Kamis, 20 Agustus 2015



PERTANYAAN MENYEBALKAN
(Konteks Komunikasi dan Relasi Sosial)

Waktu lebaran, (atau juga reuni) itu waktunya kumpul-kumpul. Baik dalam keluarga besar ataupun pertemanan, maka ketika berkumpul kerap ada pertanyaan yang diajukan. Biasanya oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda. Atau orang yang sudah sukses kepada temannya yang lain. Banyak pertanyaan menyebalkan yang diajukan. Mengapa menyebalkan? Karena jawaban dari pertanyaan tersebut akan mengandung "nilai" yang bisa dibandingkan dan berpeluang menurunkan harga diri.


Herannya, sekalipun menyebalkan, tapi tetap juga ditanyakan bahkan oleh orang yang dulu pernah merasa sebal ditanya hal itu. Boleh jadi karena sudah menjadi formalitas turun-menurun, sehingga rasanya aneh kalau kita tidak bertanya hal-hal di bawah ini. Dan banyak kita memang tidak tahu alternatif pertanyaan lain apa yang lebih baik.

Di berbagai budaya, pertanyaan di bawah ini dianggap terlalu privat dan tak layak ditanyakan. Sehingga dipandang kurang sopan untuk menanyakannya. Di Indonesia pertanyaan ini dianggap wajar. Ada yang karena ingin "mengukur" orang lain, ada yang karena memang peduli dan ada juga yang sekedar hanya kepo dan formalitas.

Ada banyak pertanyaan-pertanyaan jenis ini, tapi beberapa diantaranya misalnya adalah.

1. Kapan lulus? ---- Pertanyaan ini menyebalkan buat mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan belum juga kelar.

2. Kapan kerja? ---- Pertanyaan menyebalkan buat sarjana fresh graduate yang setelah beberapa bulan masih juga mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan dan bolak balik ikut seleksi.

3. Kapan nikah? ---- Menyebalkan buat para bujangan yang belum laku juga.

4. Kapan punya anak? ---- Menyebalkan buat pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak sesudah nikah beberapa tahun.

5. Kamu rangking berapa? ---- Menyebalkan buat anak yang rangkingnya di atas 10.

6. Berapa nilai UN-nya? ---- Menyebalkan buat anak yang baru lulus SD dan SMP. SMA sih gak ngaruh karena masuk PTN tidak menggunakan NEM

Dst.
Ketika jawaban bisa dikuantifisir atau dihitung dan dibandingkan, maka yang berani menjawab hanya mereka yang yakin betul bahwa jawabannya akan memuaskan orang lain dan melindungi harga dirinya. Sayangnya tidak semua orang mencapai level itu. Sehingga bertanya hal-hal yang serupa dengan di atas lebih banyak membuat malu dan merendahkan diri orang lain.

Kalau kita peduli dengan orang lain dan ingin menjadi saudara atau teman yang baik, pikirlah "seribu kali" untuk bertanya hal-hal di atas. Atau ajukan pertanyaan yang bisa meningkatkan harga diri mereka.

Selamat Lebaran dan berkumpul bersama sanak famili.

*Ngingetin pertama buat diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...