Minggu, 12 Juni 2016

KERENTANAN DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA
(Pandangan Psikologis) - yws
Seorang polisi tahu, jalan tertentu memiliki kerentanan yang berpeluang menimbulkan kecelakaan. Misalnya, jalan menurun berpeluang terjadinya rem blong pada truk atau mobil besar. Jalan lurus bisa menyebabkan mengantuk atau dorongan untuk mengebut. Jalan berkelok berbahaya untuk menyalip. Jalan berlubang menyebabkan lalulintas tersendat. Persimpangan berpeluang menimbulkan tabrakan. Dan jalan perumahan, selalu ada peluang anak-anak menyeberang begitu saja.
Maka didasari pemahaman itu dibuatlah aturan-aturan untuk menghindari kecelakaan. Harus menyalip dari kanan (kecuali kalau mobil di depan belok kanan), ketentuan batas kecepatan, lampu merah harus berhenti, dll. Bila kecelakaan tetap terjadi, kemungkinan besar bukan peraturan atau kondisi jalannya yang salah. Tapi karena aturannya yang tidak diikuti dengan baik.
Begitu pula dalam perkembangan manusia. Ada kerentanan yang dimiliki yang membuka peluang untuk timbulnya ekses yang tidak diharapkan. Dalam konteks psikologis, ekses yang timbul pada satu tahap perkembangan, akan terbawa dan menimbulkan masalah di kemudian hari pada tahap perkembangan lainnya.
Oleh karena itu para pendidik (orangtua atau guru) perlu lebih fokus pada aspek tersebut dan membuat rencana pencegahan terjadinya masalah yang lebih besar. Misalnya, kerentanan pada anak baru lahir adalah dalam hal adaptasi terhadap lingkungan baru. Usia sebelum 1 tahun kerentanannya adalah kemampuan berbicara. Remaja rentan dalam hal dorongan seksual, kendali diri dan konsep diri. Dewasa muda, rentan dalam membangun relasi lawan jenis dan pekerjaan, dst.
Kerap saya amati orang dewasa (orangtua atau guru) menganggap anak itu seperti mesin yang bergerak dan berubah hanya karena satu stimulus saja. Lupa bahwa ada mekanisme lain yang lebih rumit yang terjadi pada diri anak, yang menyebabkan stimulus yang sama direspon berbeda pada usia yang berbeda.
Ketika masa anak, perintah direspon dengan kepatuhan. Ketika remaja anak "ngeyel" dan bahkan menentang, orangtua kerap menyimpulkan, "Wah, anakku jadi bandel sekarang", atau perkataan yang cukup populer adalah, "Heran, anak sekarang ini gak seperti anak jaman dulu. Anak sekarang pada bandel-bandel, gak mau nurut." Padahal kondisinya adalah, anak berubah maka orang dewasanya pun perlu mengubah pendekatan.
Selain dipandang sebagai mesin, cara pandang lain yang berkebalikan adalah memandang bahwa anak bisa berubah sendiri tanpa diberi tahu dan diajari. Orang dewasa cenderung memilih hanya memberikan stimulasi pada hal-hal yang dikuasainya dengan baik, sehingga luput memberikan stimulasi pada hal-hal yang dia canggung atau merasa kurang mampu.
Bidang yang seringkali luput adalah dalam hal pendidikan seks. Pada keluarga yang sederhana, stimulasi yang terkait kognitif yang dikorbankan dan kemudian diserahkan pada intitusi sekolah. Keluarga lain sibuk dengan hal-hal materi sehingga mengorbankan hal-hal religius dan spiritualitas. Ada juga keluarga yang mengorbankan aspek emosi, sehingga keakraban tidak dijalin, dan regulasi emosi tidak dikembangkan.
Yang paling sedih adalah ketika semua hal diabaikan. Hal itu yang saya lihat terjadi pada anak-anak yatim, anak-anak yang tidak diharapkan, anak-anak dari orangtua yang sibuk dengan persoalannya sendiri, dan anak-anak yang orangtuanya lupa karena teralih dengan berbagai masalah dan tuntutan dalam hidup.
Kekurang-tahuan mengenai kerentanan dalam setiap tahap perkembangan, pengabaian pada aturan dan memaksakan diri untuk melakukan pendekatan yang sama yang tidak berhasil, semuanya berpeluang menimbulkan berbagai masalah. Publikasi yang luar biasa menyebabkan seolah "kecelakaan" berupa bullying, pornografi, kekerasan seksual, dll. bertambah banyak karena kesalahan anak. Padahal masalah bertambah berat karena kita sebagai orang dewasa abai, lupa atau luput pada hal-hal yang seharusnya kita perhatikan.
*Renungan setelah meninggalkan sebuah kota yang masyarakatnya banyak yang abai dengan aturan lalu lintas. Mendahulukan maunya sendiri dan kurang peduli pada keselamatan diri dan orang lain.
*Ditujukan terutama untuk diri sendiri.
Yeti Widiati S. 191014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...