Jumat, 31 Oktober 2014

BALADA PENGHAPUS DAN PENGGARIS
Dalam papper and pencil test yang dilakukan pada tes klasikal, salah satu ketentuannya adalah tidak diperkenankan menggunakan penghapus dan penggaris ketika mengerjakan tugas. Saya melihat bahwa kelompok anak yang paling gelisah dengan ketentuan tersebut adalah anak usia SD.

Anak usia SD seolah seperti memiliki ketergantungan luar biasa pada penghapus. Mereka bisa menghapus setiap 30 detik hingga 1 menit saat menulis atau pun menggambar. Gerakan tangan menghapus ini seperti otomatis, mencoret sedikit langsung hapus, mencoret sedikit langsung hapus. Perlu waktu lama bagi mereka untuk benar-benar yakin bahwa garis yang dibuat sudah cukup memadai. Teguran verbal agar tidak menghapus sama sekali diabaikan. Bila penghapus disuruh dimasukkan ke dalam tempat pensil atau tas, selalu ada anak-anak yang diam-diam mengambil kembali penghapus dan menggunakannya.

Menarik melihat perilaku anak ketika penghapus diambil oleh pengawas dan diletakkan di meja depan, Ada anak yang menggunakan karet gelang untuk menggantikan penghapus, ada yang menggunakan air ludahnya kemudian menggosok garis yang salah sehingga mengakibatkan bercak hitam di kertas. Meminta ganti kertas, membalik kertas, mencoret gambar atau tulisan yang salah atau kalau tidak menemukan jalan dia akan menengok kiri kanan melihat pekerjaan teman, mencontek, atau menggerak-gerakkan badannya menunjukkan kegelisahannya.

Tentang penggaris pun sama juga ceritanya. Biasanya anak-anak ini spontan mengeluarkan penggaris ketika mereka akan menggambar benda atau bentuk-bentuk yang memiliki garis lurus. Menggambar rumah, balok, tiang, bahkan menggambar garis horizon sekalipun. Apabila dilarang mereka juga akan menjadi sangat gelisah.

Saya bertanya dalam hati. Apa yang terjadi dalam proses pendidikan baik di di rumah dan terutama di sekolah yang membuat anak-anak ini begitu takut membuat kesalahan. Apakah karena adanya tuntutan selalu harus benar, rapi dan persis seperti apa yang diberikan oleh guru (dan orangtua)?

Teman-teman, para orangtua dan guru, saya kira kalau kita mengharapkan anak-anak yang spontan, berani dan juga kreatif, maka hal itu juga perlu dilatihkan dalam keseharian. Buat anak-anak itu berani untuk menampilkan apa adanya. Kurangi tuntutan untuk harus selalu benar, selalu sama dengan orang lain atau selalu rapi. Berikan apresiasi pada apa pun usaha yang ditampilkan oleh anak. Biarkan anak menghayati bahwa melakukan kesalahan bukanlah dosa tak berampun. "Kesalahan" adalah cara belajar untuk menjadi lebih baik.

Bila kita tak memberi kesempatan pada mereka untuk melakukan kesalahan, maka peluang perilaku tidak percaya diri, tidak jujur, manipulasi, dlsb. akan muncul lebih besar.

*Ongkos emosi ketidakpercayaan diri, jauh lebih mahal daripada memberikan kesempatan anak membuat kesalahan kecil pada masa kecilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...