Jumat, 07 Oktober 2016

HOMESCHOOLING, PILIHAN YANG MEMBUTUHKAN TANGGUNG JAWAB - yws

Dibanding 18 tahun lalu saat saya mempertimbangkan homeschooling untuk putri saya, maka istilah homeschooling sekarang sudah lebih dikenal. Banyak yang mengikuti dan bahkan sudah banyak provider homeschooling lokal yang menyediakan jasa kurikulum, buku, guru privat dan bahkan tempat belajar sendiri. Homeschooling yang saya lihat sekarang, menurut saya, sudah jauh bergeser dari semangat homeschooling seperti yang saya kenal pertama kali.


Hal yang menguntungkan sekarang adalah bahwa "lulusan" program homeschooling saat ini sudah diakui oleh Diknas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke lembaga pendidikan formal. Sesuatu yang mustahil dilakukan 18 tahun lalu, yang menyebabkan para orangtua homeschooler betul-betul adalah para pionir. Mereka berani menentang arus sistem pendidikan saat itu dan memberikan pendidikan pada anaknya dengan disain dan pendekatan yang mereka rancang dan lakukan sendiri. Mereka juga siap menerima konsekuensi dan risiko dari pilihan-pilihannya baik dari sisi pandangan masyarakat maupun dari sisi ketentuan formal sistem pendidikan.

18 tahun lalu (dan bahkan mungkin sebelumnya) sistem homeschooling didasari oleh semangat dan keinginan untuk memberikan pendidikan terbaik sesuai versi orangtua. Mereka (para orangtua) biasanya memandang bahwa pendidikan yang diberikan dalam lembaga pendidikan formal kurang sesuai untuk anaknya dengan berbagai alasan. Umumnya karena orangtua memiliki value yang berbeda atau karena anak memiliki kekhususan. Perkembangannya sekarang, ada banyak orangtua yang melakukan homeschooling bukan karena alasan-alasan ideal tapi justru karena alasan praktis. Misalnya, karena anak tidak mau sekolah di sekolah formal dan merasa bebas serta nyaman jika belajar di rumah.

Program pendidikan homeschooling idealnya dilakukan sendiri oleh orangtua, bukan oleh orang lain atau lembaga lain. Oleh karena itu program ini sebetulnya mempersyaratkan kesiapan orangtua yang luar biasa, antara lain dalam hal:

1. Konsep pendidikan yang jelas. Orangtua perlu mencanangkan target pendidikan yang jelas baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jangka pendek bukan hanya bicara tahunan, tapi juga semester, bulan dan bahkan turun kepada target harian. Semua target ini yang akan diturunkan ke dalam rencana belajar dan kemudian dilaksanakan sendiri oleh orangtua dalam bentuk sistem pendidikan yang terpadu.
Target juga bukan hanya meliputi aspek kognitif (pengetahuan atau ketrampilan tertentu yang perlu dikuasai) namun juga menyangkut target perilaku dan karakter yang ingin dibangun. Karenanya pengetahuan dasar mengenai kurikulum menjadi penting oleh orangtua.

2. Peran aktif dan kesepakatan antar suami-istri
Sistem pendidikan homeschooling menuntut keterlibatan aktif dari ayah dan ibu. Keduanya perlu bersepakat dan mempersiapkan hingga hal-hal detail. Tidak akan berhasil apabila satu pihak terlibat habis-habisan sementara yang lain apatis dan tidak peduli.

3. Waktu
Orangtua sebagai perencana dan juga pelaksana program pendidikan, maka berarti ia perlu memiliki waktu yang cukup untuk melakukan hal tersebut. Semua kesempatan di rumah sebetulnya termasuk dalam pendidikan, bukan hanya pada saat belajar mata pelajaran tertentu. Karena ketika berbicara tentang pendidikan value dan karakter, maka seluruh aktivitas adalah proses pembelajaran.
Oleh karena itu adalah sangat riskan bagi para orangtua yang ayah ibunya sibuk bekerja di luar rumah dari pagi sampai sore tapi memutuskan anaknya menjalani program homeschooling. Ada sementara orangtua yang sibuk, mengira bahwa dengan memanggil guru privat ke rumah dipandang sudah cukup memadai. Padahal yang namanya pendidikan bukan hanya penguasaan pengetahuan dan ketrampilan.

4. Motivasi dan minat belajar orangtua
Karena anak adalah tanggung jawab kedua orangtua, maka untuk melaksanakan program ini, motivasi orangtua harus sangat besar. Mereka harus memiliki dorongan untuk mencapai target ideal jangka panjang yang cukup kuat yang membuat mereka bisa bertahan melakukan program ini dalam jangka panjang. Program yang berlangsung setiap hari setiap saat menguras energi cukup besar sehingga kerjasama dan motivasi yang kuat menjadi sangat penting dan merupakan "bahan bakar" utama berjalannya "mesin" pendidikan di rumah.
Curiousity atau rasa ingin tahu serta minat belajar pada orangtua juga perlu terus diasah. Sehingga seiring dengan berkembangnya anak, orangtua pun juga ikut berkembang dan tidak stagnan. Sumber-sumber belajar yang variatif perlu dicari dan dikembangkan terus-menerus.

5. Jaringan atau komunitas
Dukungan dari kelompok yang memiliki visi yang sama adalah penting. Selain untuk saling menguatkan secara psikologis juga untuk memperoleh berbagai sumber belajar yang lebih variatif. Program homestay bisa dilakukan di antara keluarga homeschooler sehingga mereka memperoleh pengayaan lebih luas dan juga belajar sosialisasi dalam kelompok yang terkendali dan sudah dipercaya. Sehingga kecurigaan sementara orang bahwa homeschooler kurang bisa bersosialisasi bisa ditepis.

6. Dukungan Materi
Keinginan untuk memberikan yang terbaik kadang (tidak selalu) perlu didukung dengan fasilitas yang memadai. Bisa berupa penyediaan media pembelajaran maupun biaya yang dibutuhkan untuk kunjungan ke berbagai tempat. Dari pengalaman beberapa homeschooler, justru biaya yang dikeluarkan untuk proses pendidikan bisa jauh lebih murah bila dibandingkan dengan menyekolahkan anak ke sekolah formal. Di sekolah formal ada biaya seragam, bangunan dan bahkan penyediaan materi belajar yang kadang di mark up.
Dulu, ketika program homeschooling belum diakui Diknas, maka orangtua homeschooler mau tidak mau harus menyediakan biaya bagi anak melanjutkan pendidikan tinggi ke luar negeri. Karena saat itu hanya perguruan tinggi luar saja yang menerima anak "lulusan" homeschooling.

7. Antisipasi terhadap kondisi luar biasa
Ada konsistensi yang dibutuhkan agar anak memperoleh pendidikan secara optimal. Bagaimanapun selalu ada kondisi yang tidak terduga. Kendala yang perlu dipikirkan oleh orangtua meskipun tentunya tidak diharapkan, antara lain bila salah satu atau kedua orangtua tidak bisa melanjutkan melaksanakan program homeschooling ini. Entah karena sakit, perpisahan, perubahan konsep dan motivasi, kehilangan dukungan materi atau bahkan karena meninggal.
Bila hal yang tidak diharapkan terjadi maka orangtua sejak awal harus sudah mempersiapkan apa yang akan dilakukan. Apakah menghentikan program, dan anak masuk ke sekolah formal. Ataukah melanjutkan program dengan memilih orang yang akan menggantikannya.

*Bagaimanapun memilih melaksanakan homeschooling perlu didasari oleh pilihan yang bertanggung jawab dan keterlibatan yang tinggi. Bukan hanya sekedar pelarian karena anak tidak mau belajar di sekolah formal.

Yeti Widiati S. 150914

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...