Sabtu, 31 Oktober 2015

APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN UNTUK MELINDUNGI ANAK KITA DARI MEMBULLY DAN DIBULLY? (Bagian-2) - yws

Ini adalah tulisan lanjutan. Oleh karena itu untuk memperoleh kesatuan pemahaman, tulisan Bagian-1 pun perlu dibaca terlebih dahulu.

3. KENDALI DIRI,
Emosi itu terkait dengan fisiologis, antara lain kematangan syaraf dan hormonal. Oleh karena itu mengapa biasanya anak-anak, masa pubertas, orang sakit, perempuan saat menstruasi & menopause dan orang yang sudah tua, lebih rentan, sensitif dan mudah terpicu emosinya. Namun kendali emosi bergantung pada bagaimana pola pengasuhan, pendidikan dan pengalaman yang terjadi dalam hidupnya.
- Apakah orangtua lebih banyak mengikuti keinginan anak?
- Atau sebaliknya apakah orangtua lebih banyak melarang keinginan anak?
- Apakah anak laki-laki tidak boleh menangis tapi lebih diterima kalau dia memukul, melawan dan berkelahi?
- Sebaliknya, apakah anak perempuan boleh menangis tapi tidak boleh memukul, melawan dan berkelahi?
- Apakah orangtua memberi kesempatan anak mengungkapkan perasaannya dengan berbicara?
- Apakah anak berolah raga?
- Apakah anak belajar bela diri?
- Apakah orangtua menceritakan perasaan-perasaannya pada anak apa adanya? Atau orangtua lebih suka menyembunyikan perasaannya pada anak?
- Apakah orangtua mengajarkan dengan jelas, hal-hal apa yang perlu dilakukan anak untuk mengelola emosinya?
- Apakah orangtua memberi tahu dengan jelas perilaku yang diharapkan dan tidak diharapkan?
- Apakah ada konsekuensi yang diberikan saat perilaku buruk diperlihatkan?
- Apakah ada apresiasi yang diberikan saat perilaku baik diperlihatkan?

4. KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING
Kalaulah masalah adalah adanya gap/jurang antara harapan dan kenyataan, maka banyak hal di dunia ini yang bisa kita anggap menjadi masalah. Ada masalah yang tidak bisa kita ubah, misalnya, kondisi fisik, ras, kelahiran, dll. Namun ada masalah yang bisa kita ubah, seperti kedisiplinan, pengetahuan, perilaku, kemiskinan, dll.

Bila seseorang tidak mampu menyelesaikan masalahnya, maka ia biasanya menjadi mudah emosi. Dan semakin seseorang mampu menyelesaikan masalahnya, maka emosinya semakin stabil. Oleh karena itu bisa dipahami mengapa anak kecil yang masih bergantung pada orangtuanya, ia menjadi mudah emosi. Hal yang sama bisa terjadi pada orang yang lemah secara psikologis, misal, anak yang dimanja, orang yang kurang percaya diri, orang yang lemah secara fisik dan tidak menemukan kelebihannya. (Lihat bahasan saya tentang konsep diri).
- Apakah orangtua membiasakan diri segera mengatasi masalahnya saat masalah masih ringan dan tidak menunda dan menumpuknya?
- Apakah orangtua memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan masalah sendiri?
- Apakah orangtua ikut campur atau mengambil alih dalam penyelesaian masalah anaknya?
- Apakah orangtua mengajak anak untuk mendiskusikan masalah dan mencari alternatif penyelesaian masalah bersama?

5. CONTOH PERILAKU ORANG DEWASA
Bagi anak, tak cukup menasihati dengan bicara. Ketika apa yang ditampilkan orang di sekelilingnya tidak sesuai, maka menyerap secara visual (melihat perilaku orangtua atau film) jauh lebih mudah daripada menyerap secara auditori (nasihat)
- Apakah perkataan orangtua dan perbuatannya selaras?
- Apakah orangtua memperlihatkan kemampuan kendali diri?
- Apakah orangtua mendampingi anak saat menonton TV, video, membeli komik dan main games, serta menjelaskan mana perilaku yang pantas dan yang tidak?
- Bagaimana orangtua berespon terhadap kejadian yang tidak menyenangkan, misalnya saat kemacetan, saat diperlakukan tidak sopan di depan umum, saat tidak setuju dengan kebijakan pemerintah, atau saat menuliskan keluhan di media sosial.
- Apakah orangtua mengira apa yang mereka lakukan tidak akan terbaca oleh anak? Mungkin tidak sekarang, tapi kelak ...
- Apakah orangtua memperlihatkan proses problem solving yang baik? (Karena anak meniru pola perilaku dan penyelesaian masalah orangtuanya)

6. PAPARAN MEDIA
Betul, bahwa perkembangan teknologi digital dan internet meningkatkan secara signifikan penyebaran informasi melalui televisi, video, media sosial, gadget, dll. Banyaknya orang-orang yang kurang/tidak peduli dengan pendidikan anak memperparah kondisi ini. Pihak berwenang yang memiliki otoritas untuk membuat regulasi dan menentukan kebijakan tidak cukup bertanggung jawab. Dorongan mencari keuntungan sebesar-besarnya, kompetisi rating, perhatian dan popularitas sungguh menyesakkan, penyebaran value tertentu. Video kekerasan diputar terus-menerus di televisi, diunggah di youtube dan dishare habis-habisan oleh banyak orang yang mengira bahwa itu akan membantu.

Bagaimana pun tetap ada yang bisa kita lakukan sebagai orangtua. Seperti yang pernah saya bahas di status "Menyerahkan Pengasuhan Anak kepada TV, Komik dan Gadget"
- Apakah orangtua menjelaskan dan berdiskusi mengenai efek baik dan buruk gadget, internet, games, dll.
- Apakah orangtua melakukan pendampingan saat anak menonton film (televisi atau video) atau bermain games dan melakukan review?
- Apakah orangtua membuat pengawasan, pembatasan dan pengaturan untuk menggunakan gadget, internet, televisi, dll?
- Apakah orangtua sudah menanamkan value yang tepat, sehingga anak bisa mengambil keputusan sendiri dengan baik.

Boleh jadi masih ada yang perlu kita lakukan sebagai orangtua untuk melindungi anak-anak kita. Dan yang saya uraikan di atas terutama ditujukan pada diri saya sendiri.

Yeti Widiati S. 141015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...