Minggu, 12 Juni 2016

ANGKA YANG MEMBANGKITKAN EMOSI - yws
Dalam matematika, angka itu "bebas nilai" dan tak menimbulkan emosi. Angka 1 dan 10 hanya berbeda dalam jumlah.
Tapi dalam ilmu-ilmu sosial, angka tidak lagi bebas nilai. Memiliki uang 10.000 pasti terasa berbeda dengan memiliki uang 100.000. Uang 100.000 berarti peluang untuk belanja lebih banyak. Pertumbuhan ekonomi 5% dan 20% dipandang berbeda juga oleh pengamat ekonomi, pelaku bisnis dan bahkan politisi. Angka itu bisa digunakan sebagai alasan untuk mengunggulkan dan bahkan menjatuhkan seseorang. Lingkar kepala bayi berbeda 2 cm saja dari bayi2 pada umumnya membuat para dokter memutuskan melakukan tindakan yang berbeda karena perbedaan tersebut bisa mengindikasikan gangguan tertentu. Tinggi badan 165 cm dengan 150 cm pasti beda juga untuk mereka yang bercita-cita menjadi pramugari, militer atau bahkan seorang model (btw kenapa perasaan saya gak enak ya ngomongin tinggi badan ...?)
Dalam lingkup psikologi juga ada banyak alasan angka bisa menimbulkan gejolak emosi dari yang ringan, sedang sampai tinggi. Seorang anak yang mendapat nilsi ulangan 30 mengasosiasikan dengan omelan yang lebih berisik, tangisan bunda atau bahkan hukuman yang lebih keras. Sementaea ranking yang lebih tinggi diasosiasikan dengan hadiah, kenyamanan dan kepuasan yang lebih besar.
Simbol angka sebetulnya punya fungsi menyederhanakan sehingga memudahkan dan mempercepat proses. Itulah mengapa ketika angka 'Arab' digunakan (daripada angka Romawi) maka peradaban pun bisa dipengaruhi.
Penyederhanaan ini juga menimbulkan resiko ketika orang pada akhirnya malas dan enggan untuk melihat konteks secara lebih luas, komprehensif dan kualitatif.
Saya pribadi dan juga beberapa teman psikolog tidak terlalu suka memberi tahu skor IQ anak kepada orangtua. Karena orangtua kerap memperlakukan skor IQ seperti rangking atau nilai ujian dan juga dipandang gambaran masa depan anak. Hal ini menimbulkan emosi dan menyebabkan orangtua luput melakukan pengembangan pada berbagai aspek lainnya. Ini terjadi baik pada orangtua yang diberitahu bahwa skor IQ ananya rendah maupun tinggi.
Padahal skor IQ berbicara tentang sekelompok kecil aspek kecerdasan intelektual yang hanya 20% menentukan kesuksesan. Skor IQ juga tidak berhubungan langsung dengan kecerdasan emosi atau akhlak seseorang. Skor IQ juga tidak terkait dengan ketrampilan. Intinya, orang pintar tidak otomatis mudah bergaul, bisa memimpin, bisa mengendalikan emosi bahkan belum tentu trampil dalam hal-hal yang dia lancar mengatakannya .... ups ....
Balik lagi tentang angka. Berhati-hatilah dengan angka yang dinisbahkan kepada kualitas perilaku. Karena orang tidak suka diukur dan dibandingkan. Dan lebih dari itu, perilaku 'tidak selalu bisa' dunilai dengan angka.
Yeti Widiati 270116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...