Minggu, 12 Juni 2016

LOVE AND TRUST
Dalam relasi yang sangat dekat seperti antara orangtua dengan anak atau suami dengan istri, maka rasa cinta dan percaya adalah seperti semen dan batu bata untuk membangun rumah dengan dinding yang kokoh. Keduanya merupakan elemen penting yang dibutuhkan.
Ketika menghadapi kasus-kasus pernikahan, ketika cinta hilang dan rasa percaya sirna, terbersit dalam pikiran saya, mana yang perlu dikembalikan lebih dulu. Seperti menebak mana yang lebih dulu, ayam atau telur. Cinta adalah rasa dan ia bisa ditumbuhkan. Buktinya adalah banyak pasangan yang menikah pada awalnya belum memiliki rasa saling mencintai, tapi mereka saling percaya bahwa pasangannya memiliki itikad baik untuk membina rumah tangga, maka cinta bisa ditumbuhkan dengan saling berbuat kebaikan satu sama lain.
Sementara rasa percaya terbangun dari proses berpikir. Data-data perilaku yang dikumpulkan diolah dan dicerna sehingga sampai pada kesimpulan. Semakin banyak suami/istri menunjukkan perilaku yang masuk akal dan positif, maka semakin banyak data yang menunjukkan bahwa ia layak dipercaya.
Mencatat perkataan mereka yang kehilangan kepercayaan pada pasangannya;
"Masak bu, hp dia pakai password, saya gak boleh baca sms-nya, bbm-nya dan siapa saja yang menelpon dia, Memangnya saya ini siapanya? Saya kan bukan orang lain, saya pasangannya "
"Saya pasang GPS di telponnya Mbak. Kemudian saya telpon dia. Dia bilang ada di kantor, padahal di GPS-nya dia sedang ada di mall. Bagaimana saya bisa percaya pada dia kalau begitu"
"Saya gak percaya kalau dia masih sayang sama saya bu. Dia ketus betul kalau bicara pada saya. Di depan orang lain saja dia kelihatan baik pada saya. Di rumah saya dicuekin. Saya benar-benar tersiksa bu"
"Dia bilangnya cinta sama saya bu, tapi ternyata tiba-tiba ada orang telpon saya, bilang kalau suami saya mengajaknya menikah, sakit hati saya bu"
"Mamaku gak sayang sama aku, kalau dia sayang dia gak akan maksa-maksa aku melakukan hal yang aku gak suka. Mama harusnya ngasih apa yang aku mau"
Ketika perilaku dipersepsikan bukan manifestasi dari kepedulian, cinta dan kasih sayang, maka rasa percaya itu luntur bahkan hilang. Dalam konteks hubungan suami-istri, jalan perceraian kerap dipilih setelah pertengkaran yang terus-menerus. Namun dalam hubungan orangtua-anak hal ini menjadi lebih rumit. Karena ikatan darah yang terbentuk dan kebergantungan tidak bisa dilepas. Tapi bahwa hubungan menjadi renggang dan kecemasan terjadi baik pada anak maupun orangtua adalah akibat yang umum.
Dalam hubungan yang kritis, ketika cinta hilang tapi masih ada trust, maka hubungan masih bisa berlangsung. Bahkan cinta itu bisa ditumbuhkan kembali. Tapi ketika trust yang hilang, maka sekalipun cinta masih ada, tidak cukup memadai untuk mempertahankan hubungan.
Sekarang saya paham pada latar belakang munculnya nasihat orangtua zaman dulu pada anak perempuannya. (Note: nasihat-nasihat ini saya kumpulkan dari berbagai pihak terutama para klien  )
"Di rumah, dia suami kamu, tapi di luar kamu gak perlu tanya-tanya apa yang suami kamu lakukan daripada kamu sakit hati"
"Jangan berikan semua cinta kepada pasangan kamu, karena kalau nanti pasangan kamu mengkhianati kamu akan menyesal dan akan sangat membencinya"
"Kamu harus bisa kerja dan cari uang, soalnya kalau nanti suami kamu ada apa-apa (sambil ketok-ketok meja), kamu sudah bisa cari uang sendiri dan gak harus bergantung pada dia"
Saya kira nasihat-nasihat itu muncul dari pengalaman traumatis banyak orang. Sehingga berangkat dari asumsi yang terbatas. Semuanya mengasumsikan bahwa pasangan berpeluang besar untuk melakukan hal buruk di luar rumah dan saat ada kesempatan. Nasihat-nasihat itu sendiri pun sudah didasari oleh tidak adanya trust.
*Hubungan akan selalu pasang surut dan menghadapi tantangan. Niat dan tujuan yang baik, komunikasi terbuka dan rasa saling percaya adalah hal-hal yang perlu terus dibina bila kita ingin hubungan tetap berlanjut.
Yeti Widiati 26 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...