Senin, 13 Juni 2016

JUJUR ITU BERANI - yws
"Membuat siswa jujur itu sulit, Bu ... "
"Bisa diceritakan pada saya, kejadian yang menunjukkan bahwa membuat siswa jujur itu sulit."
"Jadi kalau siswa terlambat mereka tidak mengatakan hal yang sesungguhnya kenapa mereka terlambat."
"Jadi misalnya ada siswa terlambat, kemudian apa yang biasanya Ibu katakan?"
"Ya, saya bertanya, 'Kenapa kamu terlambat?' Lalu mereka menjawab, 'Taksinya (angkot) lambat jalannya, Makcik', Itu kan bohong, Bu ... "
"Bagaimana Ibu bisa yakin kalau mereka berbohong?"
"Karena saya juga naik angkutan, dan jalannya biasa saja. Paling juga mereka terlambat bangun karena mereka tidurnya terlalu malam. Tapi mereka tidak mau mengakui itu."
"Bolehkah saya memberi saran pertanyaan yang lain tanpa menggunakan kata 'Kenapa' dan supaya anak tidak terdorong berbohong?"
"Silakan Ibu ..."
"Bagaimana kalau pertanyaannya diubah menjadi, 'Bagaimana caranya agar kamu besok bisa datang tepat waktu?'
Saya jelaskan sedikit. Pertanyaan menggunakan kata 'Kenapa' membuat siswa merasa dinilai. Dan dorongan alamiah setiap orang adalah melindungi harga dirinya. Dia tidak mau kelihatan buruk di hadapan orang lain. Oleh karena itu ia akan bereaksi spontan melindungi dirinya, salah satunya dengan berbohong. Pertanyaan mengandung 'Kenapa' dalam konteks pelajaran tidak mengundang emosi, karena bersifat obyektif. Namun pertanyaan 'Kenapa' dalam konteks perilaku dan emosi, cenderung bersifat subyektif dan memicu emosi.
Apabila ibu berfokus pada kedisiplinan siswa (kehadiran tepat waktu), maka saya kira ada baiknya kita berfokus pada tujuan yaitu bagaimana membentuk perilaku yang diharapkan, bukan pada alasan mengapa perilaku buruk terjadi. Maka pertanyaan 'Bagaimana caranya .... dst' secara tidak langsung mendorong siswa untuk berpikir ke depan dan mencari solusi. Bukan mencari beragam alasan untuk mempertahankan diri."
"Wah, saya perlu mencobanya, Bu"
"Silakan dicoba. Adakalanya, siswa yang kurang terbiasa berpikir mandiri dalam menyelesaikan masalah akan kesulitan melakukan ini. Di sinilah peran kita sebagai guru untuk membimbingnya."
*Salah satu fondasi terbentuknya karakter JUJUR adalah BERANI menerima risiko dari kejujurannya. Dan keberanian itu perlu dipupuk dengan rasa aman untuk menampilkan diri apa adanya. Kritik, tuduhan, penilaian adalah bentuk-bentuk "serangan" terhadap harga diri seseorang yang menimbulkan rasa tidak aman sehingga ia takut menampilkan diri apa adanya. Dan ia terdorong untuk menampilkan perilaku defense (pertahanan diri) salah satunya adalah dengan berbohong.
Yeti Widiati 240516

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...