Senin, 17 Oktober 2016

READ ALOUD - yws


Pada umumnya, bayi dan anak-anak senang dibacakan buku cerita. Bukan hanya karena content cerita yang menarik, tetapi juga pada proses interaksi selama dibacakan buku.

Sayangnya tidak semua orangtua senang membacakan buku, apalagi membacakan berulang-ulang buku yang sama. Merasa bosan, sia-sia, tidak terlalu penting, tidak sabar, tidak sempat/tidak ada waktu dan bahkan merasa tidak mampu, acap menjadi alasan para orangtua.

Apa keuntungan membacakan buku dengan suara keras (read aloud) pada anak? Ah, saya percaya banyak orangtua sudah tahu tentang hal itu. Selain meningkatkan ikatan/bonding emosional orangtua-anak, yang juga penting adalah meningkatkan kemampuan berpikir/kognitif anak.

Bagaimana kemampuan kognitif bisa meningkat?
- Karena wawasan pengetahuan anak bertambah besar.
- Kosa kata pun bertambah kaya.
- Anak belajar alur berpikir/sistematika yang benar.
- Cerita yang baik juga berpeluang memberikan anak kesempatan memperoleh alternatif problem solving.
- Dengan penyajian yang tepat, juga bisa merangsang kemampuan berpikir kritis anak.
- Mendorong minat belajar dan literasi
- Dll.

Penelitian menunjukkan ada korelasi positif antara anak yang memiliki kemampuan berbahasa (mengungkapkan ide melalui bahasa) yang baik, dengan tingginya kemampuan berpikir anak.

"Read Aloud" yang baik bukan hanya sekedar membacakan buku, namun ada interaksi dan pelibatan anak dalam proses berupa tanya jawab misalnya.

Ada paling tidak 3 jenis style "Read Aloud", yaitu
1. DESCRIBER
Orang yang membacakan cerita dengan style Describer, berfokus pada "menggambarkan" apa yang terjadi dalam cerita atau gambar yang dibacakan dan mengajak anak menggambarkan kembali atau memperagakan apa yang diceritakan.

Contoh pertanyaan yang diajukan:
“Kucingnya kelihatannya seperti apa?"
"Apa yang dimasak ibu untuk sarapan?"

Style ini bisa menambah kosa kata dan wawasan pengetahuan anak mengenai beragam hal. Sehingga sesuai untuk bayi dan anak-anak yang kosa katanya belum banyak.


2. COMPREHENDER
Membacakan buku dengan style Comprehender, mendorong anak untuk melihat lebih dalam pada makna cerita, membuat kesimpulan, dan melakukan prediksi.

Contoh:
“Menurut kamu, singanya sekarang mau ngapain?”
"Bagusnya kita melakukan apa kalau kita menyinggung perasaan teman?"
"Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita ini?"

Ada kemampuan analisis, problem solving, antisipasi yang dieksplorasi. Kemampuan-kemampuan ini adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi.


3. PERFORMANCE-ORIENTED READER
Orang yang membacakan buku dengan style ini, menyampaikan cerita dengan merancangnya sebagai suatu pertunjukkan yang menarik. Ada pendahuluan dengan menyampaikan tema sebelumnya, paparan isi yang dikemas menarik dan mengajukan pertanyaan sesudahnya.

Model ini baik untuk membuat anak tertarik dengan aktivitas membaca buku.

Tidak ada style membacakan buku yang terbaik bagi anak. Masing-masing style di atas adalah penting dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak. Kapan kita bergaya teatrikal dan membuat anak terpesona saat membaca buku, kapan kita memberi kesempatan anak yang berbicara lebih banyak, dan kapan kita mestimulasi anak untuk menggali lebih dalam kemampuan berpikir dan merasanya.

Coba semua yuk ...


Yeti Widiati 171016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...