Kamis, 27 Oktober 2016

POLA TEMPERAMEN ANAK - yws

Mengacu pada penelitian longitudinal New York* yang menurut saya masih relevan untuk anak Indonesia, dinyatakan bahwa ada 3 pola temperamen pada anak.

1. "Easy" Child
Sekitar 40% anak adalah termasuk easy child. Anak-anak yang termasuk kelompok ini, pada umumnya moodnya stabil, senang. Fungsi biologis berjalan baik (mudah makan, tidur dan aktif bergerak) dan mudah menerima pengalaman baru. Secara sosial juga mudah memasuki dan bertemu dengan orang serta situasi baru.

2. "Difficult" Child
Sekitar 10% termasuk kelompok ini. Ditandai dengan sensitivitas yang lebih tinggi, sehingga mudah kesal, menangis, frustrasi namun juga mudah tertawa terbahak-bahak. Ia perlu usaha lebih besar untuk tenang. Fungsi biologis ritmenya tidak teratur, misalnya dalam hal makan, tidur, termasuk buang air. Kurang suka hal-hal baru, dalam hal makanan, situasi sosial, orang-orang baru. Lambat beradaptasi.

3. "Slow to Warm Up" Child
15% anak berada di antara easy dan difficult child, dalam hal kecepatan berespon dan beradaptasi dengan lingkungan. Ia membutuhkan waktu lebih lama daripada easy child namun lebih cepat daripada difficult child baik dalam mood, fungsi biologis, minat terhadap hal-hal baru dan berespon terhadap lingkungan sosial.

Masih ada 35% anak yang tidak termasuk dalam pola-pola di atas. Mereka misalnya, anak-anak yang mungkin fungsi biologisnya termasuk easy child, namun dalam hal adaptasi sosial termasuk dalam difficult child. Atau anak-anak yang punya minat terhadap hal-hal baru, namun dari sisi mood sangat mudah berubah.

Pemahaman kita (orangtua dan guru) mengenai pola temperamen anak ini, bukanlah dimaksudkan untuk melakukan judge atau labelling, namun lebih pada pengetahuan sehingga kita dapat menghandle anak dengan lebih efektif saat menghadapi suatu situasi tertentu.

Orangtua dan guru yang peka dan peduli pada pola temperamen anak, akan mengembangkan strategi lebih variatif ketika misalnya, menghadapi anak yang sulit makan makanan baru, daripada ikut terbawa kesal dan frustrasi ketika anak "mogok makan".

Dari pengamatan saya terhadap ragam kasus anak, maka poin utamanya tetap adalah pada bagaimana pola asuh atau bagaimana orangtua memperlakukan anak. Anak-anak yang termasuk "easy" child juga bisa bermasalah bila orangtua tidak menghandle atau memanfaatkan resources ini dengan baik.

Tantangan pada orangtua yang memiliki easy child, adalah pengabaian pada anak atau bahkan kesombongan, ketika orangtua mengira bahwa karena dirinya-lah anak menjadi baik dan kemudian mulai mengkritisi orangtua lain yang dipandang "gagal" menghandle anaknya.

Difficult child dan Slow to warm child pun bisa menimbulkan masalah yang lebih besar ketika orangtua menyerah, "Ah anak saya sih memang begitu, kalau gak dikasih keinginannya nanti nangis kejer, repot. Mending di kasih saja," Atau sebaliknya bersikap terlalu kaku dan memaksa, "Pokoknya mau gak mau anak itu harus nurut ...". Sikap-sikap seperti ini menimbulkan masalah lebih besar di kemudian hari.

Allah itu adil, setiap orangtua dikarunia anak dengan tantangan yang sesuai dengan kemampuannya. Tugas kita sebagai orangtua adalah melakukan sebaik yang bisa kita lakukan.

*Sumber Experience Human Development, Diane E. Papalia, 13th

Yeti Widiati 201016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...