Selasa, 21 Juni 2016

MEMPERKENALKAN DAN MELATIH SHAUM PADA BALITA - yws

1. Berikan contoh.
Shaum adalah ibadah yang “tidak nampak” dalam artian tidak seperti salat, ada gerakan yang ditampilkan, syahadat ada ucapan yang dilafalkan, zakat ada sejumlah dana yang dikeluarkan dan haji ada rangkaian kegiatan yang dilakukan. Maka Shaum “hanya” memindahkan dan menghilangkan waktu makan. Sementara makan adalah hal alamiah yang dilakukan sehari-hari.

Sehingga yang perlu diperlihatkan dan dicontohkan pada anak adalah, bagaimana libatan emosi orang disekelilingnya saat melakukan shaum. Tetap semangat, tersenyum, melakukan aktivitas secara biasa dan tidak mengeluh saat shaum adalah contoh terbaik bagi anak.

2. Ajak anak sahur sekalipun dia belum tentu berpuasa. Libatkan pula anak dalam seluruh kegiatan ibadah di bulan Ramadhan, menyiapkan shahur dan berbuka, tarawih, tadarus, dlsb.

3. Ajak anak mengisi waktu dengan aktivitas produktif selama shaum, sehingga ia tahu ada banyak pilihan cara untuk mengalihkan perhatian dari rasa lapar atau secara keseluruhan ia tahu bagaimana cara mengendalikan dorongan-dorongannya.

4. Sering-sering memuji usahanya. Tak perlu mengabaikan keluhannya saat lapar atau haus, misalnya dengan mengatakan “Ah, masa sih kamu haus ...” Lebih baik mengatakan, “Iya ya memang haus, bunda juga haus. Gimana ya caranya supaya kita bisa tahan hausnya? Kalau bunda sih biasanya .... (ceritakan ragam alternatif cara yang bisa dilakukan).

5. Berfokuslah pada usaha anak tanpa harus membandingkan dengan anak lain, misalnya, “Tuh anak lain saja bisa, masa kamu gak bisa.” Karena di satu sisi membandingkan akan menumbuhkan rasa kompetisi dan gengsi, namun di sisi lain juga membuat dorongan shaum lebih karena faktor eksternal, ingin terlihat baik di mata orang lain.

Lebih baik kita mengatakan, "Wah kamu hebat, masih kuat sampai jam segini ... terus ya sampai maghrib ... "

6. Sering-seringlah bercerita tentang keuntungan-keuntungan orang yang berpuasa, tentang hikmah sabar, kemampuan menahan diri, dlsb. dengan berbagai kisah. Kisah para Rasul, shahabat, fabel (cerita binatang), atau bahkan kisah-kisah keseharian. Termasuk mengingatkan keberhasilan anak saat bersabar dalam keseharian.

Cerita Rasul dan Shahabat bisa membentuk value dan target ideal jangka panjang. Sementara cerita keseharian akan menjadi contoh konkret bagaimana kesabaran dan menahan diri itu diterapkan.

7. Tumbuhkan kebanggaan pada anak bahwa shaum (dan juga ibadah lainnya) adalah baik, hebat, terpuji, dan bagian dari identitas dirinya sebagai seorang muslim. Sehingga sekalipun orang lain di sekitarnya tidak berpuasa (dengan berbagai alasan), ia tetap berusaha mempertahankan puasanya.

8. Ajarkan dan contohkan untuk tidak makan di tempat umum saat Ramadhan, apalagi memamerkan diri saat tidak berpuasa. Karena prinsip shaum adalah bersabar dan menahan diri bukan hanya terhadap makan dan minum tapi terhadap berbagai dorongan lainnya. Perlu ditumbuhkan rasa malu jika tidak berpuasa dan rasa hormat terhadap orang yang sedang berpuasa.

Catatan: para ibu yang sedang tidak berpuasa, sampaikan secara terbuka pada anak, kalau hari itu sedang tidak puasa, sehingga anak tidak heran jika tiba-tiba menemukan ibunya makan/minum di rumah.

9. Sebelum tidur, lakukan sugesti dengan bisikkan lembut di telinganya. Hindari menggunakan kata “Jangan atau Tidak” karena membuat proses pengolahan informasi di otak menjadi lebih lambat. Daripada mengatakan "Jangan lupa bangun ya ..." Lebih efektif mengatakan (boleh dimodifikasi sesuai kebiasaan dan kenyamanan), “Adek sekarang bobo, besok bangun dan ikut shahur. Yang senang yaaa....” plus senyuman manis. Agar wajah terakhir yang dilihatnya sebelum tidur adalah wajah bunda/ayah tersenyum.

10. Lakukan kembali sugesti yang sama saat anak sedang tidur.

11. Saat membangunkan, usap lembut kepala atau bagian tubuh yang lain. Bisikkan kembali dengan lembut di telinga anak.

12. Bila anak tetap sulit bangun, gendong anak, kemudian pangku hingga duduknya tegak. Beri waktu ia untuk benar-benar terjaga. Hindari membangunkan anak terlalu tergesa mendekati waktu imsak. Beri waktu sekitar 15-30 menit sebelum shahur. Anak bisa bermain atau melakukan aktivitas lainnya terlebih dahulu kalau jarak waktunya masih terlalu jauh.

Yeti Widiati 180616

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...