Kamis, 31 Desember 2020

BIBIT BULLY - yws


Vulnerable Child, atau diri yang rapuh, yang kebutuhan emosinya tidak terpenuhi, yang merasa tidak aman, tidak dicintai, tidak diperhatikan dan tidak dihargai, hampir selalu merupakan bahan dasar utama membully dan dibully.
Ada tiga respon orang dalam menghadapi tekanan dan ancaman, yaitu fight (melawan), flight (menghindar) and freeze (diam). Pada dasarnya 3 respon ini bersifat netral. Adakalanya memang kita perlu melawan, adakalanya pula kita perlu menghindar dan adakalanya kita perlu diam, tunduk dan patuh. Semuanya normal bila sesuai dengan konteksnya. Misalnya, menghadapi orang yang melanggar hak kita, kita perlu melawan, menghadapi binatang buas atau bencana alam kita perlu menghindar, menghadapi pemimpin kita perlu mematuhi.
Semua cara berespon tersebut adalah untuk melindungi diri baik fisik maupun harga diri kita. Fleksibilitas kita membaca karakteristik ancaman dan memilih respon yang sesuai itu yang menentukan "kesehatan emosi" kita.
Ada orang yang hampir selalu atau sebagian besar cara beresponnya adalah hanya menggunakan satu cara saja. Misalnya, dia selalu melawan kepada segala hal yang dipandangnya sebagai ancaman. Bahkan sebelum merasa terancam dia sudah marah-marah agar tidak ada orang lain yang berani padanya.
Bila respon itu dilakukan berulang, sehingga terjadi pola perilaku tertentu yang digunakan terus-menerus dalam menghadapi stimulus, maka yang terbentuk adalah:
- Skema Overkompensasi
Bentuk perilakunya adalah menyerang balik atau tindakan agresif lainnya. Emosi yang terlibat biasanya adalah marah.
Pada anak, sering terlihat bila ia merasa kurang diperhatikan, atau diperlakukan tidak adil. Mengamuk adalah salah satu cara yang ditunjukkan anak. Bila ini terjadi, maka alih-alih memarahinya kembali, ajak bicara dan dengarkan apa yang ingin disampaikannya. Bila dilakukan dengan tepat bentuk respon fight ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keberanian anak dalam menghadapi tekanan dan ketidak-adilan.
- Skema Menghindar (Avoidance)
Bentuknya menghindari ancaman, tidak mau menghadapi sumber ancaman. Emosi yang terlibat biasanya adalah takut dan cemas
Pada anak, sering tampil dalam bentuk tidak mau sekolah, tidak mau bermain, takut memasuki lingkungan baru, terjebak dalam adiksi. Bila hal ini terjadi, berikan perlindungan dan dukungan pada anak. Respon orang tua yang tepat akan membuat anak menyadari keterbatasan/kekurangannya dan bagaimana cara menyikapinya serta menghargai orang lain yang memiliki kelebihan.
- Skema Menyerah (Surrender)
Bentuk perilakunya tunduk, patuh dan menyerah di hadapan sumber ancaman. Tapi belum tentu tetap seperti itu bila tidak ada ancaman. Emosi yang terlibat seringkali juga adalah takut atau ada juga tidak peduli dan bisa berkembang menjadi hipokrit (munafik).
Pada anak bisa tampil dalam bentuk patuh dan menurut di depan orang tua/guru, melakukan hal kebalikannya di belakang orang tua/guru. Jika hal itu terjadi, ajak anak bicara, beri kesempatan dia untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya, hindari mengkritik saat anak bicara, hargai keberanian anak berbicara. Diharapkan anak dapat lebih berani untuk apa adanya, dan tidak perlu merasa harus berpura-pura menutupi ketidak-setujuannya.
Jadi kembali ke judul, pembully itu bisa mereka yang memiliki skema overkompensasi atau skema surrender saat mereka menghadapi orang yang lebih lemah. Dan mereka yang dibully itu bisa mereka yang memiliki skema avoidance atau skema surrender yang akan menjadi pembully di kemudian hari saat mereka memiliki kekuatan.
Yeti Widiati 171019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...