Kamis, 31 Desember 2020

MOM SHAMING, BULLYING VERSI EMAK-EMAK - yws

 

Saya berpikir beberapa kali untuk menuliskan tentang ini. Terus terang ada kekuatiran bahwa jangan-jangan saya pun pernah melakukan 'mom shaming' sadar atau pun tidak sadar. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap menuliskan, dengan niat terutama adalah untuk mengingatkan diri.
'Mom shaming', istilah trend saat ini mengacu pada kecenderungan untuk mengritik cara ibu lain dalam merawat, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Mereka yang sering menjadi obyek mom shaming diantaranya adalah para selebritis, karena kehidupannya sering dibuka di media sehingga orang bisa menilai mereka dengan terbuka. Juga para ibu muda, karena pengetahuan, ketrampilan dan pengalamannya dalam pengasuhan anak masih terbatas, sehingga kecanggungannya dalam mengasuh anak menjadi makanan empuk untuk dikritik.
Era digital memberikan peluang lebih besar untuk melakukan 'mom shaming' karena bisa melakukan share dan copas besar-besaran. Sehingga obyek 'mom shaming' menjadi lebih luas.
Ada banyak hal yang bisa dijadikan obyek 'mom shaming'
- Jadi ibu hamil itu jangan manja, mual harus dilawan, jangan tiduran melulu. Saya dulu tetap kerja tuh meskipun hamil.
- Kok cara nggendong bayinya aneh banget sih.
- Usaha dong makan daun katuk, jadi bisa ngasih ASI eksklusif, bukan sufor apalagi MPASI
- Anak masih kecil kok ibunya kerja.
- Sekolah tinggi-tinggi kok jadinya cuma ngurus anak.
- Kok pakai pembantu sih, saya ngurus anak banyak nggak pakai pembantu, tapi kerjaan beres semua.
- ....
Silakan dilanjut dengan ragam versus lain, lahir normal versus SC, Vak versus Nonvak, Realfood versus Unrealfood, dll.
Mom shaming yang dilakukan oleh orang lain, mudah dihindari. Nggak usah didengar atau kalau dari medsos, tinggal hide atau blokir. Yang lebih challenging adalah mom shaming yang dilakukan oleh diri sendiri. Omongan orang atau omongan diri yang mendegradasi diri sendiri diamplify (diperbesar) dengan diulang-ulang dan dibuat lebay. Ini yang perlu dihentikan. STOP mempengaruhi diri dengan kata-kata yang tidak memberdayakan. Mulailah mengisi kepala dengan kata-kata yang memberdayakan dan membuat semangat.
- Bersyukur dan percayalah pada Allah yang sudah mengamanahi kita dengan buah hati. Berarti Allah percaya pada kita untuk menjadi orang tua bagi anak-anak kita.
- Kenali diri, keterbatasan dan kelebihan diri kita.
- Bila kita memiliki keleluasaan dan kemudahan, itu adalah karena rahmat dan kasih sayang Allah
- Bila kita memiliki kesempitan dan kesulitan, itu adalah cara Allah memberi kesempatan kita untuk lebih membaguskan kualitas diri
- Wajar salah dalam belajar. Tak ada yang sempurna, dan tak perlu memaksa diri menjadi sempurna.
- Setiap ibu berbeda, setiap anak berbeda, setiap situasi berbeda. Sehingga tak aneh bila memilih cara yang berbeda sesuai kondisi masing-masing.
- Tak ada yang baku dan harus persis sama dalam parenting
- Bila menemukan ibu lain canggung dalam melakukan pengasuhan, ajari dengan cara yang baik, tak perlu melakukan 'Mom shaming', apalagi menyombongkan diri bahwa kita lebih baik darinya.
'Mom shaming', sama seperti juga bullying menunjukkan, masih ada PR terkait harga diri dan skema perilaku yang perlu dievaluasi kembali.
Yuk, senang dan menikmati menjadi ibu ...
Yeti Widiati 090818

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...