Selasa, 20 Juni 2017

IBADAH - yws

Saya ingin menceritakan kembali (versi saya), sebuah tulisan yang saya baca puluhan tahun lalu. Tidak ingat penulis pertamanya dan saya mohon maaf karenanya. Namun saya doakan agar tulisannya selalu menjadi pengingat agar orang lain lebih baik, aamiin. Mohon maaf juga bila detail disesuaikan, namun Insya Allah garis besar dan pesannya semoga tetap sama.

Alkisah ada seorang direktur sebuah perusahaan yang rajin puasa Senin Kamis. Ia, seorang pekerja keras dan penguasaha sukses.


Setiap hari, ia dilayani seorang pelayan laki-laki. Pagi hari, pelayannya rutin menyuguhkan teh manis dan penganan. Siang hari ia menyediakan makan siang dan sore hari kembali menyuguhkan teh manis dan penganan sore.

Suatu hari, direktur ini memanggil pelayannya. Ia berkata, "Pak, bapak kan tahu kalau saya setiap Senin Kamis itu saya puasa, kenapa bapak masih menyediakan makanan juga untuk saya?
"Oh, iya maaf Pak ..." jawab pelayan tersebut dengan agak ketakutan.
"Karena saya puasa Senin Kamis, apakah makanannya dibuang?"
"Maaf Pak, ... makanannya saya yang ambil ...." jawab pelayan semakin mengkerut tubuhnya karena merasa bersalah.
"Wah Pak, saya sih nggak masalah makanan saya diambil Bapak, daripada mubazir." Pak Direktur agak kecewa karena pelayannya sengaja menyediakan makan pada Senin Kamis lalu mengambilnya. "Tapi bagusnya bapak juga puasa Senin Kamis, karena puasa ini banyak pahalanya..." Ia pun menjelaskan panjang lebar mengenai keutamaan puasa Senin Kamis.
"Iiiiyaaa ... Pak ..." jawab pelayan tersebut terbata ...
"Apa Bapak tidak pernah puasa?" Pak Direktur mulai bersuara keras.
"Pernah, Pak ...?" jawab pelayan dengan lemah ...
"Kapan Bapak puasa, kalau setiap Senin Kamis mengambil makanan yang disediakan untuk saya?"
"Eh, saya puasa setiap Selasa, Rabu, Jum'at, Sabtu dan Minggu, Saya bisa makan hanya kalau bapak puasa ..."
Dan ... pak Direktur pun tertegun ......

*Bersyukurlah bila kita masih bisa menikmati manisnya ibadah. I'tikaf dengan khusyu. Umroh Ramadhan ke Tanah Suci. Tak pikirkan pakaian Idul Fitri. Tak pusingkan transportasi mudik. Ta'jil, makan malam, shahur bahkan penganan Lebaran pun sudah siap sedia.

Tapi ada orang-orang yang tak seberuntung itu, yang rizkinya berlebih hanya beberapa hari mendekati Lebaran (atau bahkan sesudah Lebaran). Yang memaksakan diri berdesak untuk memperoleh pakaian dan sepatu harga diskon. Yang berharap bisa tampil beda di depan Tuhannya saat sholat Ied dan silaturrahim. Yang bisa makan agak berbeda ketika para aghniya berlebih makanannya di hari Raya. Yang pasrah berjejal dan berpeluh dalam kendaraan umum di kepadatan arus mudik dan arus balik.

Jangan-jangan, mereka lah yang beroleh pahala keikhlasan sepanjang tahun ...

Wallahu'alam

*Bila ada yang tahu penulis pertama cerita di atas, baik mengabari saya, agar bisa segera saya sematkan namanya. Syukur-syukur bila ada sumber yang sahih.

Yeti Widiati 46-200617

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...