Kamis, 31 Desember 2020

TAHAPAN MENERIMA MUSIBAH- yws

 

(Cara Pandang Psikologi)
Ketika kita menghadapi musibah, maka emosi kita akan terpengaruh. Kondisi ini akan mempengaruhi juga cara berpikir, pengambilan keputusan dan perilaku yang kita tampilkan.
Hal itu bisa dipahami, karena perubahan yang tiba-tiba dari hal yang stabil menjadi tidak stabil, dari baik menjadi buruk, bagaimana pun akan menuntut perubahan dan adaptasi dari orang yang mengalami musibah tersebut. Dan pada umumnya orang tidak nyaman dengan perubahan, apalagi bila terjadi tiba-tiba.
Menurut Elisabeth Kübler-Ross, ada beberapa tahapan dalam menghadapi musibah, atau disebut juga tahapan Grieving, yaitu:
1. DENIAL
Menyangkal dan tidak menerima. Tahap ini ditandai dengan shock, panik, bingung, takut, keinginan menghindar, tidak percaya. Tubuh seringkali menegang, dan tidak nyaman. Kalimat, "Tidak mungkin!", "Mana bisa begitu!" adalah kalimat yang paling sering muncul pada situasi ini.
2. ANGER
Berikutnya adalah emosi marah. Pada tahap ini, sering terjadi adalah menyalahkan berbagai pihak atas terjadinya situasi tersebut. Menyalahkan orang lain, menyalahkan korban, menyalahkan pemerintah, bahkan dalam beberapa kasus, menyalahkan Tuhan.
3. BARGAINING
Pada tahap ini, ditandai dengan berandai-andai. Dan membuat tawar-menawar dengan Tuhan. Kalimat misalnya seperti, "Coba kalau saya beribadah lebih baik, kejadian ini tidak akan terjadi." atau berjanji akan menjadi lebih baik, "Saya harus lebih baik supaya Tuhan tidak memberikan musibah seperti ini," adalah kalimat yang kerap muncul.
4. DEPRESSION
Tahap ini ditandai dengan emosi sedih, frustrasi dan putus asa. Ketika merasa tidak berdaya, tidak tahu ke mana meminta pertolongan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kehilangan semangat, menangis, enggan berbuat apapun, adalah perilaku yang sering ditampilkan pada tahap ini. Tak jarang di tahap ini juga orang mulai mempertanyakan meaning atau hikmah dari peristiwa yang terjadi. Dia sudah mulai berjarak dengan masalah yang dihadapinya.
5. ACCEPTANCE
Tahap ini adalah ketika seseorang sudah menerima kenyataan yang terjadi dan tidak bisa diubah. Ini bukan berarti yang bersangkutan menjadi otomatis bahagia, akan tetapi lebih kepada sikap untuk siap berubah dan bertanggung jawab atas dirinya. Fokusnya bukan pada apa yang sudah terjadi, tetapi pada apa yang bisa dilakukan untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah tersebut. Ikhlas, sabar dan berusaha seringkali muncul pada tahap ini. Orang yang sudah sampai pada tahap ini juga siap untuk meningkatkan kualitas dirinya lebih baik, karena berusaha meningkatkan kompetensi penyelesaian masalah yang lebih baik.
Tahap ini terjadi alamiah pada setiap orang dengat kecepatan yang berbeda antar satu dengan orang lainnya. Tergantung besarnya musibah yang dihadapi, penghayatannya terhadap musibah dan juga resiliensinya.
Dalam kondisi meluasnya paparan Covid-19, kita dapat menilai di tahap mana kita berada sekarang. Bergeserlah untuk mencapai tahap acceptance.
Karena semua ketentuan dari Allah pasti ada hikmah di dalamnya dan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan keimanan dan kualitas diri.
Yeti Widiati 250320

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...