Jumat, 31 Oktober 2014

Balada "MENGAPA?"

Suatu hari sekitar 19 tahun lalu, saya membawa putri kedua saya berusia 1,5 tahun ke dokter ahli craniofacial. Setelah memeriksa dan bertanya, dokter menyatakan bahwa anak saya menyandang satu kondisi langka di mana pertumbuhan tulang kepalanya tidak sempurna. Kondisi ini yang menyebabkan fungsi seluruh organ di kepalanya menjadi kurang optimal.

Pertanyaan spontan saya adalah : MENGAPA hal itu bisa terjadi?

Dokter itu menatap saya dengan mata birunya dalam-dalam, kemudian berkata, "Bagaimana kalau kita tidak bertanya 'MENGAPA,' tapi kita pikirkan APA yang bisa kita lakukan supaya anak kamu bisa berkembang dan berfungsi dengan baik di masa depan?" Kalau kamu bertanya 'MENGAPA', maka ada sangat banyak kemungkinan yang bisa dikatakan, tapi semua itu tidak berarti apapun buat kamu sebagai orangtua, karena kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi.
....
Bertahun-tahun kemudian, saya semakin memahami bahwa bertanya "MENGAPA" kadang tidak menyelesaikan masalah. Ia malah membuat orang menjadi bertambah cemas. Ketika belajar hipnoterapi dan belajar komunikasi dengan basic NLP, para trainer juga menyarankan menghindari pertanyaan "MENGAPA."

Tapi saya tahu anak-anak kecil dalam perkembangannya kerapkali bertanya "MENGAPA" misalnya,
"Mengapa mobil bisa bergerak?"
"Kenapa daun bergoyang kalau kena angin"
"Kenapa adik bisa lahir"
dan ratusan bahkan ribuan kenapa yang membuat orangtua pusing.

Apakah mereka tidak boleh bertanya 'MENGAPA'?
Kapan waktu yang paling tepat bertanya 'MENGAPA'?

Sementara ini saya menyimpulkan, bahwa ketika kita memiliki 'kuasa' untuk mengubah sesuatu maka bertanya "MENGAPA" akan bisa membawa kita untuk melakukan perbaikan dan perubahan. Tapi ketika kita tidak memiliki 'kuasa' untuk mengubah sesuatu, maka alih-alih bertanya "MENGAPA" nampaknya jauh lebih baik bila kita bertanya "APA" yang bisa kita lakukan?

Ketika seseorang terus-menerus bertanya 'MENGAPA" pada sesuatu yang tidak bisa diubahnya, misalnya,
- masa lalu,
- keturunan,
- kondisi fisik,
- takdir, dll.
maka ia menjadi frustrasi dan menambahkan kecemasannya. Saat itu ubahlah pertanyaan menjadi "APA yang bisa saya lakukan supaya saya bahagia dengan apa yang saya miliki"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...