Kamis, 31 Desember 2020

TAHAPAN PERKEMBANGAN "BERMAIN" PADA ANAK - yws


Bermain adalah aktivitas penting pada anak dan merupakan cara anak belajar tentang ragam hal sebagai persiapan bagi hidup anak di masa depan.
Dalam setiap tahapan usia anak, maka seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, maka karakteristik bermain pun berbeda-beda. Orang tua dan guru perlu mengetahui karakteristik ini agar dapat memahami serta melakukan pendampingan dan pengembangan anak sesuai dengan tahapan usianya. Pemahaman ini akan membuat orang tua lebih bersabar dan tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang melampaui kemampuannya.
USIA 0 - 2 TAHUN - UNOCCUPIED PLAY
Aktivitas yang dilakukan anak lebih banyak hanya berespon sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Jadi anak akan melihat benda yang diperlihatkan, mendengar suara yang terdengar, menyentuh sesuatu yang menarik baginya. Namun belum ada 'tujuan' yang jelas baginya.
Oleh karena itu penting pada usia ini untuk memperkenalkan ragam benda dan sifat-sifatnya kepada anak sebanyak mungkin. Misalnya, memperlihatkan benda-benda di lingkungan. Sebutkan namanya, warnanya, bentuknya, suaranya, dll. Sehingga ini menjadi informasi awal bagi anak.
USIA 2 - 3 TAHUN - SOLITARY PLAY
Pada usia ini, minat anak terhadap lingkungan sudah bertambah besar seiring dengan "kesadaran" pada dirinya bahwa ternyata benda-benda di lingkungannya ternyata memiliki makna. Oleh karena itu anak mulai mengamati lingkungan dan melakukan manipulasi dengan sengaja untuk melihat konsekuensinya. Pada saat ini anak mulai mengembangkan pemahaman yang paling dasar dan sederhana mengenai hukum "Sebab-Akibat".
Tidak aneh bila pada masa ini anak mulai menjatuhkan barang dengan sengaja untuk melihat efeknya. Mengapa bola dijatuhkan memantul, boneka dijatuhkan tidak memantul, gelas dijatuhkan pecah, dll. Mainan dieksplorasi, dilepaskan, dibenturkan, dll. Tak jarang orang dewasa menganggapnya ini sebagai aktivitas "merusak". Pada umumnya anak masih berfokus pada dirinya sendiri, sehingga tidak menyadari kehadiran orang lain. Tak jarang pula ia akan mengambil begitu saja barang milik orang lain, dan marah bila aktivitasnya terganggu.
Orang tua/pengasuh perlu menyadari kebutuhan eksporasi ini, sehingga tak perlu memberikan mainan yang membuat orang tua meradang ketika "dieksplorasi". Lebih baik membelikan mainan yang memang bisa dilepaskan, tahan banting, boneka empuk yang bisa digencet, dll. Buku pun dibelikan yang tebal dan tak mudah sobek.
USIA 2,5 - 3,5 TAHUN, PARALLEL PLAY
Pada usia ini beberapa anak mulai bergeser pada tahapan berikutnya. Ia bisa bermain bersama dengan anak lain dalam satu tempat, namun masih minimal interaksi. Anak masih lebih banyak berfokus pada aktivitasnya sendiri. Anak sudah bisa diajak mulai belajar untuk meminta dengan cara yang baik, meminta izin, dll. Tapi tidak perlu emosi bila anak belum berhasil melakukannya dengan sukses, karena anak memang masih berproses untuk menyadari kehadiran dan fungsi orang lain. Menyadari bahwa orang lain adalah manusia yang hidup, dan bisa berespon balik (berbeda dengan benda mati yang statis) adalah tidak mudah bagi anak.
Berikan anak kesempatan aktivitas dalam kelompok terbatas 2-5 orang. Mainan bisa apa saja, terutama yang mengembangkan motorik kasar. Namun semuanya memberi kesempatan anak untuk menyadari kehadiran orang lain.
USIA 3 - 4 TAHUN, ASSOCIATIVE PLAY
Interaksi dengan anak lain menjadi lebih banyak. Anak pun mulai mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan lebih baik. Kemampuan membayangkan yang merupakan cikal bakal kemampuan berpikir abstrak mulai berkembang.
Selain memberikan mainan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir seperti puzzle, balok-balok, buku bergambar. Berikan juga anak-anak ragam boneka (orang atau binatang) dan mainan yang dapat mengembangkan imajinasinya. Anak perempuan biasanya main masak-masakan, laki-laki menjadi montir, dll. Kemampuan motorik kasar juga semakin berkembang, sehingga berlari, melompat, bergantung, memanjat dll. terutama bila dilakukan bersama teman lainnya akan menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
USIA 4 - 6 TAHUN, COOPERATIVE PLAY
Pada tahap ini anak mulai menyadari bahwa semua hal ada aturan, batasan, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ia menyadari pula ada emosi dalam dirinya dan ada juga emosi pada orang lain. Kemampuan berpikir semakin kompleks dan subtil (halus). Beberapa anak sudah mulai bisa diajak 'berpikir dan merasakan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
Selain alat permainan lainnya yang bersifat soliter, sediakan pula permainan yang mengandung aturan dan dapat melibatkan orang lain. Permainan yang harus melakukan secara bergiliran, yang menang mendapat hadiah/kemudahan dan yang kalah menerima konsekuensinya. Permainan menggunakan dadu akan mengajarkan pada anak bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi dan perlu dierima begitu saja.
Selain mengembangkan kemampuan berpikir, maka tahapan ini juga mengembangkan pengelolaan emosi yang lebih kompleks.
Sumber:
Developmental Stages of Play - Ida Shaw (Schema Therapy)
Dilengkapi oleh Yeti Widiati
Yeti Widiati 280519

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...