Jumat, 31 Oktober 2014

TAKUT DAN CEMAS

Ketika kita takut, objek rasa takut itu biasanya jelas. Takut terhadap binatang buas, takut berada di tempat tinggi, takut hantu, dan lain-lain.

Menghadapi rasa takut semacam itu, biasanya reaksi kita cukup jelas. Kalau kita tidak tahu apa yang akan kita perbuat, maka kita akan lari menghindar, lemas sekujur tubuh, atau diam kaku tak bergerak.

Sementara kalau kita tahu apa yang kita lakukan, maka kita akan menghadapi obyek yang menimbulkan rasa takut tersebut. Seorang pawang ular dia berani karena dia tahu apa yang harus dilakukan untuk mengendalikan ular, dan itu adalah hasil latihan. Orang yang berani panjat tebing, naik gunung atau bungee jumping, dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga dirinya tetap aman. Orang yang berani berada di tempat sepi sendirian dia tahu bahwa jin adalah makhluk Allah dan ia yakin bahwa Allah akan menjaganya. Pengetahuan dan ketrampilan menimbulkan rasa aman dan berani.

Sedangkan rasa cemas atau gelisah dalam psikologi didefinisikan sebagai rasa takut terhadap objek yang tidak jelas. Cemas menghadapi masa depan, cemas menghadapi kesulitan, cemas menghadapi lingkungan baru, dll.

Obyek rasa cemas lebih banyak diciptakan oleh pikiran atau imajinasi kita sendiri. Semakin tidak jelas objek yang kita hadapi, semakin tinggi "ancamannya" dan semakin tinggi pula kadar kecemasannya. Dan sebaliknya, semakin jelas kita mengidentifikasi objek kecemasan kita, semakin mudah kita memilah, dan mencari cara untuk menghadapinya.

Reaksi fisik takut dan cemas pun tidak berbeda. Orang yang ketakutan, kulitnya akan memucat, jantungnya berdebar keras, beberapa orang menjadi sakit perut dan bahkan ada yang terkencing-kencing (kendali otot kemih menurun).

Bayangkan bila seseorang mengalami kecemasan terus-menerus dalam hidupnya. Seorang anak yang cemas setiap berangkat sekolah, seorang karyawan yang cemas menghadapi masalah-masalah di kantornya, seorang wanita yang cemas menghadapi ketuaan, seorang remaja cemas menghadapi kelompok teman-temannya, dll. Metabolisma tubuhnya menjadi kacau, beberapa organ mengalami stress terus-menerus. Maag, asma, migrain, sariawan, eksim adalah keluhan fisik yang muncul ketika seseorang mengalami kecemasan.

Stress dalam hidup memang tidak bisa kita hindari. Bahkan Allah pun sudah menyatakan setiap orang akan menerima ujian dalam hidupnya. Oleh karena itu yang perlu kita lakukan bukanlah membiarkan atau menghindari, melainkan belajar dan mengembangkan kemampuan serta ketrampilan menghadapinya dengan coping dan solving problem.

Urai dan identifikasi semua masalah. Pecah-pecah menjadi lebih kecil, sehingga lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikannya.

Sementara untuk fisik yang sudah kadung tegang karena tekanan/stress terus-menerus, lemaskan dengan relaksasi, kegiatan rekreatif, olah raga, ibadah, yoga atau apapun aktivitas yang membuat kita menjadi lebih rileks dan nyaman.

Menghindari masalah (yang sebetulnya tidak bisa dihindari dan akan selalu datang) sama saja dengan menyiksa diri terus menerus. Karena kita tidak membuat diri kita mampu, sementara rasa takut dan cemas terus saja datang.

Sayangkah kita dengan diri kita sendiri?
Dan, apakah kita mengizinkan diri untuk menjadi lebih trampil dalam menghadapi masalah dan mengelola emosi?

*Bismillah ... sambil terus belajar ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...