Minggu, 11 Juni 2017



MELEPAS KEPERGIAN - yws


Suatu hari, saya bersama ibu mertua, kakak ipar dan sulung saya yang masih berusia 6 bulan-an berbelanja di sebuah super market di dekat rumah.


Kami belanja sambil ngobrol dan bercanda. Seorang pramuniaga bertanya pada saya, "Mbak, ini anak atau mantu?"
Saya menjawab dengan keisengan saya, "Ayo tebak mbak, mana yang anak mana yang mantu, saya atau mbak yang satunya?"
Si pramuniaga lalu mulai melihat dengan lebih teliti. "Wah, saya jadi bingung."
Saya lalu menjawab, "Ini saya sama mbak yang itu, dua-duanya mantu mbak. Kalau anaknya ibu sih jangkung-jangkung, hehe ...."
"Bener serius? Tapi kok pada akrab gitu?"
"Ya memang begitu ibu mertua saya. Gak pernah beda-bedain anak sama mantu. Semua sudah jadi seperti anaknya. Makanya kita semua akrab."


Begitulah ibu ... Bukan hanya terasa oleh saya sebagai menantu tapi juga terindra oleh mereka yang mengenalnya bahwa ia tak memilih sayang dan hormat pada orang karena "baju" yang dikenakannya, karena status atau karena tampilannya. Tapi karena mereka semua adalah manusia.


Ibu mertua saya melengkapi skema yang tak saya miliki. Saya dibesarkan sendiri dalam keluarga saya, kemudian masuk dalam keluarga besar dengan 6 anak yang sangat guyub. Saya belajar banyak dari beliau. Ibu selalu berusaha terlibat dalam hal2 penting semua anak2, mantu, cucu hingga cicitnya. Saat sakit, wisuda, menikah, pindah rumah, dll. Saya merasakan betul kasih dan perhatiannya.


Ibu tak pernah lepas ibadah. Rajin mengaji, shadaqoh dan mengunjungi orang lain. Di masa2 akhir hidupnya, yang dipikirkan hanya ibadah dan orang lain. "Jam berapa sekarang? Ibu mau sholat." atau "Itu ada kue dan buah di meja, ayo dimakan ..."


Ibu mungkin memang bukan orang terkenal. Tapi ia meninggalkan kesan begitu mendalam bagi siapa pun yang mengenalnya.


Selamat jalan bunda Roekmiati binti Marzuki, kasih dan cinta Allah lebih besar. Kami, semua anak, mantu dan cucu berusaha menjalankan ajaran. Selalu mendoakan dan melanjutkan silaturrahim, agar amal beliau tak pernah putus sekalipun raganya tak bersama lagi ... Aamiin ya Robbal'aalamiin


يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30).


Yeti Widiati 38-090617

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...