Senin, 17 November 2014

BUANG AIR BESAR VERSUS MENGUNGKAPKAN KEKECEWAAN/KEMARAHAN
(Tinjauan Psikologi Perkembangan)

"Bu, anak saya buang air besar di celana di sekolah. Padahal dia sudah usia 5 tahun dan selama ini sudah bisa buang air besar sendiri. Sekarang dia malu pergi ke sekolah bu, soalnya sejak kejadian itu teman-temannya mengganggu dia. Pasti ada yang gak beres dengan teman-temannya, bu.
Apa saya harus memindahkan sekolah anak saya ... ?"

Seringkali orangtua atau guru melihat masalah hanya dengan menilai ujungnya saja, atau tampilan perilaku yang bermasalah saja. Padahal perilaku yang muncul, itu seperti puncak gunung es. Hanya sedikit yang terlihat, sementara penyebabnya yang jauh lebih besar tidak kasat mata. Karena tidak kasat mata, maka kerap terabaikan untuk ditangani.

Penyelesaian masalah pada umumnya tidak bisa hanya satu cara. Hal ini karena munculnya perilaku bermasalah, biasanya adalah hasil dari akumulasi kondisi. Beberapa pendekatan dan cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah di atas.

Bila perilaku bermasalah terjadi berulang dan menunjukkan pola. Maka dibutuhkan pendekatan Stimulus-Respon. Pola yang dimaksud di sini adalah ketika perilaku bermasalah secara konsisten muncul karena suatu stimulus (S) tertentu dan menimbulkan respon (R) serta konsekuensi (C) berupa emosi baik positif maupun negatif.

Misalnya, bila anak cemas (S) maka ia tidak dapat mengontrol otot-otot sphincter pembuangan (R) yang menyebabkan ia menjadi buang air besar tanpa kendali. Kondisi ini menyebabkan perasaan malu dan cemas yang lebih besar (C).
Maka ananda perlu belajar untuk menghandle rasa cemasnya terlebih dahulu, sehingga ia dapat lebih mengendalikan diri dan otot-otot sphincter-nya.

Perlu dicari apa yang menjadi penyebab munculnya rasa cemas di awal. Untuk itu, guru dan orangtua perlu melakukan observasi atau pengamatan yang cermat. Situasi seperti apa (S) yang biasanya menjadi penyebab anak menjadi cemas. Bila sudah ditemukan, maka anak perlu belajar untuk melakukan solving atau coping terhadap situasi tersebut, sehingga ia bisa mengurangi tingkat kecemasannya.

Teknik relaksasi dengan bernafas perlahan dan membaca istighfar perlahan juga bisa dilakukan, saat anak merasa cemas dan gelisah.

Olah raga, berlari, berenang, memukul sansak adalah beberapa aktivitas yang bisa menjadi penyaluran energi mental yang berlebihan.

Latihan mengerutkan dan melemaskan otot sphincter bisa dilakukan pada saat anak santai dan tidak dalam kondisi cemas. Latihan ini bisa dilakukan sambil bermain. Misalnya berbaring dan anak mengangkat kedua kakinya. Lebih seru lagi bila seluruh keluarga melakukannya, sehingga anak merasa memperoleh dukungan.

Hal yang cukup penting dalam kaitannya dengan kasus BAB adalah, biasanya terkait dengan kurangnya kesempatan anak untuk mengungkapkan ketidakpuasan, kekecewaan atau kemarahan terutama kepada orangtuanya. Oleh karena itu orangtua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan anak, menerimanya, tidak memarahi saat ia menyatakan kekesalannya, namun mengajarkan cara yang lebih baik untuk mengungkapkan ketidakpuasan.

Sekalipun orangtua yakin bahwa pendapat mereka adalah benar, namun jangan halangi anak untuk mengekspresikan ketidaksetujuan dan juga kekecewaannya. Jangan paksa anak untuk diam dan menerima. Karena hal itu membuat anak terpaksa memendam energi negatifnya, dan tidak tahu caranya untuk menyalurkan dengan cara yang tepat.

Bila orangtua ingin memberi tahu bahwa mereka yang benar. Lakukan setelah anak selesai mengungkapkan kekecewaannya.

*Berikan jaminan bahwa orangtua mencintai anak. Terima kekecewaan dan ketidakpuasannya, maka Insya Allah anak tahu bahwa ia bisa percaya dan menyampaikan kesulitannya pada orangtuanya.

Hal ini akan menjadi keuntungan saat anak bertambah besar dan ia mengalami berbagai kesulitan dalam hidupnya. Ia tahu bahwa ada orang yang akan selalu membuka tangan, menerima dan mendukung dirinya, yaitu orangtuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...