Minggu, 12 Juni 2016

MENGENAL EMOSI DAN REAKSINYA, DASAR DARI PENGELOLAAN EMOSI - yws
Ada 6 emosi primer pada manusia, yaitu marah (anger), jijik (disgust), takut (fear), bahagia (joy), sedih (sadness), dan terkejut (surprise) (Ellsworth 2013). Setiap emosi tersebut adalah wajar dan alamiah serta memiliki pesan tertentu.
- Marah adalah perasaan yang muncul karena terancam. Ada keinginan untuk melindungi diri dengan berusaha melawan ancaman besar tersebut.
- Jijik adalah perasaan yang muncul karena tidak suka dan ingin menghindari obyek yang menimbulkan rasa jijik.
- Takut seperti juga marah, adalah perasaan yang muncul karena terancam. Namun karena menyadari tidak cukup kuat, maka cenderung menghindar atau menjauhkan diri dari obyek yang menimbulkan rasa takut.
- Bahagia adalah perasaan yang muncul karena keinginan yang tercapai.
- Sedih adalah perasaan yang muncul karena perpisahan atau kehilangan. Tujuan dari perasaan ini adalah ingin mendekatkan atau menemukan kembali yang terpisah/hilang itu.
- Terkejut adalah perasaan yang muncul karena sesuatu yang tidak terduga atau di luar perkiraan.
Pemahaman mengenai emosi primer ini penting agar kita tahu bagaimana berespon terhadap respon emosi diri sendiri dan orang.lain.
Hal yang perlu dipahami juga adalah mengenai bentuk-bentuk respon emosi. Saya akan menggunakan contoh yang "sama" agar memudahkan pemahaman.
1. Respon Emosi Primer Adapatif.
Seorang anak balita laki-laki kehilangan mainan mobil-mobilannya. Ia menangis karena mobil-mobilan tersebut adalah mainan kesayangannya.
Menangis adalah reaksi emosi primer adaptif terhadap kehilangan mainan.
Respon emosi primer adaptif membuat seseorang menyadari perasaannya sehingga ia dapat mengalirkan emosinya dengan wajar, membuatnya segera stabil dan mengembangkan kemampuan problem solving yang lebih baik sesudahnya.
Respon lingkungan yang diharapkan adalah;
Acceptance, terima emosi tersebut dengan cara
- mendengarkan keluhannya
- memeluk
- dan memberikan kata-kata dukungan dan jaminan rasa aman
Hindari:
- merendahkan keluhannya
- mengabaikan
- menasihati
- memarahi
2. Respon Emosi Primer Maladaptif.
Seorang anak balita laki-laki kehilangan mainan mobil-mobilannya. Ia mengamuk melempar dan merusak mainan serta barang-barang lainnya juga memukul dan menendang orang-orang di sekitarnya.
Mengamuk adalah respon emosi primer maladaptif terhadap kehilangan mainan.
Respon maladaptif seringkali terjadi karena contoh yang buruk atau karena respon yang salah dari lingkungan. Misalnya, ketika anak diabaikan emosi primernya, maka ia akan menuntut untuk diperhatikan dengan cara yang salah. Oleh karena itu selain melakukan respon yang sama seperti terhadap respon primer adaptif, meminta maaf kepada anak juga diperlukan.
3. Respon Emosi Sekunder
Seorang anak balita laki-laki kehilangan mainan mobil-mobilannya. Ia menangis, tapi ayahnya berkata, "Laki-laki harus kuat, tidak boleh menangis". Karena perkataan ayahnya tersebut, ia merasa malu dan kesal pada dirinya. Emosi malu dan kesal ini adalah respon sekunder terhadap emosi sedih yang merupakan emosi primernya.
Dalam konteks konsultasi, kebanyakan respon emosi yang ditampilkan adalah respon sekunder yang sudah beranak-pinak. Seorang terapis bertugas membantu klien mencari akar emosi primernya terlebih dahulu sehingga klien dapat menuntaskan masalah yang dihadapinya.
Misalnya, seorang suami yang berselingkuh karena merasa istrinya terlalu dominan di rumah. Bisa jadi berakar dari emosi primer suami yang takut dan marah harga dirinya sebagai laki-laki terancam oleh istrinya.
Atau, seorang istri yang sangat pencemburu kepada suaminya mengatakan bahwa itu dilakukan karena cinta, padahal emosi primernya adalah karena ia sangat takut kehilangan orang yang memberikan rasa aman.
4. Respon Emosi Instrumental
Seorang anak balita laki-laki kehilangan mainan mobil-mobilannya. Ia menangis dan ibunya datang memeluk serta membujuknya, "Sini-sini sama bunda, ade mau eskrim?"
Berulang kali setiap ia mengalami kesakitan, kesulitan atau kehilangan, ibu atau orang di sekitarnya akan membujuknya dan menyelesaikan masalahnya. Akhirnya anak belajar bahwa kalau ia menangis, maka ia akan mendapat apa yang diinginkannya.
Respon emosi instrumental adalah respon emosi yang tidak murni dan tidak tulus. Terbentuk karena proses belajar, dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ini bisa terjadi pada anak hingga dewasa.
- Laki-laki yang berulang kali minta maaf sambil berurai air mata setelah berselingkuh akhirnya diterima kembali oleh pacar atau istrinya.
- Perempuan yang ngambek setiap ingin membeli satu barang, akhirnya dikabulkan permintaannya oleh suaminya.
- Orang yang mudah marah hanya karena kesalahan kecil, membentuk kebiasaan ini karena dulunya selalu tercapai keinginannya setelah marah. (Ini juga menjawab pertanyaan2 di status saya beberapa hari lalu tentang pemarah yang bangga dengan kemarahannya).
- Anak yang mengamuk setiap meminta sesuatu, dia tahu bahwa kalau dikabulkan dia pasti akan memperoleh keinginannya. Orangtua dari anak ini biasanya sangat takut kalau anaknya marah-marah.
- SPG yang tersenyum manis agar pembeli datang membeli barangnya.
Untuk memperbaiki respon emosi instrumental, selain perlu ditemukan emosi primernya, juga perlu melakukan reframing (mengubah cara pandang) dan juga edukasi agar ybs. memilih reaksi emosi lain yang lebih adaptif. Bila ada unfinished bussiness atau pengalaman traumatis, maka perlu dibereskan lebih dulu.
Semakin muda usia seseorang, maka semakin mudah untuk mengubahnya. Untuk orang dewasa yang cara pandangnya sudah mengeras menjadi belief atau bahkan value, maka mengubah respon emosi instrumental membutuhkan usaha lebih besar. Untungnya, tidak seperti manusia yang terpaku pada hasil, maka Allah menilai pada usaha. Jadi .... berusaha saja dengan fokus pada tujuan perubahan.
Dari uraian di atas, semoga dipahami bahwa karena emosi itu adalah alamiah, maka menahannya tidaklah menunjukkan proses kendali emosi yang sehat. Menampilkan respon emosi secara adaptif adalah yang lebih sehat.
*Menasihati diri juga yang masih terombang-ambing emosi sekunder dan kadang berat mengakui serta menerima emosi primer.
Yeti Widiati 020116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...