Minggu, 12 Juni 2016

SELALU ADA JALAN LAIN .... - yws

Seorang suami mengeluhkan istrinya yang kerap berteriak dan tak sabar saat menyuruh anaknya untuk belajar, mandi, berpakaian, dan lain-lain. Ia menjadi pusing mendengarkan teriakan istrinya sehingga akhirnya terpicu untuk juga ikut berteriak. Setelah dikonfirmasi, istri mengakuinya.

+ Bu, saya mengajak ibu sekarang memposisikan diri sebagai anak ibu. Bagaimana perasaan ibu kalau ibu dipaksa mengerjakan sesuatu sambil diteriaki?
- Gini lho bu, anak ini kalau gak diteriaki suka lelet ....
+ Iya pertanyaan saya adalah, 'Bagaimana perasaan ibu, kalau ibu dipaksa mengerjakan sesuatu sambil diteriaki?'
- Tapi orangtua kan selalu menginginkan yang terbaik buat anaknya kan bu ...
+ Ya, tapi pertanyaan saya belum dijawab. 'Bagaimana perasaan ibu, kalau ibu dipaksa mengerjakan sesuatu sambil diteriaki?'
- Bapak saya tentara bu, ....
+ Sekali lagi, pertanyaan saya adalah 'Bagaimana perasaan ibu, kalau ibu dipaksa mengerjakan sesuatu sambil diteriaki?'
Si ibu menghela nafas ....
- Ya gak enak sih bu ...
+ Ya, pasti tidak enak. Ibu merasa tidak enak dipaksa dan diteriaki, itu juga yang dirasakan oleh anak ibu.
- Kalau tidak dipaksa dia gak akan mengerjakan, mandi, belajar atau mengerjakan PR.
+ Apa yang terjadi kalau dia tidak mengerjakan PR?
- Ditegur oleh guru bu.
+ Bagaimana kalau ibu memberikan kesempatan agar anak ibu merasakan konsekuensi dari perbuatannya.
- Tapi nanti saya dipanggil juga oleh bu guru.
+ Gak apa-apa.
- Tapi kita kan orangtua ingin yang terbaik untuk anak kan bu.
+ Betul, setiap orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. Orangtua perlu menumbuhkan kemandirian bukan kebergantungan pada perintah orang lain. Dan itu hanya bisa tumbuh bila anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya.
Sekarang, apakah anak ibu pernah dihukum oleh guru karena tidak mengerjakan PR?
- Gak pernah bu, karena PR-nya selalu dikerjakan.
(Suaminya menimpali lagi, "Iya tapi kan itu juga karena ibu mendikte")
+ Kadang anak perlu berbuat salah. Karena dari kesalahan mereka belajar.
Apakah ketika anak ibu menurut, ibu memujinya?
- Eh ............
(Suaminya menimpali, "Nggak bu ... nggak pernah ... ")
+ Anak juga perlu mengetahui konsekuensi positif dari apa yang dilakukan, sehingga ia termotivasi untuk melakukannya.
+ Gini deh bu, kita perlu sepakat dulu, bahwa gak enak dipaksa dan diteriaki melakukan suatu pekerjaan.
+ Nah pertama, ibu perlu cari waktu dulu untuk memberi tahu pada anak, apa pentingnya mandi, belajar dan mengerjakan PR. Itu dilakukan saat ibu tenang, bukan saat ibu marah-marah. Dalam hal ini, bapak juga perlu membantu ibu.
Kedua, ibu memberi waktu pada anak, kapan dia mau melakukan tugasnya. 5 menit lagi, atau jam tertentu. Kalau dia melakukan, maka berikan pujian karena dia melakukan. Kalau tidak melakukan maka ada konsekuensi logis yang perlu diterima, misalnya jadi tidak bisa nonton TV.
Ketiga, kalau ibu sudah sangat kepingin marah dan berteriak, Tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan juga perlahan. lakukan minimal 5 kali atau sampai tenang. Minta bantuan bapak untuk mengingatkan. Bapak bersedia membantu, kan? (Bapak mengangguk)
Ibu juga bisa menggunakan cara seperti dalam hadits, mengubah posisi, berwudhu, membaca Qur'an atau shalat.

*Kalau satu cara tidak efektif, maka carilah alternatif cara yang lain.

Yeti Widiati 12 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...