Jumat, 21 Juli 2017

MENCURI (Tulisan ke-3) - yws

PENANGANAN
1. AMBIL LANGKAH SEGERA
Orangtua tidak boleh mengabaikan kecenderungan perilaku antisosial pada anak. Kita perlu memahami, mengkonfrontasi dan mengoreksi perilaku mencuri ini, yang tidak bisa diterima baik di rumah maupun di sekolah.

Koreksi:
- Hukuman yang paling masuk akal dari mengambil barang orang lain adalah mengembalikan barang dan meminta maaf atau membayar sejumlah uang untuk mengganti benda (jika rusak, hilang atau habis digunakan).
- Jika anak mengambil permen atau barang lain di toko, orangtua harus mendampingi anak ke toko dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengembalikan sendiri barang yang diambilnya.
- Bila anak masih balita, dan terlalu malu sehingga tidak bisa bicara, maka orangtua yang meminta maaf, tapi tetap anak yang mengembalikan barang yang diambilnya.
- Jika barang yang dicuri rusak atau hilang, dan anak tidak memiliki uang cukup untuk mengganti, maka ia perlu membuat jadwal pengembalian/reimbursement dengan uangnya sendiri. Hindari "memiskinkan" anak karena akan mendorongnya untuk mencuri lagi.
- Jika karena satu dan lain hal penggantian dengan uang tidak bisa dilakukan anak, maka anak perlu memperoleh konsekuensi berupa pengurangan kesenangan, misalnya tidak diizinkan menonton TV. Hal ini dimaksudkan agar anak tahu bahwa perbuatan mencuri itu tidak ditolerir dan akan memperoleh konsekuensi.
- Lakukan langkah SEGERA dan KONSISTEN (tidak ditunda) terhadap kejadian mencuri.
- Permintaan maaf, penjelasan dan janji memperbaiki diterima namun tidak dapat mengganti konsekuensi. Anak harus memiliki tanggung jawab pribadi untuk memperbaiki kesalahannya.

Konfrontasi:
- Orangtua harus secara verbal dan jelas membicarakan langsung dengan anak (ketika keduanya tenang/tidak emosi) mengenai seriusnya perilaku ini. Jelaskan mengapa tindakan ini tidak baik dan tidak ditolerir.
- Hindari menggunakan kata yang membuat arti mencuri menjadi lebih lunak, misalnya, "meminjam" karena anak akan menganggap enteng.
- Jelaskan perilaku 'mencuri' dengan sederhana, jujur dan bukan khotbah panjang lebar.
- Tunjukkan kerugian yang diakibatkan karena mencuri, ketidak-adilan, konsep hak milik pribadi. Jelaskan juga perasaan orang yang dicuri barangnya.
- Perlihatkan pada anak bahwa kita memahami motivasi anak mencuri, misalnya dengan mengatakan "Iya sih memang barang itu menggoda sekali untuk kamu miliki ..."
- Akhiri dengan hal positif dengan menunjukkan afeksi, apresiasi atau harapan positif pada anak. "Bunda sayang kamu, dan bunda percaya kamu bisa lebih baik dari ini ..."
- Ajak anak untuk berempati, "Bagaimana rasanya kalau ada orang yang mengambil barang milik kamu yang berharga (sebutkan barang kesukaan anak)?" atau "Menurut kamu bagaimana perasaan pemilik dompet ini kalau kamu menelponnya sekarang dan mengatakan bahwa kamu menemukannya?"
- Bila kita mencurigai anak mencuri tapi kita tidak yakin, maka kita dapat mengatakan, "Dek, bunda nggak tahu kamu ngambil uang dari dompet bunda atau tidak. Tapi kalau kamu mengambil dan mengembalikkannya, bunda akan sangat bangga pada kamu. Tapi jauh lebih penting adalah kalau kamu bangga pada diri kamu sendiri. Kamu perlu hidup bahagia dengan menjadi dirimu sendiri tapi ini sulit kalau kamu tidak jujur dan adil pada orang lain." Seringkali anak akan mengembalikan benda yang diambilnya beberapa hari sesudah pembicaraan tersebut.

Memahami
Menanyakan pada anak "mengapa" mereka mencuri, biasanya tidak membuahkan hasil, karena mereka tidak bisa memberikan jawaban yang tepat.
Lebih baik bagi orangtua untuk menerima kenyataan bahwa anak mencuri dan mencari jalan keluar. Untuk itu, orangtua perlu lebih peka untuk menangkap apa kira-kira motif yang mendorong anak mencuri.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beberapa alasan anak usia sekolah mencuri adalah sebagai berikut:
- Deprivasi (kekurangan) ekonomi
Beberapa anak kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhannya misal, membeli permen, nonton bioskop, dll. Mereka menginginkan apa yang dimiliki temannya, tapi tidak mempunyai cara untuk memperoleh uang.

Solusi: Sediakan barang yang dibutuhkan anak atau berikan kesempatan anak untuk memperoleh uang (misal melakukan pekerjaan tertentu).

- Deprivasi emosi
Anak yang merasa kekurangan cinta, kasih sayang dan kepedulian dari orang tua berpeluang mencuri untuk mengisi perasaan kosong di dalam diri.

Solusi: Orangtua menunjukkan cinta yang lebih besar dan lebih ekspresif dan habiskan waktu lebih banyak bersama anak.

- Ketidakmatangan
Beberapa anak usia sekolah (7 tahun ke atas), mencuri karena belum memiliki pemahaman dan kesadaran mengenai moral. Mereka cenderung egois, dan ingin segera memuaskan dorongan dirinya. Sulit untuk membuat perencanaan dan menabung. Mereka mencuri untuk memperoleh apa yang mereka inginkan sekarang juga. Mereka kurang paham tentang hak milik pribadi dan pengetahuan tentang beda antara meminjam dan mencuri.
Sehingga mereka tidak merasa bersalah mengambil barang orang lain.

Solusi: Memberikan konsekuensi berulang dan mengajarkan prinsip-prinsip moral (misal; kepedulian pada orang lain).

- Petualangan yang menegangkan
Beberapa anak mencuri karena alasan suka dengan ketegangan yang dialami (mencari bahaya), untuk memperoleh pengakuan dan kekaguman dari kelompoknya, untuk membuktikan betapa mereka "keren" dan "lihai".

Solusi: Ajarkan anak untuk menemukan alternatif sumber kesenangan, persahabatan dan mencapai prestasi yang lebih baik.

- Penguatan dan contoh dari orangtua
Beberapa orangtua secara tidak sadar mencontohkan anaknya mencuri, misalnya, orangtua mengambil barang diam-diam saat mati lampu di toko. Orangtua tidak membayar pajak, melakukan korupsi, dan perilaku mencuri yang terang-terangan terlihat anak.

Solusi: Perubahan sikap dan perilaku orangtua

Cek alasan mana yang paling mungkin dari perilaku anak mencuri dan putuskan mana solusi yang paling sesuai untuk diterapkan pada anak, lalu ambil langkah-langkah untuk penyelesaiannya.

BEREAKSI DENGAN KONTROL DIRI
- Dalam menangani anak yang mencuri, penting bagi orangtua untuk mengontrol emosinya dan jangan terlalu terlihat shock, marah atau putus asa.
- Tak perlu melihat 'mencuri' sebagai kegagalan atau memalukan bagi orangtua. - Karena keterbatasan anak, sebagian besar anak pernah berkait dengan perilaku mencuri kecil-kecilan. Sikap ketidaksetujuan, kita tampilkan dengan cara tegas tapi tanpa harus berteriak atau berespon terlalu heboh.
- Hindari melebih-lebihkan kejadian dan membuat anak merasa dirinya sebagai kriminal. Jangan menjadi jaksa yang menggertak dan mencecar anak apalagi melabelnya sebagai "pencuri kecil" dan membuat prediksi mengerikan (kamu akan masuk penjara).
- Ketika kita memberi label buruk atau meramalkan kejadian buruk, anak akan menjadi yakin (karena anak percaya orangtua itu benar).
- Reaksi berlebihan dari orangtua juga akan membuat anak merasa sia-sia untuk memperbaiki kesalahan, dan akan memunculkan perasaan bersalah dan malu luar biasa. Lebih jauh hal ini akan merusak hubungan orangtua dengan anak.
- Tak perlu menuntut pengakuan karena akan memaksa anak untuk berbohong. Ingatlah bahwa ketika anak dalam masalah, ia membutuhkan kasih sayang dan rasa percaya diri yang lebih besar.
- Daripada berkata "Kamu mencuri, ya?" lebih baik mengatakan, "Bunda tahu kamu mencuri 50 ribu dari dompet bunda, mungkin karena ada yang kamu ingin beli tapi kamu tidak punya uang. Nanti lagi, kalau kamu perlu sesuatu, bilang pada bunda, dan kita akan diskusikan."
- Ada orangtua yang menyangkal kenyataan bahwa anaknya mencuri, dengan menjadi pembela bagi anak. "Anak saya tidak mungkin melakukan itu. Saya tidak mau membicarakannya lebih jauh." Sikap yang lebih baik adalah dengan membuka diri untuk mencari semua fakta dari berbagai sudut pandang, dan mencoba memahami penyebab atau motif yang mendasarinya.

MONITORING
- Hasil riset menunjukkan bahwa orang yang berbuat curang, mencuri dan berbohong akan berkurang jika terdeteksi lebih awal.
- Anak yang memiliki kebiasaan mencuri membutuhkan pengawasan lebih ketat oleh orangtua, sehingga ketika ia ingin atau sudah mencuri bisa segera terdeteksi.
- Anak yang sering mencuri (rata-rata 1 atau lebih per 2 minggu) tidak diizinkan menyimpan benda yang benar-benar bukan miliknya dan dompet serta kamarnya rutin diperiksa hingga kebiasaan buruk mencuri ini hilang. Dengan kata lain, hak mereka terhadap privacy dikurangi sampai mereka belajar menghargai hak orang lain.
- Anak-anak ini membutuhkan pengetahuan yang jelas mengenai mencuri dan mereka juga perlu tahu, bahwa mereka tidak bisa terhindar dari konsekuensi mencuri sekalipun rapi ditutup.
- Setiap mereka mencuri langsung segera dibahas, dan dicari penyelesaiannya.

PENDAPATAN TERATUR
Anak usia sekolah (6-12 tahun) perlu memiliki jaminan sumber pendapatan teratur yang cukup, seperti memperoleh uang dan melakukan tugas-tugas dan memperoleh bayaran.

*Tulisan disajikan bertahap, Definisi, Penyebab/Latar Belakang, Pencegahan dan Penanganan.
*Merupakan terjemahan bebas (dengan tambahan contoh) dari buku How to Help Children with Common Problems, Charles E. Schaefer & Howard L. Millman

Yeti Widiati 54-180717

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...