Kamis, 15 Juni 2017

STIMULUS - ORGANISM - RESPONSE - CONSEQUENCE - yws
(Konteks Parenting dan Keluarga)

Dalam ilmu sains dan teknik, berlaku rumus S-R (Stimulus Respons) yang relatif tetap, itulah mengapa akhirnya bisa dibuat rumus yang berlaku sama di berbagai wilayah di bumi ini. Maka belajar ilmu matematika atau fisika akan sama di Indonesia, di Eropa maupun di Amerika.

Dalam ilmu sosial rumus S-R berlaku pula, tapi menjadi lebih rumit sehingga rumusnya menjadi S-O-R-C,
S=stimulus, O=organisma, R=Respons, C=Consequence.

C bisa menjadi Stimulus baru yang menghasilkan respons dan Consequence yang baru pula. Sehingga rumusnya:
S-O-R-C(S1)-O-R1-C1(S2)-O-R2-C2 .... Sn-O-Rn-Cn

Bagaimana menurunkannya dalam kejadian nyata?

Misalnya;
Ayah (dengan suara keras) menyuruh anak mengerjakan PR (S)
Anak (O) tidak segera mengerjakan (R)
Akibatnya ayah menjadi marah dan memukul anak (C/S1)
Anak (O) mengerjakan PR namun banyak salah karena ketakutan (R2)
Ayah bertambah marah, melabel anak 'bodoh' (C2)
Dst ...
Rn prestasi anak buruk, anak malas belajar
Cn orangtua bingung

Menariknya dalam ilmu sosial adalah, meskipun secara umum stimulus tertentu menghasilkan respons tertentu juga, namun karena O adalah manusia yang dinamis yang di dalam dirinya ada karakter, motivasi, emosi, intelegensi, value, pengalaman, kondisi fisik, dll, itu menyebabkan R setiap orang menjadi berbeda untuk S yang sama. Bahkan bisa terjadi juga respons berbeda pada orang yang sama yang kondisi emosinya sedang berbeda.

Jadi ada orangtua yang memberikan perlakuan yang sama namun hasilnya bisa berbeda padahal untuk anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sama.

Biasanya orangtua datang berkonsultasi, sudah sampai di Cn dengan kondisi emosi yang campur baur. Keinginannya adalah, bagaimana mengubah O dan R agar C berubah positif.

Bila kita sudah tahu bahwa R dan C hanya bisa berubah karena S yang berubah, maka menurut saya, sungguh tidak adil bila hanya menuntut R dan C yang berubah. S lah yang harus berubah terlebih dahulu. Bagaimana dengan O, apakah tidak bisa berubah? Dalam banyak hal O adalah yang paling sulit diubah, karena ada hal-hal yang bersifat given yang dibawa sejak lahir (intelegensi, karakter tertentu, kondisi fisik, pengalaman yang sudah terjadi, dll). Sehingga untuk O, sikap menerima atau acceptance lebih dibutuhkan daripada memaksa berubah.

Menariknya ketika orangtua menyadari bahwa S atau perilaku dirinya lah yang perlu berubah, beberapa orangtua bersikap defensif. Hal ini juga terjadi pada kasus-kasus pernikahan ketika seorang istri/suami mengeluhkan perilaku pasangannya yang dipandang kurang sesuai. "Kenapa saya yang harus berubah? Kan dia yang nggak bener" Itu adalah ungkapan yang kerap disampaikan.

Menjadi tantangan juga ketika menguraikan dan menjelaskan rangkaian stimulus-respons ini hingga yang terjauh, yang seolah-olah 'nggak nyambung' dengan Cn.

Misalnya,
- bagaimana menjelaskan bahwa perilaku anak berbohong (Rn) adalah karena anak sering dituntut menjadi yang terbaik (S).
- bagaimana menjelaskan perilaku remaja enggan terbuka pada orangtua (Rn) adalah karena orangtua enggan menyimak saat anak masih kecil bicara/bercerita (S).
- bagaimana menjelaskan kesulitan anak berkonsentrasi (Rn), karena anak jarang dipeluk, ditimang dan dielus saat bayi.
Dsb.

Perlu digaris bawahi kembali bahwa Cn yang sama pada beberapa anak belum tentu S-nya sama persis. Artinya, tidak setiap perilaku berbohong pada anak, disebabkan karena alasan yang sama. Itulah mengapa dibutuhkan penggalian yang seksama oleh seorang psikolog untuk menemukan dinamika dan rangkaian S-O-R-C yang terjauh yang bisa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

Ah, baiklah. Sebelum kening bertambah berkerut, saya simpulkan saja. Jadi bila anak kita (menurut kita) bermasalah, cek perilaku kita, yang mana yang paling mungkin menjadi penyebab munculnya perilaku masalah pada anak, lalu ubahlah. Belum tentu langsung berhasil, lebih sering kita perlu melakukan trial error untuk melihat respons dan konsekuensinya. Jangan patah semangat, lakukan terus dan tetap belajar.

*Bila keluhan berlanjut, hubungi psikolog terdekat 😉

Yeti Widiati 43-150617

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...