Kamis, 31 Desember 2020

NGOMPOL "KARENA" COVID - yws

 Seri Tantangan & Peluang di Era Covid-19

(Konteks Psikologi dan Pengasuhan)
Kasus 1

"Ibu, anak saya musti digimanain? Dia sebetulnya sudah bisa BAK di toilet, kok sekarang ngompol lagi? Jadi ngerepotin, karena kan saya harus ngurus adiknya juga, ngurus rumah juga." Seorang ibu konsultasi via telpon.
"Sejak kapan anaknya ngompol lagi? Tanya saya.
"Ada lah dua minggu ini."
"Saudaranya ada berapa?"
"Tiga bu, dia anak pertama, 5 tahun, adiknya 3 tahun dan ini adiknya yang paling kecil masih berumur 3 bulan."
"Ayahnya kerja di mana?"
"Itu dia, sebelumnya bapaknya kerja, tapi sejak Covid ini perusahaan melakukan PHK pada banyak karyawan, suami termasuk yang kena PHK. Sekarang belum dapat kerjaan baru, dan kerjanya uring-uringan terus. Saya jadi pusing mikirinnya. Suami nggak punya pekerjaan, si bungsu harus diperhatikan, kerjaan rumah tambah banyak, eh si kakak yang asalnya manis, sekarang malah bikin masalah, ngompol lagi."
.....
Anak memiliki kebutuhan psikologis untuk diperhatikan. "Diperhatikan" ini juga menunjukkan penerimaan orang tua terhadap keberadaan anak. Dalam Schema Therapy, Kebutuhan ini termasuk dalam kebutuhan pertama, Secure Attachment.
Anak akan merasa aman dan dihargai sekaligus dicintai juga bila ia diperhatikan. Ini termasuk kebutuhan dasar yang wajib terpenuhi. Analoginya sama dengan kebutuhan makan dan minum. Jika tidak dipenuhi, maka anak akan menuntutnya dengan cara protes. Sayangnya anak tidak selalu bisa mengartikulasikan apa yang menjadi kebutuhannya. Mereka merasakan tapi tidak tahu apa yang dibutuhkan dan bagaimana menyatakannya. Oleh karena itu bentuk protes yang ditampilkan anak biasanya adalah bentuk nonverbal, berupa ekspresi emosi dan perilaku.
Regresi (kemunduran pada tahap perkembangan yang sebelumnya) adalah reaksi umum dan sering dilakukan anak yang tidak terpenuhi kebutuhan psikologisnya. Mengapa bentuk regresi yang dilakukan? Karena orang tua memberikan perhatian penuh saat anak masih kecil dan tidak berdaya. Oleh karena itu ada banyak anak (bahkan sebetulnya orang dewasa), yang perilakunya menjadi seperti anak yang lebih muda usianya, ketika kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi.
Anak-anak yang orang tuanya teralih perhatiannya pada hal lain, sehingga tidak sepenuhnya memberikan perhatian pada anak, maka anak akan menuntnya dengan ragam cara, yaitu:
- bersikap sangat kooperatif (terlalu patuh, memaksa diri berprestasi),
- tidak kooperatif (tidak patuh, tidak bersemangat, melawan)
- regresi, menampilkan perilaku dan ekspresi emosi seperti anak di bawah usianya.
Orang tua yang berkonflik, memiliki masalah pribadi, kesulitan keuangan, sibuk dengan pekerjaan atau rumah tangga, termasuk kesulitan membagi waktu dan perhatian antara satu anak dengan anak lain, berpeluang membuat anak protes dengan ragam cara.
Di masa Covid-19, keluhan berkait masalah perilaku anak ini pun menjadi meningkat.
Jadi sebelum menyalahkan anak karena masalah yang ditimbulkannya, cek dulu, apakah kebutuhan psikologisnya terpenuhi cukup atau tidak. Bila memang luput terpenuhi karena perhatian kita teralih pada masalah lain, maka evaluasi kembali, dan buatlah langkah-langkah untuk mengatasinya dengan memenuhi kebutuhan psikologis anak, agar masalah tidak berlarut-larut, memperburuk hubungan, menjadi "luka" bagi anak dan masalah di kemudian hari.
Yeti Widiati 260620

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...