Kamis, 20 Agustus 2015

PACING (PPPP) & LEADING (LLLL)
(Konteks komunikasi dengan anak/remaja)

"Masak saya mesti mengikuti anak. Seharusnya anak yang mengikuti saya. Saya kan orangtuanya. Saya lebih mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan ..."

Dalam berbagai sesi seminar dan training untuk orangtua, baik itu berbicara tentang komunikasi ataupun pola asuh, maka komentar ini kerap muncul dan terucap dari para orangtua.

Ada keberatan dan bahkan penolakan pada orangtua untuk mengikuti dan menyeleraskan cara pandang dan sikapnya dengan anak. Namun di sisi lain para orangtua ini juga mengeluh bahwa anak-anak mereka tidak patuh, tidak mau mendengar apa yang mereka katakan dan kerap membantah ketika dinasihati.

Pola yang sama juga muncul ketika guru mengeluh tentang muridnya yang membandel, atasan yang mengeluh bawahannya yang tidak patuh, pemimpin yang mengeluh masyarakat kerap melanggar aturan, bahkan termasuk para ustadz/ustadzah yang mengeluh karena jamaahnya tidak juga mengikutinya.

Saya mengamati bahwa yang membuat orang tidak mematuhi atau mengikuti apa yang kita sampaikan tidak selalu karena konten materi yang disampaikan tapi lebih kepada siapa, bagaimana orang yang menyampaikan itu dan seberapa besar kedekatan orang tersebut kepada kita.

Semakin kita merasa dekat dan beririsan dengan orang tersebut, maka semakin besar peluang kita menerima apa yang disampaikan orang itu. Dan sebaliknya semakin kita merasa berjarak dan terpisah dari orang tersebut, maka semakin kita mengabaikan dan bahkan menolak apa yang disampaikan orang tersebut.

Jadi kembali ke pertanyaan orangtua di atas, "Apakah kita harus mengikuti semua yang dilakukan anak kita agar mereka mengikuti kita?"

Beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Pacing.
Ikuti beberapa sampel perilaku anak atau remaja kita, misal, anak suka nonton film kartun. Maka duduklah bersama anak dan tonton bersama. Pada awalnya, hindari nasihat, hanya bersama-sama dan melakukan kegiatan bersama. PPPP

2. Setelah anak merasa bahwa orangtuanya adalah buddy atau teman mereka (observasi dari perilakunya, biasanya anak terlihat lebih santai). Maka mulai lakukan perilaku yang berbeda, misalnya, biasanya setelah nonton film kartun pertama, anak akan memindahkan channel dan mencari film kartun lain. Maka orangtua melakukan hal yang berbeda, misalnya, mengajak bermain. Kalau anak menolak, berarti hubungan/rapport belum terbentuk. Tapi kalau anak mengikuti, berarti hubungan sudah mulai terbentuk. PPPL

3. Lakukan pacing beberapa kali atau beberapa hari dengan pola yang sama. Bersabarlah, jangan tergesa-gesa untuk segera mengubah perilaku. Semuanya ada prosesnya.

4. Bila setelah pengecekan anak beberapa kali anak mau mengikuti apa yang dilakukan orangtua, maka rapport atau hubungan yang baik sudah terbentuk, maka orangtua bisa mulai melakukan leading atau mengarahkan pada perilaku yang diharapkan dengan frekuensi lebih besar. PPLL

5. Leading juga dilakukan bertahap, satu kali dulu, kemudian diselang dengan pacing. Setelah berhasil baru ditingkatkan frekuensinya. PLLL - PLLL

6. Saat bonding atau ikatan sudah benar-benar terbentuk, maka leading dapat kita lakukan dalam intensitas dan frekuensi yang lebih besar L-L-L-L.

Memang ada orang-orang yang secara alamiah memiliki kemampuan influence yang begitu besar, sehingga dapat melakukan leading begitu cepat. Namun kabar baiknya adalah bahwa kemampuan ini bisa dipelajari oleh siapa pun. Kesabaran yang lebih dibutuhkan.

Sumber gambar http://childtherapynow.com/pcit.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...