Kamis, 31 Desember 2020

(2) ADIL ATAU TIDAK? - yws

 Tulisan 2 (dari 2 tulisan)


Mengacu pada dinamika munculnya perasaan diperlakukan 'tidak adil', maka beberapa poin yang perlu kita perhatikan, antara lain;
1. Buat hubungan yang dekat dengan anak. Tunjukkan cinta lebih dahulu daripada aturan dan batasan. Cinta akan membuat anak lebih bersedia mengikuti aturan. Namun memberikan aturan lebih dahulu dari cinta dan kedekatan, membuat hubungan menjadi berjarak. Anak hanya akan patuh di depan orang tua dan tidak melakukannya di luar rumah.
2. Komunikasikan semua aturan dengan "bungkus" cinta dan kepentingan anak. Maksudnya bahwa aturan itu adalah karena orang tua mencintai dan juga ada manfaatnya bagi anak. Untuk anak yang lebih kecil, maka keuntungannya perlu dirasakan segera. Cara ini membuat asosiasi, bahwa mengikuti aturan adalah menyenangkan dan perbuatan yang diterima.
3. Komunikasikan juga konsep "adil itu bukan sama rata" dengan penjelasan yang sesuai kemampuan berpikir anak. Sehingga anak bisa memahami mengapa adik dibantu lebih banyak dari kakak. Misalnya, "Kakak lebih kuat dan sudah bisa melakukan sendiri. Adik belum bisa jadi masih harus belajar supaya bisa." Atau juga bisa menggunakan analogi cerita binatang. Fokus selalu pada kepentingan/keuntungan yang diperoleh anak, misal; "Kalau adik bisa berhitung, nanti bisa beli permen sendiri."
4. Berlaku adil pada semua orang. Jika anak harus belajar atau mengerjakan PR, maka sedapat mungkin yang lain (saudaranya atau orang tuanya) juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Kecuali ada situasi khusus. Situasi khusus ini perlu dibicarakan lebih dahulu.
4. Konsistensi dan konsekuensi yang berlaku sama. Ini yang membuat perilaku terbentuk lebih kuat, karena konsekuensinya bersifat ajeg. Kalau konsekuensi tidak stabil, misalnya, ketika anak salah dihukum, tapi ketika saudaranya salah tidak dihukum, maka ini akan menimbulkan perasaan diperlakukan tidak adil.
5. Jika anak merasa diperlakukan tidak adil, alih-alih orang tua berdebat dan mempertahankan diri lebih baik duduk bersama dan mendengarkan pendapat anak. Karena perasaan bukan untuk diperdebatkan tapi untuk dikenali dan "dipenuhi pesannya". Setelah mendengarkan perasaannya, baru dicari jalan penyelesaian yang lebih adil.
Tak perlu berharap anak senang dengan aturan dan batasan yang ada. Dia boleh kok cemberut melakukannya, tapi dia tetap melakukan.
Jauh lebih penting adalah anak memahami adanya aturan dan batasan dalam hidup adalah penting bagi dirinya. Dan bahwa perasaannya tetap akan diterima dan didengarkan oleh orang tua.
Yeti Widiati 040719

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...