Kamis, 31 Desember 2020

JAIM ... SEBERAPA PENTING? - yws (Konteks hubungan orang tua - anak)

 #emotionalinhibitonschema


Pernah lihat orang jaim? Atau kita sendiri berusaha jaim? Mereka yang posisi atau perannya menuntut interaksi intens dengan banyak orang, sering memilih ekspresi jaim ini. Misalnya, pejabat, politisi, performer, selebritis, sales, dll.
Mengapa mereka memilih jaim? Beberapa orang (yang memilih jaim) mengira bahwa dengan sikap seperti itu maka orang lain tidak akan mengetahui apa yang sebetulnya mereka rasakan. Tentu saja ini bisa menguntungkan namun juga bisa merugikan.
Saya lebih akan menyorot "kebiasaan jaim" ini dalam konteks relasi orang tua dan anak.
Sama seperti para pejabat yang memilih ekspresi jaim, maka ini pun dapat menguntungkan tapi juga bisa merugikan. Dalam konteks relasi orang tua - anak, maka 'jaim' lebih banyak merugikan. Mengapa?
Jaim, membuat orang tampil tidak natural dan apa adanya. Ada hal yang ditutup-tutupi dalam dirinya. Semakin sering dan banyak hal itu dilakukan, maka membuat seseorang "kehilangan" akan dirinya sendiri. Membuat ia tidak peka terhadap perasaannya sendiri. Dan membuat ia tidak genuine (asli) dalam berespon terhadap emosi orang lain.
Sementara itu relasi orang tua - anak dalam konteks emosi, memiliki fungsi;
- memenuhi kebutuhan emosi anak, misalnya, mengekspresikan perlindungan, perhatian, cinta dan penghargaan pada anak. Bagaimana orang tua akan mengekspresikan cintanya, bila ia jaim?
- berespon terhadap ekspresi emosi anak. Ketika anak ketakutan, respon ekspresi apa yang kita tunjukkan? Jaim, atau tidak berekpresi yang menunjukkan perlindungan akan membuat anak merasa ketakutannya diabaikan orang tua.
- mengajarkan pengelolaan emosi. Emosi itu bukan harus ditahan akan tetapi lebih penting adalah mengalirkannya dengan cara yang adaptif. Ini lebih sehat. Orang tua yang jaim secara tidak langsung mengajarkan anak untuk menahan emosinya daripada mengekspresikan dengan cara yang adaptif.
Jeffrey Young (Schema Therapist) mengatakan ada dua skema yang berkait mengekspresikan emosi ini, yaitu,
- Emotional Inhibition
Ini adalah kondisi/situasi ketika seseorang berusaha untuk menahan emosi dan dorongan yang ada dalam dirinya. Ia memiliki emosi namun menganggap buruk untuk menampilkan emosinya, sehingga berusaha menahannya. Sama seperti bendungan, sesuatu yang ditahan terlalu kuat, berpeluang jebol setiap saat.
- Emotional Deprivation
Situasi atau kondisi seseorang "kekurangan" emosi. Dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan tepat karena tidak menyadari dan tidak memiliki kepekaan, sehingga seringkali tampil 'dingin'. Umumnya diakibatkan oleh pengasuhan yang tidak memperoleh/menunjukkan kasih sayang, empati dan perlindungan.
Saya yakin jauh lebih banyak orang tua yang sayang dan cinta pada anaknya dan anak perlu tahu itu dari cara orang tua mengekspresikan emosinya. Bersikap 'jaim' pada anak berpeluang membuat anak bingung, berjarak dan salah mengira pada orang tuanya.
Nampaknya mengekspresikan diri apa adanya, selain lebih sehat bagi diri juga lebih sehat bagi anak kita.
*Mengalirkan emosi yang adaptif itu BERBEDA dengan ekspresi emosi yang meledak-ledak, mudah terpicu, tidak stabil atau tiba-tiba. (silakan mengacu pada buku atau tulisan saya yang lain tentang membimbing pengelolaan emosi anak)
Yeti Widiati 241219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...