Kamis, 31 Desember 2020

JIKA EMOSI ITU SEPERTI AIR YANG MENGALIR DI SUNGAI - yws


Air di sungai itu harus mengalir kan ya? Ada yang membendung sungai agar air bendungannya bisa dimanfaatkan. Namun karena sifat air yang harus mengalir, maka bila dibendung, air akan memberikan tekanan yang tinggi ke berbagai arah, termasuk pada bendungannya itu sendiri.
Tekanan yang semakin tinggi dapat merusak bendungan sedikit demi sedikit. Tinggal menunggu waktu saja sampai bendungan menjadi jebol. Namun sebelum jebol, mungkin terjadi rembesan air atau kebocoran di berbagai tempat pada bendungan tersebut.
Tekanan besar karena terbendung akan membuat air yang berhasil keluar lewat kebocoran itu seringkali tidak terkendali. Kita tidak tahu air akan keluar di mana, kapan, dan seberapa besar kekuatannya.
Apa yang terjadi bila kondisi ini dibiarkan terus-menerus? Maka bendungan bisa jebol. Dan bila jebol, air mengalir deras tak terkendali. Merusak sungai dan juga lingkungan sekitarnya.
Apa yang perlu kita lakukan agar bendungan tidak jebol, terjadi banjir besar dan merusak lingkungan sekitarnya?
Para arsitek dan insinyur sipil biasanya membuat 'pintu air' yang bisa dibuka tutup sesuai kehendak kita dengan melihat situasi dan kebutuhan.
Curah hujan, banjir bandang atau kemarau berkepanjangan itu adalah hal-hal yang di luar kendali manusia. Tapi membuka dan menutup pintu air adalah pekerjaan yang di dalam kendali kita.
Sederhananya, ketika curah hujan kurang, maka kita bisa menutup pintu air, dan memanfaatkan airnya. Kita membuka pintu air sesekali saja untuk mengatur kestabilan tinggi air. Tapi ketika curah hujan sangat besar sehingga tekanan air sangat tinggi, maka pintu air harus dibuka lebih banyak. Kalau tidak, bendungan bisa jebol.
Mekanisme kerja air sungai, bendungan dan pintu airnya ini saya metaforakan seperti emosi manusia.
Curah hujan, kemarau, banjir bandang adalah metafora kejadian-kejadian dalam hidup kita. Ada yang biasa saja dan ada yang luar biasa membuat stres dan menimbulkan emosi tinggi. Kejadian traumatik termasuk kejadian luar biasa.
Air yang mengalir adalah metafora emosi manusia. Dia bersifat given dan alamiah. Tidak bisa dihindari. Bisa banyak atau sedikit tergantung kejadian yang memicu. Dia perlu mengalir. Bisa ditahan dalam jangka waktu tertentu, tapi dia tetap akan mendesak keluar. Bila emosi dibendung tanpa diberi kesempatan mengalir, maka ia akan membanjiri pikiran dan menyerang fisik.
Lebar sempitnya sungai, ketinggian air, countour sungai, adalah metafora pribadi individu. Bersifat given. Sudah dari sananya.
Pintu air dan kemampuan buka tutupnya adalah metafora dari mekanisme diri kita mengelola emosi. Ini yang kita buat sendiri dan kita juga yang mengoperasikannya. Artinya pengelolaan emosi itu berada dalam kendali kita.
Mereka yang tidak nyaman, tidak biasa atau dilarang mengalirkan emosinya, kerap membuat bendungan terlalu tebal dan nyaris tanpa "pintu air". Atau "pintu air"nya berkarat karena jarang digunakan sehingga sulit dibuka.
Akibatnya dalam jangka waktu tertentu, air meluap, membanjiri lingkungan, dan terjadi 'kebocoran' di mana2. Kondisi ini adalah metafora dari mereka yang pikirannya dipenuhi prasangka buruk kepada lingkungan, cemas, sakit fisik yang disebabkan stres, emosinya mudah terpicu sehingga terjadi letupan2 emosi yang tidak terkendali, menyakiti diri dan orang lain secara fisik atau verbal.
Apa yang perlu dilakukan? "BUKA PINTU AIR SECARA RUTIN". Karena pintu air ini yang berada dalam kendali kita.
Alirkan emosi dengan cara yang adaptif.
- Curhat/berbicara pada orang yang tepat
- Menulis (bukan di medsos)
- Aktivitas fisik seperti; bermain, berolah-raga, berkebun, bebenah, memasak, dll
- Berdoa, beribadah
- Aktivitas seni
Adalah beberapa cara untuk mengalirkan emosi kita dengan cara yang lebih diterima lingkungan.
Yeti Widiati 140619

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...