Kamis, 20 Agustus 2015



ANAK KEDUA, ANAKKU JUGA

"Anak saya yang kedua itu kok beda banget sama kakaknya, ya bu ... "

Saya sudah tak asing dengan kalimat itu. Baik orangtua yang mengeluh tentang anak keduanya, maupun tentang anak pertamanya. Poin-nya adalah bahwa anak kedua berbeda dari anak pertama.


Statistik memang menunjukkan hal tersebut. Sampai-sampai tema karakter terkait urutan atau posisi anak dalam keluarga menjadi tema khusus yang dibahas saat saya dulu belajar Psikologi Perkembangan (Manusia). Karena memang urutan anak ternyata adalah salah satu yang berpengaruh terhadap karakter anak.

Ada keinginan dan dorongan yang sangat besar pada diri manusia untuk menjadi dirinya sendiri yang utuh dan unik. Mereka tak suka dibandingkan dengan orang lain, hatta itu saudaranya sendiri padahal mereka membawa gen yang sebagian besar sama.

Dengan mekanisme yang unik hal itu yang terjadi pada anak kedua. Bila kakaknya pendiam, maka si adik kedua lebih rame. Sebaliknya bila kakak rame, maka adiknya pendiam. Kakak dan adik seringkali memiliki hobi yang berbeda dan memiliki kekuatan/kelemahan yang berkebalikan.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan perbedaan itu. Hanya saja entah mengapa orangtua senang sekali membandingkannya. Masalahnya dengan membandingkan adalah orang yang dibandingkan kerap merasa dia diukur. Dan ukuran berarti melibatkan nilai mana yang lebih baik, dan mana yang lebih buruk.

Yang membuat anak merasa tidak nyaman adalah, bila orangtua bukan hanya menilai dan membandingkan tetapi juga memiliki preferensi atau lebih suka pada karakter satu anak daripada karakter anak yang lain. Dan preferensi itu tampil pada perlakuan, ekspresi, pemihakan orangtua, yang terasa jelas bagi anak dan mendorong respon alamiahnya. Perasaan diterima akan mendorong respon kooperatif, sedangkan perasaan ditolak akan mendorong respon caper (cari perhatian) baik dengan cara positif (menunjukkan prestasi) maupun cara negatif (nakal atau melanggar aturan).

Anak dengan cara uniknya mengingatkan pada orangtua, bahwa mereka hanya perlu diterima apa adanya. Karena mereka hadir dalam hidup kita adalah atas pilihan Sang Maha Tahu. Apakah anak pendiam, rame, cepat belajar, sensitif, banyak makan, banyak bergerak, dll. semua adalah pilihan Allah untuk memberi peluang bagi orangtua meningkatkan kualitas dirinya. Sekaligus mengingatkan bahwa anak pada hakikatnya adalah 'milik' Allah, dan hanya titipan bagi orangtuanya ....

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...