Jumat, 07 Oktober 2016

TUBUH PUNYA MEMORI - yws

Pernah dong mendengar bahwa sentuhan adalah salah satu ekspresi bahasa kasih dan cinta? Bahasa cinta lainnya selain sentuhan adalah ucapan verbal, hadiah, pertolongan yang diberikan dan waktu yang diluangkan. Karenanya beberapa ahli menyarankan untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang melalui sentuhan. Baik itu berupa usapan, belaian, tepukan halus, ciuman, hingga pelukan. Sentuhan bisa sebagian tubuh (lengan, kepala, pundak) atau bahkan seluruh tubuh, seperti ketika saat memeluk erat.

Seorang ibu yang menidurkan bayinya, sering menyentuh bagian tubuh tertentu pada bayinya, agar ia bisa segera terlelap. Awalnya hanya trial error/coba-coba, hingga akhirnya ditemukan area sentuhan yang paling memberikan rasa nyaman. Sulung saya, cepat tertidur saat bayi, ketika alis matanya diusap berulang. Anak saya kedua, mudah tertidur jika dahinya diusap, Sementara bungsu saya, cepat tertidur ketika puncak kepalanya diusap dengan jari-jari saya. Bahkan hingga besar pun cara-cara sentuhan tersebut masih menimbulkan rasa nyaman ketika anak-anak saya sedang gundah atau saat sedang sakit, sehingga hingga kini pun saya masih kerap melakukannya.

Setiap sentuhan yang mengena pada tubuh kita akan tersimpan dalam memori. Ia bisa berfungsi sebagai pemicu untuk memunculkan emosi tertentu. Dalam bahasan Behavioristik (Conditioning) maka kondisi ini disebut "asosiasi" sementara dalam hipnosis dan hipnoterapi disebut "anchor". Dalam contoh anak-anak saya di atas, maka sentuhan di alis, dahi dan kepala, serta merta menimbulkan memori dan asosiasi dengan rasa nyaman.

Hal yang sebaliknya pun bisa terjadi. Bila seseorang pernah mengalami dipukul, dicubit, ditampar, atau mengalami kecelakaan berat sehingga terluka pada area tubuh tertentu, maka area-area tersebut bisa menimbulkan memori tidak nyaman saat disentuh.

Seorang anak yang kerap dicubit di pahanya saat kecil, setiap ia membuat kesalahan. Masih merasakan "kesemutan" di area yang sering dicubit tersebut pada saat dewasa, setiap ia melakukan kesalahan. Dan itu menimbulkan rasa tidak nyaman.

Oleh karena itu bisa kita bayangkan bagaimana dengan anak atau orang yang kerap mengalami kekerasan dan bahkan pelecehan seksual. Maka area-area tubuh tertentu menjadi terasa tidak nyaman dan menimbulkan emosi negatif, saat disentuh, atau saat menghadapi kejadian yang terasosiasi dengan pengalaman buruk tersebut.

Ada saja mereka yang akhirnya "membenci" bagian-bagian tubuh tertentu pada dirinya, karena mengingatkan pada kejadian buruk dan membangkitkan asosiasi dengan emosi negatif.

Pengetahuan tentang sentuhan ini bisa dimanfaatkan untuk ragam kebutuhan. Misalnya untuk menenangkan diri sendiri atau seseorang, kita bisa menyentuh bagian tubuh tertentu yang dapat menimbulkan kenyamanan. Atau bila tidak memungkinkan untuk menyentuh, karena alasan batas kesopanan, berbeda jenis kelamin atau berjarak lokasinya, maka kita bisa mengajaknya untuk membayangkan saat-saat disentuh tsb.

Bagi para orangtua, pengetahuan tentang sentuhan ini dapat menginspirasikan, kapan dan bagaimana memberikan sentuhan sesuai kebutuhan anak-anak kita. Kapan anak membutuhkan pelukan erat, usapan atau tepukan? Termasuk, apakah seorang remaja laki-laki masih pantas dipeluk dan dicium di tempat umum. Di sini kepekaan orangtua menjadi sangat penting.

Yeti Widiati 230916

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...