Minggu, 12 Juni 2016

TULUS ATAU PAMRIH? - yws

Sepasang gadis dan jaka asyik masyuk di sebelah saya saat saya menikmati sarapan di sebuah cafe di Bandung. Mereka benar-benar seperti berada di dunianya sendiri. Saling tatap mesra, bersentuhan, berbisik-bisik dan kemudian tertawa berdua. Keduanya saling mengalah dan berusaha untuk melayani yang terbaik yang bisa mereka lakukan.

Saya yang berada di sampingnya (kebetulan satu meja panjang karena tak ada piihan) tak diacuhkan sehingga merasa seperti "ngontrak" di dunia mereka.

Ingatan saya kemudian melayang pada klien2 pasutri yang datang ke tempat saya. Yang duduk menyilang kaki berlawanan arah. Satu duduk di ujung kanan, lainnya di ujung kiri. Saling cemberut, tatapan mata tajam, suara keras, kadang salah satu terisak. Semangat yang tertangkap dari keduanya adalah saling mengalahkan dan tak peduli perasaan orang lain.

Kalau saya mengingatkan masa2 indah mereka pada pasutri yang sedang berkonflik ini, seringkali mereka tampak seperti amnesia. Bahkan 'sengaja' tak ingin mengingatnya. Semangat untuk menang sendiri dengan mengalahkan pasangannya menjadi lebih kuat daripada semangat untuk mengalah, melayani satu sama lain dan menang bersama.

Di titik ini cinta diuji, apakah kemesraan yang ditampilkan sebelum pernikahan adalah ketulusan ataukah topeng yang mengandung pamrih .... ?

Yeti Widiati S. 171015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...