Selasa, 13 Juni 2017

TANTANGAN PERNIKAHAN 10 TAHUN KE-3 dst (PENURUNAN FISIK) - yws

Umumnya mereka yang sampai pada usia pernikahan dekade ke-3 ini sudah berusia 50 tahunan (bisa kurang atau lebih). Pada usia ini, kondisi fisik pun sudah semakin menurun. Daya tahan tubuh menurun sehingga peluang cepat lelah bahkan mudah sakit menjadi lebih besar. Level energi menurun menyebabkan aktivitas tidak sebanyak dahulu lagi. Kemampuan reproduksi menurun terutama pada perempuan, karena mengalami menopause. Bahkan bentuk tubuh (kalau masih berbentuk) sudah berbeda dari sebelumnya.

Kondisi penurunan secara fisik ini, ditanggapi berbeda oleh setiap orang. Ada yang tak peduli, sehingga terus merusak diri dengan pola hidup tak sehat. Ada yang sangat terganggu dan sulit menerima, sehingga mencari cara agar "tidak menjadi tua". Ada pula yang lebih realistis dan melakukan acceptance dengan mengatur pola hidup yang lebih sehat dan aktivitas yang lebih seimbang.

Mengacu pada Diane Pappalia (Human Development), maka pada usia ini banyak orang yang secara alamiah mulai mengalihkan orientasi dan pemikirannya dari hal-hal yang bersifat fisik dan praktis menjadi lebih ke mental dan pemikiran filosofis.

Mereka yang memiliki kemampuan acceptance atau penerimaan diri lebih baik, akan lebih mampu dan cepat beradaptasi dengan perubahan fisik ini. Tapi mereka yang masih terpaku pada "ukuran-ukuran" fisik, denial dengan perubahan yang dihadapi, berpeluang merasa cemas, tidak bahagia dan melakukan tindakan-tindakan reaktif yang justru menimbulkan masalah baru.

Dalam konteks pernikahan, relasi dengan romantisme cinta dan hingar-bingar gairah, yang khas mewarnai pernikahan 10 tahun pertama berganti menjadi pertemanan dan kasih yang lembut. Cinta tidak lagi melulu pada kenikmatan fisik, namun lebih pada kualitas mental. Kebaikan hati, kesabaran, ketulusan, sekarang terasa lebih nyata dan stabil.

Tantangan ada pada mereka yang sulit menerima perubahan dirinya sendiri. Sehingga memaksakan diri mengenakan "topeng" untuk menutupi kenyataan. Berdandan lebih heboh, bergaya untuk menarik perhatian dan memikat lawan jenis, menggunakan obat-obatan yang beresiko, dst. adalah beberapa cara yang mungkin menjadi pilihan.

Tantangannya menjadi berganda dalam pernikahan karena juga berbicara tentang saling menerima perubahan fisik pasangannya.

Mungkin ada yang mengalami hal-hal di bawah ini:
1. Pasangan tidak lagi secantik/seganteng dulu. Sehingga tidak lagi menawan hati.
2. Pasangan tidak lagi bisa melayani hubungan intim suami-istri dengan memuaskan seperti dulu.
3. Pasangan sakit keras atau lumpuh, sehingga tidak bisa berfungsi optimal bahkan bergantung pada pasangannya yang lain.
4. Pasangan mengalami depresi atau gangguan emosi karena sulit menerima kondisi penurunan fisiknya sendiri.

Saya jadi ingat cerita seorang teman (konselor) yang memberikan konseling pra nikah di sebuah lembaga agama. Ia suka bertanya pada para calon mempelai, "Apakah kamu cinta pada pasanganmu?"
"Cinta ...!" jawab tegas bersemangat
"Kalau suatu saat di masa depan, suami atau istri kamu kecelakaan hingga lumpuh, atau kena kanker hingga botak, atau terkena stroke yang membuatnya pelo berbicara, air liurnya menetes terus, buang air besar/kecil tak terkendali, apakah kamu akan tetap mendampinginya?"
"Eh .... aduh gimana ya .... ?"

Sungguh ... kekuatan cinta dan tujuan menikah kembali diuji di tahap ini.

Yeti Widiati 41-130617

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...