Senin, 13 Juni 2016

CERMIN - yws
Pernah bercermin?
Suka kah kita dengan bayangan yang kita pandang di cermin? 
Ketika kita "shock" dengan bayangan kita di cermin, biasanya kita segera akan melakukan banyak hal untuk memperbaikinya. Entah dengan cuci muka, gosok gigi, mandi, berdandan, dan lain sebagainya. Kita melakukan semua perbaikan itu dengan sangat ikhlas, karena begitu inginnya tampil baik.
Adakah orang yang marah pada cermin? Mengutuk apalagi kemudian bersumpah tidak akan sekali-kali lagi memandang cermin karena cermin memberikan bayangan yang tidak kita suka. "Buruk rupa, cermin dibelah", begitu kata peribahasanya.
Dalam keseharian boleh jadi kita sering berperilaku seperti itu.
Ketika kita menerima masukan dari orang-orang di sekeliling kita. Alih-alih memperhatikan masukannya, kita malah mencurigai bahwa "si cermin" sedang bermaksud buruk mengejek dan merendahkan kita. Kita berbalik mencerca "si cermin", dan kalau perlu kita pecahkan "cermin" itu. Kemudian kita menutup mata, menolak melihat bayangan yang semakin buruk. Atau kalau perlu kita mencari cermin yang buram yang hanya menampilkan siluette diri kita dan tak merefleksikan bayangan yang jernih sesungguhnya.
Cermin itu bisa nurani kita, bisa juga berwujud teman-teman kita. Namun sangat mungkin, cermin itu berwujud musuh-musuh kita. Karena hanya musuhlah yang paling jeli dan memang sangat berniat melihat kekurangan diri kita.
Musuh-musuh itu seperti cermin dengan permukaan cembung, yang memperbesar segala hal yang tidak teramati mata biasa. Sehingga hal-hal tersembunyi pun menjadi tampak.
Sakit sih, menerima kenyataan, menemukan keburukan dan menyadari bahwa kita tidak sebaik yang kita bayangkan. Tapi boleh jadi, itu lah salah satu awalan untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri.
Yeti Widiati 140416

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...