Senin, 13 Juni 2016

CYBER HARRASHMENT AND CYBER BULLYING - yws
Tanpa kata "cyber" pun, pelecehan (harrashment) dan perundungan (bullying) adalah masalah yang mengganggu. Efek buruk pelecehan dan bullying bukan hanya bagi si korban, namun juga bagi si pelaku, dan bahkan orang-orang di sekelilingnya yang mendiamkan.
Bagi si pelaku, ia menjadi merasa semakin memiliki kekuasaan, bagi korban ia menjadi semakin tertekan dan berpeluang menjadi pelaku di kemudian hari, dan bagi orang-orang di sekelilingnya yang mendiamkan akan semakin "mengeras" hatinya dan hanya memikirkan keselamatan diri.
Cyber Harrashment dan Cyber Bullying memberikan efek yang luar biasa jauh lebih buruk. Hal ini karena penyebarannya bersifat sangat cepat seperti penyebaran virus (viral).
Cyber Harrashment meliputi memberikan komentar yang tidak menghargai, memalukan, menyerang dan kasar terhadap fisik atau kelemahan seseorang dan kemudian disebar melalui media sosial, grup atau individu. Perbedaan besar antara pelecehan melalui media sosial dan internet dengan pelecehan secara langsung adalah karena pelaku anonim, sehingga bisa bertindak pengecut dengan menyembunyikan jatidirinya. Komen "tidak bisa" dihapus setelah klik "send" dan nyaris tidak ada jalan keluar bagi si korban untuk melindungi diri. Remaja yang menjadi korban seringkali tidak berani untuk melaporkannya pada orangtua, karena mereka takut kehilangan gadget dan akses ke media sosial.
Peluang anak dan remaja untuk melakukan cyber harrashment dan cyber bullying, sangatlah besar karena beberapa karakteristik sifat anak dan remaja adalah mudah terpengaruh, reaktif dan kurang antisipatif membuat mereka rentan untuk terlibat terutama menyebarkan komentar, atau sms yang menyakitkan temannya. Mereka kurang berpikir panjang membayangkan apa konsekuensi yang bisa terjadi dari tindakan tergesa yang diambilnya. Sayangnya, ada cukup banyak juga orang (yang mengaku) dewasa, dengan bilangan usia 2 atau 3 kali usia remaja juga menunjukkan perilaku yang sama. Mudah terpengaruh, reaktif dan senang merendahkan orang lain.
Aturan dan hukum terkait etika penggunaan teknologi digital termasuk media sosial di dalamnya, perlu ditegakkan secara konsisten dan konsekuen. Itu dari sisi regulasi dan hukum. Namun yang lebih mendesak adalah, alih-alih melarang anak/remaja menggunakan gadget, maka mengajarkan anak dan remaja mengenai efek media sosial dan teknologi digital yang canggih, menurut saya adalah cara yang lebih logis, karena kita tidak bisa menghalangi pesatnya perkembangan teknologi, dan tak bisa juga menutup mata anak-anak kita.
Berikan gadget yang sesuai kebutuhan. Setiap fitur yang ada membutuhkan syarat kompetensi terutama kendali diri yang baik. Beberapa orangtua mengira bahwa tanda cinta itu ditunjukkan dengan memberikan gadget tercanggih. Sayangnya, cara itu juga yang berpeluang menjerumuskan anak. Memberikan benda canggih yang belum bisa dikelola baik oleh anak adalah termasuk kekerasan pada anak (abuse).
Yeti Widiati 150316

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...