Senin, 14 Agustus 2017

PENYEBAB MUNCULNYA KECEMASAN (Tulisan ke-2) -yws
(Konteks Parenting dan Perkembangan Anak)

1. Rasa Tidak Aman
2. Rasa Bersalah
3. Contoh dari Orang Tua
4. Frustrasi yang Berlebihan

I. RASA TIDAK AMAN
Penyebab paling utama dari kecemasan adalah hilangnya rasa aman dalam diri anak, karena rasa aman anak terganggu dan terisi keraguan. Kegelisahan dapat diproyeksikan dan dikaitkan dengan segala hal, yaitu:

(1) Perlakuan yang Tidak Konsisten
Ketidak konsistenan perlakuan orang tua atau guru membuat bingung dan cemas pada anak. Hidup menjadi tidak dapat diprediksikan/diperkirakan dan merupakan serangkaian kejadian yang menakutkan. Anak yang sensitif akan lebih menderita karena rasa cemas akibat perlakuan yang tidak konsisten, dibandingkan anak yang easy going (cuek) dapat lebih mentolerir ketidak-konsitenan.

Ayah dan ibu yang berbeda harapan akan mengakibat anak seolah-olah terhimpit di tengah dua keinginan yang berbeda. Jika anak ada lebih dari satu orang, maka mungkin ada seorang anak yang menjadi tumpuan harapan dan ia akan menjadi sangat cemas. Kecemasan yang tinggi dapat juga muncul dari lingkungan sekolah dan guru. Satu orang dewasa yang memiliki pengaruh besar dan bertindak tidak konsisten cukup untuk menimbulkan kecemasan pada anak.

(2) Perfeksionis
Tuntutan orang tua yang perfeksionis secara langsung menimbulkan reaksi cemas pada sejumlah anak. Anak yang cemas karena merasa dituntut berprestasi sangat tinggi, akan menghindari kecemasan dengan cara tidak memenuhi harapan orang tua. Namun hal itu malah menimbulkan ketegangan karena anak juga merasa cemas tidak mengerjakan suatu pekerjaan dengan cukup baik seperti harapan orang tuanya. Di sini orangtua membuat standar yang terlalu tinggi karena ditanggap anak tidak pernah merasa puas dengan pencapaian anak.

(3) Permisifitas dan Diabaikan
Anak merasa tidak aman jika tidak ada aturan, mereka merasa kehilangan atau ditinggalkan. Mereka kehilangan panduan bagaimana cara menyenangkan orang lain dan diri mereka sendiri. Seringkali anak-anak ini mencari batasan dari orang dewasa dengan cara berbuat kesalahan agar mereka dihukum. Dengan cara ini mereka akan memperoleh kejelasan reaksi dari orang dewasa.

(4) Sering Dikritik
Kritik yang terus-menerus dari orang tua maupun dari teman menimbulkan ketegangan dan kegelisahan. Anak merasa penuh keraguan dan mulai mengantisipasi kritik. Segala bentuk sorotan terhadap pribadi akan menimbulkan kecemasan yang serius terutama jika anak tahu bahwa mereka dinilai atau divonis. Berbicara atau mempertunjukkan sesuatu di hadapan orang banyak, mengikuti tes atau bermain suatu game dapat memicu kecemasan.

(5) Dianggap Sudah Dewasa
Beberapa orang tua menganggap anak seolah-olah mereka sudah dewasa dan dapat menghandle kecemasan seperti orang dewasa. Padahal kondisinya belum tentu seperti itu. Dianggap sudah dewasa (padahal belum) ini pun dapat menimbulkan kecemasan.

Banyak anak (berapa pun usianya) belum memiliki kematangan untuk menghadapi masalah dengan baik. Ketika anak diberi tahu tentang kondisi keuangan orang tua, atau masalah sosial, mereka seringkali mulai cemas mengenai masa depan. Mereka merasa bingung bagaimana harus membantu. Situasi yang menyedihkan muncul pada keluarga dengan orang tua tunggal, di mana orang tua tidak memiliki teman atau relasi yang dapat menemani. Orang tua tunggal ini berbagi perasaan dengan anak dan membebani anak dengan masalah-masalah yang tidak penting untuk anak. Bahkan anak yang sangat pintar pun dapat merasa sangat emosi dan bingung dengan masalah orang dewasa.

II. RASA BERSALAH
Anak merasa sangat cemas, ketika mereka bertingkah laku buruk. Beberapa anak akan merusak benda-benda ketika mereka merasa tidak mampu melaksanakan sesuatu dengan baik. Pada usia 2 - 6 tahun, di mana imajinasi berpengaruh sangat kuat, anak seringkali terganggu karena memikirkan hal-hal buruk. Ia misalnya menjadi sangat cemas karena berfantasi membunuh atau menyakiti orang lain. Mereka belum belajar bahwa berpikir negatif adalah normal dan ada perbedaan antara berpikir dan berbuat.

Anak yang merasa gelisah, berkembang menjadi kurang aktif dan merasa bersalah mengenai kekurang aktifannya. Anak akhirnya membuang-buang waktu dengan tidak melakukan apa pun. Mereka merasa tidak tahu harus berbuat apa dan tenaganya habis karena gelisah. Anak yang lain bereaksi terhadap kesalahan dengan menjadi aktif secara berlebihan. Mereka merasa gelisah bila diam, dan mengatasinya dengan mengerjakan segala macam hal.

III. CONTOH DARI ORANG TUA
Orang tua pencemas akan memiliki anak pencemas juga. Anak belajar menjadi gelisah dan cenderung melihat hal berbahaya dari segala macam hal. Mereka mengamati orang tuanya menangani masalah dengan perhatian penuh dan ketegangan. Orang tua kelihatan sangat sibuk, tegang dan emosional ketika merencanakan perjalanan, mempersiapkan suatu kegiatan, mendiskusikan masa depan, dll. Orang tua sulit untuk berpikir santai dan optimistik. Karena terbiasa melihat orang tua bereaksi berlebihan terhadap sesuatu masalah, anak pun mengira bahwa masalah tersebut memang benar-benar berat, sehingga pantas untuk cemas. Dan karena orang tua terlalu melindungi mereka, anak pun membayangkan bahwa segala hal buruk dapat terjadi.

IV. FRUSTRASI YANG BERLEBIHAN
Frustasi berlebihan akan menyebabkan kemarahan dan kecemasan. Namun anak seringkali tidak mampu mengekspresikan kemarahan karena khawatir cara itu akan menimbulkan reaksi buruk dari lingkungannya. Frustrasi bersumber dari banyak hal, namun intinya adalah kegagalan mencapai tujuan. Anak menganggap dirinya tidak berbuat cukup baik di sekolah, dengan teman, dengan saudara atau dengan orang tua. Hal ini terjadi jika tujuan terlalu tinggi atau anak memang tidak dapat melakukannya dengan baik. Perasaan tidak mampu yang berlanjut akan menimbulkan kecemasan. Sehingga terjadi suatu lingkaran setan: frustrasi - kecemasan - merasa tidak mampu - putus asa - gelisah.

Kegelisahan yang kronis akan berkembang menjadi kebiasaan merasa gelisah (anxiety habit) dan masalah tetap tidak terselesaikan. Alih-alih mengambil tindakan, anak berpikir terlalu banyak. Frustrasi dan ketegangan meningkat dan anak pun akan merasa putus asa.

----------------------
*Tulisan disajikan bertahap, Definisi/Pengertian, Penyebab/Latar Belakang, Pencegahan dan Penanganan.
*Merupakan terjemahan bebas (dengan penyesuaian dan tambahan contoh) dari buku How to Help Children with Common Problems, Charles E. Schaefer & Howard L. Millman

Yeti Widiati 61-140817

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...