Kamis, 31 Desember 2020

PERSIAPAN MASUK SEKOLAH BARU - yws


Dari mana datangnya rasa cemas?
Dari mengkhawatirkan hal-hal yang belum jelas dan belum terjadi.
Hampir semua anak, dalam ragam kadarnya mengalami kecemasan ketika akan memasuki sekolah baru. Entah itu perubahan level (dari SD ke SMP), atau memang pindah dari satu sekolah ke sekolah lain meskipun levelnya sama.
Tinggi rendahnya kecemasan berkait pada kesiapan seseorang menghadapi situasi yang baru. Dan kesiapan berkait dengan pengetahuan/ketrampilan seseorang dan juga pengalaman gagal/berhasil pada situasi yang mirip dengan yang akan dihadapi.
1. Maka tugas pertama setiap orang ketika menghadapi perubahan atau situasi baru adalah mengumpulkan sebanyak mungkin informasi, hal-hal apa saja yang sekiranya akan terjadi, sehingga kita tahu apa yang perlu dipersiapkan. Dalam konteks anak, berarti orang tua lah yang perlu mengumpulkan informasi tersebut terlebih dahulu.
Misalnya, dari PAUD/TK akan masuk SD, kegiatannya nanti akan dibutuhkan belajar mandiri, sehingga anak perlu kemampuan minimal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (makan, minum, berpakaian, BAK/BAB, merapikan barangnya).
2. TAHU tidak menjamin seseorang otomatis menjadi BISA
Oleh karena itu setelah mengetahui apa yang perlu dikuasai oleh seorang anak, ia perlu berlatih untuk menguasainya
Misalnya,
- Toilet training sudah dilakukan jauh sebelum anak masuk TK, sehingga tak layak anak TK masih mengenakan pampers.
- Semasa TK anak sudah mulai belajar berteman, sehingga saat SD, ia lebih mudah beradaptasi
- Saat SD, anak sudah tahu mengenai value dan tahu cara menunjukkan kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan cara yang baik. Sehingga saat SMP ia tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Sekali lagi, tidak hanya cukup tahu, tapi dipraktekkan dengan role playing bagaimana caranya menolak teman.
- Saat SMP, anak sudah bisa belajar mandiri (membaca buku, mencari sumber, memilah informasi, menulis dengan baik, berbicara mengutarakan idenya, berpikir kreatif, analisis, memecahkan masalah, dll), sehingga pada usia SMA dia tidak harus disuruh-suruh belajar atau selalu bergantung pada guru sekolah atau guru lesnya.
3. Mengelola emosi
Kecemasan seringkali mengacu pada pengalaman gagal atau pengalaman tidak menyenangkan pada situasi yang mirip.
Misalnya, anak yang pernah (atau sering) gagal dalam pertemanan menjadi cemas ketika masuk sekolah baru, karena akan bertemu dengan teman-teman baru yang sama sekali belum dikenalnya.
Oleh karena itu adalah penting bagi anak untuk belajar pengelolaan emosi dan penting bagi orang tua untuk mengajari anak mengelola emosinya terutama dalam situasi yang ia kurang perform.
Turunkan tuntutan orang tua yang melampaui batas kemampuan anak, karena hal ini juga salah satu penyebab kecemasan yang berlarut-larut.
4. Ada persiapan jangka panjang, ada juga persiapan jangka pendek. Jangka panjang seperti yang sudah diuraikan di atas.
Jangka pendek itu misalnya
- orientasi lapangan (memahami lingkungan sekolah, berkenalan dengan beberapa guru, karyawan, kakak kelas dan teman, ngecek toko/warung yang baik dan terjangkau, transportasi yang paling efektif efisien, pemahaman aturan/budaya sekolah)
- administrasi dan perlengkapan (seragam, buku-buku)
Sedapat mungkin, libatkan anak dalam semua persiapan ini, sesuai usia anak. Bila hanya orang tua yang menyiapkan, maka anak tidak merasa terlibat. Dan bila ada masalah, maka anak mudah menyalahkan orang tuanya dan tidak berusaha mengatasi sendiri.
Pola mengantisipasi, mempersiapkan dan melatih diri menghadapi perubahan ini berlaku juga dalam hal-hal lain yang lingkupnya lebih kecil, misalnya menyiapkan anak balita ke dokter gigi, mengunjungi arisan, mengajak anak pertama kali ke mall, dll.
Apapun situasinya, mempersiapkan diri akan menurunkan tingkat kecemasan ...
Yeti Widiati 010718

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...