Senin, 13 Juni 2016

KAMU PEREMPUAN ATAU LAKI-LAKI?

(Konteks Pendidikan Seks) - yws


Kapan anak harus sudah tahu mengenai gender?


Kesadaran mengenai gender saya ajarkan sejak anak berusia 2 tahun. Mulai dari yang paling sederhana yaitu jenis kelaminnya sendiri. Pada usia ini anak seharusnya sudah tahu apakah dirinya laki-laki atau perempuan. Pengetahuan ini yang akan berimplikasi pada bagaimana seseorang berperilaku dan menampilkan diri sesuai dengan identitas dan konsep gender yang dipahaminya di kemudian hari.


Preventif itu lebih baik daripada kuratif, karena energinya lebih sedikit dan "ongkos emosinya" lebih rendah. Jadi jelaskan pada anak, sebelum anak-anak menanyakan hal-hal yang membuat muka orang tua merah dan merasa jengah.


Biasanya pertanyaan berikutnya dari para orangtua adalah; Bagaimana caranya menjelaskan tentang gender pada anak usia 2 tahun?


Pertama, hindari berpikir tentang seks seperti orang dewasa berpikir. Anak tidak berpikir seperti apa yang anda pikirkan. Bagi anak, alat kelamin adalah sama seperti bagian tubuh lainnya.


Saya biasanya mengajarkan tentang bagian tubuh adalah saat memandikan anak. Dengan menyebutkan bagian tubuh dan fungsinya saat menyabuni anak misalnya. Kemudian sekalian menjelaskan mengenai perbedaan-perbedaan dan hal-hal terkait dengan itu. Misalnya, saat mengeramasi rambut, saya bercerita bahwa rambut anak saya hitam dan ikal (membentuk identitas), tapi ada anak lain yang rambutnya coklat, pirang, lurus dan bahkan keriting (menjelaskan perbedaan). Ketika menyabuni tubuh, saya mengatakan bahwa kulit anak saya coklat (membentuk identitas), tapi ada anak lain yang kulitnya hitam, kuning dan putih. Itu terus dilakukan, terkait mata, tinggi badan, dll. Dan yang paling penting terkait gender adalah alat. kelamin. Sehingga anak bisa menentukan gender dirinya dan membedakannya dengan anak lain yang berbeda gender melalui perbedaan primer (perbedaan fisik).


Selain saat mandi, pemahaman tentang gender juga bisa dilakukan saat berpakaian, sewaktu mengurus bayi, menengok bayi kerabat yang lahir, membaca buku, bermain atau bahkan saat mengamati lingkungan. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja tanpa tekanan, emosi berlebih, alamiah dan mengalir.


Perbedaan sekunder dipengaruhi terutama oleh budaya. Anak akan melihat bahwa ternyata perbedaan gender akan mempengaruhi cara berpakaian, berperilaku, pekerjaan. Karena anak masih berusia 2 tahun, maka sebaiknya tidak perlu direpotkan terlebih dahulu dengan hal-hal yang sifatnya bias, karena ini akan membingungkan baginya.


Anak typicalnya akan meniru perilaku di lingkungannya. Oleh karena itu tampilkan perilaku yang proper bagi anak. Perempuan berfungsi dan menampilkan diri sebagai seorang perempuan, laki-laki berfungsi dan menampilkan diri sebagai laki-laki. Terlepas dari adanya kasus-kasus (jumlahnya sedikit) yang dari sisi biologis membingungkan, maka ada cukup banyak kasus anak yang mengalami kebingungan gender karena orangtuanya tidak menjelaskan dan/atau orang di sekeliling anak tidak menampilkan perilaku yang sesuai dengan value yang diterima.


Pemahaman gender tidak terjadi begitu saja. Harus ada yang mengajarkan. Dan sekalipun semua orang bertanggungjawab, namun tanggung jawab terbesar adalah pada orangtuanya.


Saya berharap tidak menemukan lagi orangtua yang kagetan dan merah mukanya ketika balitanya bertanya, "Bunda kok abang ada "gajahnya" di situ?" atau "Mama, waktu ade lahir, punya ade kepotong ya sama dokter?" dlsb.


Beres dulu dengan identitas gender dirinya. Maka ini akan menjadi fondasi yang memadai untuk bicara hal-hal lainnya yang lebih rumit, misalnya terkait perlindungan diri, pubertas, reproduksi, LGBT, dll.


Yeti Widiati 310116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...