Senin, 13 Juni 2016

SEKOLAH UNTUK MENJADI ORANGTUA, PERLUKAH? - yws
Banyak orang bilang, tak ada sekolah untuk menjadi orangtua. Sebagian mengira menjadi orangtua adalah sesuatu yang alamiah dan tak perlu dipelajari. Kalau perempuan sudah bisa memasak dan laki-laki sudah bisa mencari uang, maka mereka siap untuk menikah. Menikah dipermudah dan tak perlu persiapan atau dianggap sudah siap asal secara seksual sudah bisa menghasilkan keturunan.
Sekarang sudah banyak orang yang menyadari betapa pentingnya memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi orangtua. Pernikahan dan membentuk keluarga bukan hanya tentang menyalurkan seks dan memenuhi kebutuhan ekonomi. Di dalam itu juga terkandung tanggung jawab besar mendidik anak dan keluarga. Sehingga menikah tanpa persiapan dan kesiapan memadai adalah tindakan beresiko.
Dulu, semua pembelajaran untuk hidup berawal dari rumah/keluarga. Ayah dan ibu yang mengajarkan tentang hidup, baik dari sisi value, pengetahuan dan juga ketrampilan. Sehingga tak jarang, anak laki-laki bekerja pada bidang yang sama seperti pekerjaan yang dilakukan ayahnya. Anak perempuan memasak, menjahit dan menata rumah sama seperti yang dilakukan ibunya.
Waktu berjalan, pengetahuan dan teknologi berkembang. Ayah ibu tidak selalu bisa mengajarkan segala hal terutama terkait dengan pengetahuan dan ketrampilan. Entah karena memang tidak memiliki pengetahuan yang lebih spesifik. Tidak tahu cara mengajarkannya. Atau bahkan tidak memiliki kesempatan memadai untuk mengajarkannya.
Ada yang beruntung masih memiliki pengetahuan dan ketrampilan lengkap untuk berkeluarga. Namun ada banyak orang yang tidak memiliki ketrampilan memadai untuk itu .... dan saya adalah salah satunya.
Oleh karena itu ketika saya lulus SMA saya memutuskan menekuni Psikologi karena ingin melengkapi pengetahuan yang kurang memadai dalam mendidik anak. Saya juga bergabung dalam aktivitas keputrian di mesjid, agar bisa memperoleh pengetahuan lebih banyak mengenai keluarga, khususnya dari kacamata agama Islam yang saya anut.
Saya bersyukur, sekalipun pada praktiknya kehidupan berkeluarga yang sebenarnya ternyata sangat dinamis, namun apa yang saya pelajari dan saya peroleh selama ini, membuat saya memiliki kerangka dan juga arah yang lebih jelas. Dan karena kehidupan berkeluarga adalah suatu perjalanan yang panjang, maka proses pembelajaran itu masih terus saya lakukan hingga saat ini dan seterusnya. Perubahan alamiah pada pasangan dan anak menuntut juga perubahan pada diri kita sendiri.
Kasus-kasus yang saya hadapi terkait klien menunjukkan pada saya semakin mendesaknya pembelajaran yang lebih sistematis untuk menjadi orangtua. Sehingga para calon pengantin atau para orangtua muda memperoleh bekal memadai dalam menjalani pernikahan.
Yeti Widiati 140316

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...