Senin, 17 Juli 2017

BERBOHONG (Tulisan ke-1) - yws
(Konteks Masalah Umum Anak)

DEFINISI
Berbohong didefinisikan sebagai menyatakan hal yang tidak benar/tidak sesuai fakta dengan sengaja atau dengan tujuan memperoleh keuntungan atau untuk menghindari ketidaknyamanan.

Walaupun semua anak pernah berbohong dalam hidupnya, orangtua cenderung memandang kejujuran sebagai karakter terpenting dan mendasar dibanding karakter-karakter lain. Sehingga akan sangat marah serta terganggu ketika menemukan anaknya berbohong.

Selama masa prasekolah (4-6 tahun), anak kadang kesulitan membedakan antara fantasi dan kenyataan, akibatnya mereka rentan untuk berbicara berlebihan dan penuh khayalan.

Sebaliknya pada anak masa sekolah (6-12 tahun), anak cenderung melakukan kebohongan dengan sengaja. Biasanya hal itu dilakukan untuk menghindari hukuman atau memperoleh keuntungan.

Anak memiliki pemahaman moral dan konsep kejujuran yang berbeda satu sama lain. Piaget membedakan 3 tahap pemahaman anak mengenai berbohong.
Tahap 1, anak tahu bahwa berbohong itu salah karena akan mengakibatkan ia dihukum orangtua. Jika tidak ada hukuman, maka bohong boleh dilakukan.

Tahap 2, berbohong itu salah, ada atau tidak ada hukuman

Tahap 3, berbohong itu salah karena merusak kehormatan, kepercayaan (trust) dan kasih sayang.

Untuk mengetahui sampai mana level pemahaman anak mengenai "berbohong", maka ajukanlah pertanyaan seperti,
- "Mengapa berbohong itu salah atau tidak baik?"
- "Bolehkah kita berbohong kalau tidak ketahuan dan kalau tidak memperoleh hukuman?"

Umumnya anak usia 6 tahun berada pada tahap 2. Sementara anak usia 12 tahun sepertiganya berada pada tahap 3.

Berbohong pada anak memiliki beberapa bentuk, meliputi;
1. Simple reversals of truth (menyatakan hal yang berkebalikan): Anak mengatakan sudah mengerjakan PR padahal belum.

2. Exaggeration (melebih-lebihkan): Anak menceritakan kekuatan ayahnya dengan berlebihan ketika bicara di depan teman-temannya. "Ayahku dong, bisa ngangkat lemari sendiri ..."

3. Fabrications (pemalsuan): Anak bercerita pada temannya bertamasya ke luar negeri, padahal tidak pernah terjadi.

4. Confabulations: Anak menceritakan hal yang sebagian benar dan sebagian salah.

5. Wrong accusations (salah tuduh): Anak menyalahkan saudaranya menumpahkan susu, padahal sebetulnya dia yang melakukan.

PENYEBAB
Berikut adalah alasan umum yang mendorong anak berbohong:
1. Self defense (mempertahankan diri):
Untuk menghindarkan diri dari konsekuensi tidak nyaman dari perilakunya, baik berupa ketidaksetujuan maupun hukuman orangtua. Misal, mengatakan sudah sholat agar orangtua tidak mencereweti dan menyuruh sholat terus-menerus.

2. Denial (penyangkalan):
Sebagai cara untuk menghindari ingatan, perasaan atau fantasi yang menyakitkan. Misal, mengatakan senang datang ke suatu acara padahal di acara tersebut dia dibully temannya.

3. Modelling:
Meniru perilaku orang dewasa. Misal, orangtua menyuruh anak mengatakan pada orang di telpon bahwa orangtua tidak di rumah, padahal ada di rumah hanya karena orangtua tidak mau menerima telpon dari orang tsb.

4. Ego-boasting:
Membual untuk memperoleh perhatian dan pujian.

5. Reality testing:
Ini adalah salah satu kemampuan individu yang berkembang pada manusia untuk memahami dunia internal (pemahaman, perasaan) dengan dunia eksternalnya. Anak yang belum mengembangkan kemampuan reality testing dengan baik, misalnya yang melakukan exaggeration kerap dipandang sebagai berbohong.

6. Loyalitas:
Upaya melindungi anak lain. Misalnya, mengatakan bahwa kakaknya ada di rumah dengan dia, padahal sebetulnya pergi main, agar kakaknya terlindungi dari dimarahi ayah.

7. Hostility:
Kebencian pada seseorang atau sekelompok orang. Misal, mengatakan hal yang tidak benar/memfitnah seseorang/sekelompok orang agar orang tsb memperoleh hukuman atau dibenci oleh orang lain.

8. Gain:
Bertujuan untuk memperoleh sesuatu dari seseorang. Misal, mengatakan belum makan agar diberi makan.

9. Self image:
Anak berulangkali dikatakan sebagai pembohong sehingga ia mempercayai dan meneguhkannya. Misal, orangtua atau orang dewasa yang sering mengatakan "Dasar tukang bohong ..." atau "Kamu pasti bohong sama bunda ..." pada anak.

10. Distrust:
Orangtua tidak percaya pada anak ketika ia menceritakan hal yang benar, sehingga anak sekalian saja mengatakan hal yang tidak benar.

*Tulisan disajikan bertahap, Definisi, Penyebab/Latar Belakang, Pencegahan dan Penanganan.
*Merupakan terjemahan bebas (dengan tambahan contoh) dari buku How to Help Children with Common Problems, Charles E. Schaefer & Howard L. Millman

Yeti Widiati 49-170717

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"KESEMPATAN", KEBUTUHAN ANAK UNTUK BERKEMBANG DAN MANDIRI - yws

  Memberikan "Kesempatan" pada anak, bagi sebagian orang tua adalah mudah, tapi sebagian lainnya merasa berat memberikannya. Saya ...