari sekian banyak aspek dalam kecerdasan intelektual.


Logika-lah yang membuat apakah ide dan pemikiran kita layak dipercayai atau tidak. Logika ini juga yang digunakan sebagai salah satu tanda apakah seseorang mengalami gangguan mental atau tidak. Dan logika biasanya dapat diketahui dari perkataan lisan maupun tulisan seseorang.

Logika bisa menjadi bias atau melenceng, ketika seseorang dipengaruhi emosi. Dan seringkali yang bersangkutan tidak menyadarinya.

Dalam konteks pendidikan sekolah, logika diajarkan melalui matematika pada khususnya, dan melalui mata pelajaran lain pada umumnya. Kalau olahraga adalah latihan untuk kebugaran dan melenturkan otot, maka matematika adalah latihan untuk kesegaran otak dan fleksibilitas berpikir. Itu juga salah satu sebabnya mengapa orang yang senang berpikir dan membaca bisa terhindar dari kepikunan di masa tuanya.

Sama seperti olahraga, matematika kadang melelahkan dan membosankan. Siswa tidak selalu menyadari untuk apa ia belajar matematika. Ia seperti disuruh berlari tanpa henti dan tak tahu kapan ujung akhirnya. Banyak siswa yang akhirnya membenci matematika karenanya. Tantangan bagi para guru, bagaimana mengemas matematika menjadi pelajaran yang menarik dan memiliki manfaat yang jelas bagi siswa.

Logika sederhana hanya menghubungkan antara A dengan B.
Berlanjut kepada 'sekuen,' yang diajarkan melalui deret (deret hitung ataupun deret ukur) yang mengajarkan logika dan juga antisipasi.
Dan selanjutnya adalah 'persamaan,' mengajarkan sistematika berpikir.

Dalam konteks pendidikan di rumah, hubungan sebab akibat ini diajarkan bukan hanya melalui kata-kata, tapi juga perbuatan. Hubungan sebab akibat ini apabila dilakukan berulang maka akan menjadi sekuen (keurutan) dan kemudian pola ini menjadi sistematika untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang sama.

Nah, ini dia yang menjadikannya menarik. Apakah yang kita katakan dan kita lakukan sebagai orangtua di rumah sudah menunjukkan cara berpikir yang logis?

Ketika anak menangis kemudian langsung kita beri permen.
Maka logika yang terbentuk pada anak adalah:
Jika MENANGIS maka datanglah PERMEN
Bila hal ini terjadi berulang;
MENANGIS -> PERMEN
MENANGIS -> ES KRIM
MENANGIS tambah keras -> ES KRIM tambah banyak
NGAMBEK -> MAINAN
NGAMBEK tambah kuat -> BOLEH APA SAJA
NGAMUK -> ORANGTUA MENYERAH

Anak mengambil kesimpulan,
Kalau saya melakukan perbuatan menangis, ngambek atau bahkan mengamuk maka saya akan memperoleh kesenangan, perhatian dan kemudahan.

Maka pola atau sistematika berpikir ini yang akan digunakan anak ketika ia memiliki keinginan tertentu.

.......................

* Melihat orang-orang yang senang dengan kesenangan instan, tak sabar dan memaksa ....
Jadi membatin, "mulai dari diri sendiri dan dari keluarga ... "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...